"M-mas Zaidan," Aiyla dilanda perasaan gugup karena tingkahnya yang sedikit ceroboh hingga hampir menabrak tubuh tegap milik Zaidan.
Aiyla kembali menundukkan pandangannya seraya meremas kuat buku yang berada di genggaman gadis berusia 20 tahun itu.
Tingkah Aiyla cukup membuat Zaidan jengah melihatnya. Apakah wajah Zaidan kurang menarik untuk dipandang atau calon istrinya saja yang terlalu berlebihan hingga terus menunduk seolah wajah Zaidan sangatlah buruk.
"Jadi seperti ini sikap kamu saat berbicara dengan orang lain?" Suara datar dan dingin itu berhasil membuat Aiyla bertambah gugup.
Selama ini, interaksi Aiyla dengan laki-laki yang bukan mahramnya bisa dikatakan sangat jarang. Aiyla memang sangat membatasi diri mengenai interaksi dengan lawan jenis jika hal itu bukanlah sesuatu yang penting dan mendesak. Jadi, wajar saja jika Aiyla tampak canggung dan gugup ketika berbicara dengan laki-laki selain ayah dan kakaknya.
"Maksud Mas Zaidan?" Tanya Aiyla bingung. Perempuan itu menatap Zaidan sejenak lalu segera menunduk kembali.
"Apa tumpukan tanah yang aku injak lebih menarik daripada wajahku? Atau kamu merasa terlalu sempurna sampai tidak mau menatap wajah yang penuh dosa seperti aku?!" Cecar Zaidan yang sedikit diliputi emosi di dalamnya.
"B-bukan begitu, Mas. Aku---"
"Sudahlah," Sela Zaidan dengan cepat memotong ucapan Aiyla.
"Kalau saja bukan karena permintaan orang tuaku, mana mungkin aku mau menikahi gadis seperti kamu!" Ungkapan jujur Zaidan sungguh membuat Aiyla menahan sakit mendengarnya. Benarkah Aiyla akan menikah dengan laki-laki yang justru terdengar sangat membencinya itu?
Aiyla tidak merespon apapun ketika Zaidan mengucapkan kata-kata menyakitkan itu. Gadis berkulit putih itu hanya diam saja tanpa mengeluarkan sepatah kata sedikit pun.
"Aku tidak tahu apa alasan kamu menerima perjodohan ini. Tapi, satu hal yang harus kamu ingat dengan baik kalau pernikahan ini terjadi karena orang tua kita, dan jangan pernah berharap aku bisa mencintai perempuan seperti kamu!" Lagi dan lagi perkataan Zaidan layaknya belati yang mampu menggores dengan luka yang begitu membekas.
Sebagai seorang perempuan, hati Aiyla terlalu lemah mendengar ucapan menyakitkan yang dilontarkan calon suaminya. Gadis 20 tahun itu hanya bisa mengatur napasnya berkali-kali seraya terus mengucapkan istighfar agar memiliki kekuatan lebih untuk menghadapi cobaan dari laki-laki yang kini bergelar sebagai calon suaminya.
"Meskipun kita akan menikah karena perjodohan tapi pernikahan tetaplah sesuatu yang sakral. Bagi saya pernikahan adalah sebuah ikrar kita di hadapan Sang Pencipta. Entah apapun alasan pernikahan ini terjadi, semua ini adalah takdir yang sudah Allah atur dengan sebaik-baiknya pengaturan." Balas Aiyla dengan tatapan yang kini tertuju pada Zaidan.
Setelah mengatakan hal tersebut, Aiyla kemudian melanjutkan langkahnya melewati Zaidan yang hanya diam mematung di tempatnya.
Melihat Aiyla yang sudah memasuki rumah, Zaidan hanya mampu mengikuti langkah gadis berpakaian syar'i itu dari belakang.
"Bu, tante, apa boleh Aiyla minta sesuatu?" Pinta Aiyla yang membuat bu Anisa dan bu Maryam menoleh seketika.
"Kamu ingin meminta apa, nak?" Tanya bu Maryam penasaran.
"Apa boleh saat acara pernikahan nanti Aiyla memakai cadar?" Tanya Aiyla hati-hati.
Bu Anisa dan bu Maryam saling memandang seolah mengerti maksud dari permintaan Aiyla yang ingin memakai cadar ketika pesta pernikahannya nanti. Gadis itu tentu tidak ingin wajah cantiknya di nikmati oleh laki-laki selain suaminya. Karena sejatinya kecantikan seorang wanita hanya boleh di tunjukkan oleh laki-laki yang memang berhak untuk menikmatinya.
"Boleh, sayang. Iya, kan Zaidan?" Bu Anisa kini meminta persetujuan dari calon suami Aiyla itu.
"Zaidan terserah Aiyla aja, Ma." Balas Zaidan singkat.
Sebenarnya Zaidan sudah sangat malas meladeni obrolan pernikahan yang menurutnya ini sangat membosankan. Zaidan ingin segera mengakhiri perasaan tersiksa ini. Zaidan akhirnya bisa benapas lega ketika melihat orang tuanya pamit untuk pulang.
Aiyla membereskan gelas-gelas yang berada di atas meja kemudian membawanya menuju ke dapur. Bu Maryam yang melihat itupun mengekori langkah Aiyla dari belakang.
"Aiyla?" Panggil bu Maryam.
"Iya, Bu. Kenapa?" Jawab Aiyla seraya menoleh kearah sang ibu.
"Bagaimana pendapat kamu tentang Zaidan, nak?" Pertanyaan itu sontak membuat gerakan tangan Aiyla terhenti ketika akan mencuci gelas-gelas yang dibawahnya dari ruang tamu tadi.
Pertanyaan dari ibunya mengingat Aiyla akan kejadian di halaman rumah di mana Zaidan seolah menegaskan bahwa dia menerima perjodohan ini hanya semata-mata karena memenuhi permintaan orang tuanya saja. Tapi, karena tidak ingin membuat sang ibu menjadi sedih, Aiyla akhirnya membalas seadanya saja.
"Mas Zaidan kelihatannya baik kok, Bu." Jawab Aiyla jujur. Karena saat pertama kali melihat Zaidan pun, Aiyla beranggapan jika Zaidan memang laki-laki yang baik. Namun, siapa yang menyangka jika di balik wajah tampan laki-laki itu justru terselip kata-kata menyakitkan untuk didengarkan.
"Syukurlah. Itu artinya Ibu sama Bapak memang tidak salah memilih nak Zaidan sebagai calon suami kamu." Terdengar nada bahagia yang terselip dalam kalimat bu Maryam.
Aiyla sungguh tidak tega ingin mengatakan yang sebenarnya. Aiyla tidak ingin merusak kebahagiaan yang dirasakan oleh orang tuanya. Terlebih juga bu Anisa yang terlihat begitu antusias membicarakan mengenai rencana pernikahan yang akan terlaksana itu.
Setelah menyelesaikan kegiatannya mencuci gelas-gelas kotor, Aiyla lalu melirik kearah jam yang melekat di dinding dengan cat berwarna putih tersebut. Sekarang sudah menunjukkan pukul 14.40 itu artinya Aiyla harus segera bersiap untuk berangkat ke masjid melaksanakan salat asar bermajaah.
"Bu, Aiyla pamit ke masjid dulu, ya." Izin Aiyla pada bu Maryam yang masih berada di dapur.
"Iya, nak. Hati-hati, ya." Balas bu Maryam.
Aiyla kemudian berangkat ke masjid dengan mengendarai motor pribadi miliknya. Sesampainya di masjid, Aiyla sudah lebih dulu melihat motor Zahwa yang terparkir di sana.
"Assalamu'alaikum." Ucap Aiyla menyapa Zahwa yang tengah sibuk merapikan beberapa mukena yang ada dilemari masjid.
"Wa'alaikumussalam. Eh ternyata kamu, La. Aku kira siapa." Jawab Zahwa seraya tertawa kecil.
"Oh, iya, hari ini Mba Lutfhia izin nggak bisa ngajar anak-anak, katanya sih Mba Lutfhia mau keacara walimahan keluarganya." Meski tidak melanjutkan pendidikannya ke bangku kuliah ataupun bekerja, akan tetapi Aiyla memiliki jadwal yang tak kalah sibuknya juga. Biasanya Aiyla mengajar anak-anak membaca Al-Qur'an 2 kali dalam sepekan. Dan kegiatan itu sudah dikerjakan Aiyla selama 3 tahun belakangan ini.
"Kalau Mba Maira sama Putri datang nggak?"
"Insyaa Allah Putri sama Mba Maira bakalan datang kok. Cuman Mba Lutfhia aja yang izin hari ini." Aiyla kemudian membalas dengan anggukan kepala tanda mengerti.
Kedua perempuan berpakaian syar'i itupun melaksanakan salat berjamaah di masjid. Kegiatan mereka berlanjut sesuai jadwal yang ada.
"Kemarin kita bahasnya sampai di huruf apa?" Tanya Aiyla pada para muridnya yang sudah duduk berjejer di depan Aiyla.
"Huruf Kaf ustazah!" Seru anak-anak dengan semangat.
"Berarti hari ini kita akan bahas mengenai huruf Lam. Nah, sebelum masuk ke pembahasan huruf Lam, ada yang masih ingat makhraj huruf Kaf?"
"Aisyah ustazah," Salah satu murid perempuan kini dengan semangat mengangkat tangannya untuk menjawab pertanyaan dari Aiyla.
"Ya, silahkan Aisyah."
"Makhraj huruf Kaf yaitu pangkal lidah dengan langit-langit (dibawah makhraj Qof)." Ucap Aisyah murid berusia 8 tahun itu seraya mencontohkan pengucapan huruf Kaf yang benar.
"Maasyaa Allah, bagus, ya, Aisyah."
"Nah, sekarang kita akan lanjutkan ke pembahasan huruf Lam. Makhraj huruf Lam yaitu tepi lidah bagian depan bertemu dengan gusi atas. Ingat, ya, ketika mengucapkan huruf Lam ini maka lidah kita harus dilebarkan agar sempurna dalam pelafalannya."
Tanpa Aiyla sadari dari kejauhan sosok pemuda tengah tersenyum mengamati Aiyla yang sedang mengajar anak-anak disana. Sudah 2 bulan pemuda itu mengamati Aiyla dari jauh, sosoknya yang begitu berbeda dari perempuan lain, membuat pemuda berkulit sawo matang itu mengaguminya secara diam-diam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
꧁♥𝑨𝒇𝒚𝒂~𝑻𝒂𝒏™✯꧂
Zaidan kamu tuh yg arrogant bgt... dpt calon istri seperti Aiyla harus bersyukur...
2024-01-27
4