Jangan Menangis Lagi!

"Azri, gue balik duluan, ya." Pamit Zaidan pada sahabatnya.

Keduanya baru saja selesai bertemu dengan klien terakhir hari ini. Zaidan memang sengaja ingin pulang lebih awal agar dia bisa bersiap-siap untuk ke rumah orang tuanya. Beberapa jam lalu, bu Anisa menelfon Zaidan dan meminta sang putra untuk makan malam bersama di rumah. Bu Anisa juga mengundang Maira putri sulungnya untuk makan malam, alhasil Zaidan tidak bisa menolak karena memang mereka juga jarang berkumpul dengan anggota keluarga yang lengkap.

"Udah kangen sama istri di rumah, ya?" Goda Azri sambil menaik turunkan alisnya.

"Apaan sih loh!"

"Jujur aja kali. Nggak akan ada yang marah juga. Toh udah halal. Ngapain pakai gengsi segala." Canda Azri.

"Gue lagi ada urusan. Jangan mikir yang macam-macam." Bantah Zaidan.

"Gue pamit, assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam!" Jawab Azri dengan sedikit menaikkan volume suaranya karena Zaidan sudah berjalan keluar dari restoran.

Di sisi lain, Aiyla baru saja selesai melaksanakan salat asar di kamar. Mendengar suara mobil Zaidan memasuki halaman rumah. Aiyla pun melepas mukena untuk menyambut kedatangan suaminya.

"Assalamu'alaikum," Ucap Zaidan memasuki rumah.

"Wa'alaikumussalam, Mas." Balas Aiya menghampiri Zaidan.

"Sini, Mas. Biar aku bawain tasnya." Pinta Aiyla yang ternyata tidak mendapat penolakan dari sang suami. Memang sudah menjadi kebiasaan jika Aiyla akan menyambut kepulangan Zaidan dari kantor dan membawakan tas kantor laki-laki itu.

"Oh, iya, Mas. Tadi Mama nelfon aku buat ngajakin kita makan malam di rumah Mama."

"Iya, saya tahu. Tadi Mama juga sempat nelfon saya. Sekarang kamu siap-siap. Setelah itu kita berangkat ke rumah Mama."

Seulas senyuman terbit di bibir mungil Aiyla. Tentu saja Aiyla sangat senang akan bertemu dengan kedua mertuanya.

"Mas Zaidan mau dibuatkan sesuatu? Tes atau kopi?" Tanya Aiyla ketika Zaidan hendak melangkah ke kamar.

"Bikinin saya kopi," Jawab Zaidan kemudian segera berlalu dari hadapan Aiyla.

Dengan senang hati Aiyla akan membuat secangkir kopi untuk suaminya. Beberapa hari ini, sikap Zaidan membuat Aiyla sangat bahagia. Laki-laki 23 tahun itu terlihat pasrah saja ketika Aiyla menjalankan kewajibannya layaknya seorang istri.

Lebih dulu, Aiyla meletakkan tas kantor milik Zaidan di ruang kerja laki-laki itu. Setelahnya, Aiyla menuju ke dapur untuk membuat kopi sesuai permintaan Zaidan.

Tok... Tok... Tok...

Aiyla sudah berdiri di depan pintu kamar Zaidan dengan membawa secangkir kopi untuk laki-laki itu.

"Masuk!" Ucap Zaidan dari dalam kamar.

Aiyla tanpa ragu pun masuk ke dalam kamar dan meletakkan gelas yang berisi kopi tersebut diatas meja.

"Ini kopinya, Mas."

"Makasi,"

"Sama-sama, Mas. Kalau gitu aku ke kamar dulu, ya, buat siap-siap."

Pasangan suami istri itu sudah rapi dengan pakaian masing-masing. Keduanya lalu berangkat menuju ke rumah bu Anisa dan pak Tiar. Saat di perjalanan menuju ke rumah sang mertua, mata Aiyla tanpa sengaja menangkap sebuah toko kue yang ada di seberang jalan.

"Mas, bisa mampir ke toko kue itu dulu nggak?" Tanya Aiyla pada Zaidan.

"Kamu mau beli kue buat siapa?"

"Buat Mama sama Papa, Mas." Jawab Aiyla.

Karena bu Anisa menelfon secara tiba-tiba, Aiyla jadi tidak sempat membuat kue untuk mertuanya. Jadi, Aiyla memilih untuk membeli kue di toko saja.

Mobil Zaidan pun diarahkan menuju ke toko kue yang di tunjuk Aiyla tadi. Sebenarnya Aiyla ingin turun seorang diri, tapi karena gadis itu belum tahu kue yang menjadi kesukaan dari mertuanya maka Aiyla mengajak Zaidan untuk ikut masuk ke dalam toko.

Setelah membeli kue untuk bu Anisa dan pak Tiar. Pasangan suami istri itu akhirnya keluar dari dalam toko sembari menenteng paper bag yang berisi brownies panggang favorit kedua orang tua Zaidan.

Aiyla yang hendak memasuki mobil dibuat terkejut saat sosok laki-laki asing tiba-tiba saja melayangkan pukulan di wajah Zaidan.

"Astaghfirullah, Mas Zaidan!" Aiyla begitu panik ketika laki-laki itu seakan memukul Zaidan membabi buta.

Bugh...

Bugh...

Bugh...

"Itu balasan buat cowok tukang selingkuh kayak lo!" Sentak laki-laki tersebut lalu kembali meraih kerah baju Zaidan.

"Lepasin gue! Apa maksud lo mukul gue, Ha?" Zaidan akhirnya ikut tersulut emosi saat laki-laki itu terus saja melayangkan pukulannya tanpa henti hingga meninggalkan bekas di wajah Zaidan.

"Cowok kayak lo emang pantes buat dipukulin. Baru tadi siang lo jalan sama Khalisa dan sekarang lo udah jalan sama cewek lain." Laki-laki yang tengah berhadapan dengan Zaidan adalah Gavin, mantan pacar Khalisa.

Tadinya Zaidan lupa akan sosok Gavin, tapi saat laki-laki berkacamata itu menyebutkan nama Khalisa, Zaidan akhirnya sadar jika Gavin marah kepadanya karena laki-laki itu mengira jika Zaidan selingkuh dari Khalisa. Padahal tanpa sepengetahuan Gavin, Zaidan dan Khalisa sama sekali tidak menjalin hubungan seperti yang dipikirkan laki-laki itu.

"Lo nggak tahu apa-apa. Jadi mending jangan gangguin gue lagi." Ucap Zaidan yang akhirnya memelankan suaranya.

"Lo udah khianatin Khalisa. Lo sama sekali nggak pantes buat dia!"

Setelah mengatakan hal itu, Gavin kembali memberikan pukulan yang kini tidak hanya di wajah tapi juga di perut Zaidan. Bahkan Zaidan sampai terbatuk karena pukulan keras dari Gavin untuknya. Namun, Zaidan sama sekali tidak berniat membalas pukulan mantan pacar Khalisa itu. Karena menurutnya, Gavin hanya salah paham dengan kejadian tadi siang.

Amarah Gavin benar-benar meledak saat dirinya tidak sengaja melihat Zaidan keluar dari toko kue bersama dengan seorang perempuan. Tentu saja Gavin tidak akan tinggal diam melihat pengkhianatan Zaidan pada Khalisa yang merupakan perempuan yang Gavin cintai.

"Dan lo. Percuma pakaian lo tertutup kayak gini kalau kenyataannya lo itu perempuan MURAHAN!" Teriak Gavin sembari menunjuk tajam kearah Aiyla.

Tubuh mungil Aiyla sampai bergetar saking terkejutnya mendengar teriakan laki-laki di hadapannya itu. Tanpa sadar, air mata Aiyla lolos begitu saja saat Gavin dengan lantang mengatakan bahwa Aiyla adalah perempuan murahan.

Sedangkan Zaidan, pancaran mata laki-laki itu sudah menggelap mendengar ucapan Gavin yang menghina istrinya. Kepalan tangan Zaidan begitu kuat hingga membuat urat-urat di tangannya terlihat dengan jelas.

Dengan langkah lebarnya, laki-laki itu membalikkan tubuh Gavin dengan kasar dan melayangkan pukulan diwajah laki-laki itu. Pukulan Zaidan tak main-main. Bahkan hanya dengan satu pukulan itu Gavin sampai terpental ke tanah saking kuatnya. Emosi Zaidan benar-benar memuncak bahkan deru napasnya pun memendek saking emosinya.

"Jangan pernah berani muncul dihadapan gue lagi. Atau lo akan tahu akibatnya!" Desis Zaidan dengan tatapan elangnya.

Zaidan kemudian menarik pelan pergelangan tangan Aiyla untuk menjauh dari Gavin dan menuntun sang istri masuk ke dalam mobil.

Kendaraan roda empat milik Zaidan pun meninggalkan area parkiran toko dan juga Gavin yang ada disana.

Saat mobil Zaidan sudah jauh dari posisi toko kue tadi, laki-laki berperawakan tegap itu menghentikan mobilnya di tepi jalan sepi untuk menenangkan diri lebih dulu. Suara tangis perempuan berhijab disampingnya pun semakin mengusik indera pendengaran Zaidan.

Zaidan menghembuskan napasnya dengan kasar karena bingung bagaimana cara meredam tangis sang istri. Sejak masuk ke dalam mobil, Aiyla memang sudah menangis bahkan tangisnya belum reda hingga sekarang.

"Jangan menangis lagi. Ucapan laki-laki tadi nggak perlu dipikirin. Kamu itu perempuan yang berharga yang selalu menjaga diri dengan baik. Kata-kata Gavin tadi anggap aja angin lalu." Begitulah kalimat penyemangat yang diberikan Zaidan pada Aiyla.

Perlahan tangis Aiyla mereda mendengar penuturan Zaidan.

"Aku bukan menangis karena ucapan laki-laki tadi, Mas." Ucap Aiyla yang membuat Zaidan menatap lekat kearah gadis 20 tahun itu.

"Terus kamu nangis karena apa?" Tanya Zaidan. Yang ada di pikiran Zaidan adalah Aiyla menangis karena sakit hati dengan makian Gavin padanya.

"A-aku cuman takut liat Mas Zaidan dipukulin kayak tadi. A-aku juga takut ngeliat orang berantem." Cicit Aiyla dengan jujurnya.

Zaidan menghela napas mendengar jawaban Aiyla. Sungguh sangat diluar dugaan, pikir Zaidan.

"Saya baik-baik aja. Kamu jangan menangis lagi." Ucap Zaidan sembari memelankan suaranya diakhir kalimat.

"Kita obatin luka Mas Zaidan dulu, ya, sebelum lanjutin perjalanannya."

Karena tidak ingin membuat Aiyla bertambah sedih, akhirnya Zaidan menurut saja. Dengan begitu telaten Aiyla mengobati satu persatu luka yang ada diwajah Zaidan dengan obat yang tersedia dalam kotak P3K.

"Mas, boleh aku tanya sesuatu?"

"Hm?"

"Apa Mas Zaidan beneran punya hubungan dengan Khalisa?" Tanya Aiyla akhirnya mengeluarkan isi hatinya.

Terpopuler

Comments

꧁♥𝑨𝒇𝒚𝒂~𝑻𝒂𝒏™✯꧂

꧁♥𝑨𝒇𝒚𝒂~𝑻𝒂𝒏™✯꧂

Aiyla bener2 deh syg pd suaminya... namun Zaidan masih plin plan...

2024-01-28

1

Nar Sih

Nar Sih

jujur zaidan bilang sama istri mu yg baik yg sesunguh nya biar ndak ada slh faham ,👍

2023-12-30

0

lihat semua
Episodes
1 Menolak Perjodohan
2 Penerimaan
3 Pembicaraan Dua Pihak Keluarga
4 Ungkapan Menyakitkan Zaidan
5 Penolakan Aiyla
6 Hari Pernikahan
7 Hari Pertama Setelah Sah
8 Pindah Rumah
9 Kemarahan Zaidan
10 Kunjungan Maira
11 Frustasi
12 Makan Malam Berdua
13 Kerisauhan Aiyla
14 Perasaan Aneh
15 Kemarahan Zaidan
16 Ganas?
17 Rencana Licik Khalisa
18 Jangan Menangis Lagi!
19 Perempuan Ibaratkan Gelas-gelas Kaca
20 Apa Mas Ingin Tahu Siapa Laki-laki Itu?
21 Mendadak Berubah
22 Lembaran Baru
23 Emoji Hati Untuk Aiyla
24 Video Call
25 Kedatangan Yang Tiba-tiba
26 Kemanisan?
27 Saya Butuhnya Kamu!
28 Kedatangan Khalisa
29 Dijebak?
30 Tidak Ingin Kehilangan
31 Cemburunya Zaidan
32 Pukulan Itu Belum Seberapa
33 Mencoba Jujur
34 Tidak Ingin Berpisah
35 Di mana-mana Bertemu?
36 Paket Tanpa Nama Pengiriman
37 Sama-sama Cinta?
38 Di Mana Dia?
39 Mandi Bareng, Yuk!
40 Keraguan Azri
41 Takut Berharap Lebih
42 Membayar Biaya Opreasi
43 Bukti Pengkhianatan
44 Tidak Ada Alasan Bertahan
45 Kenapa Ini Terjadi
46 Penjelasan Khalisa
47 Diculik?
48 Kamu Ingin Bebas?
49 Penyamaran
50 Kita Harus Segera Pergi
51 Jangan Nekat!
52 Dalam Bahaya
53 Aksi Penyelamatan
54 Lebih Baik Berpisah
55 Tidak Sabar Bertemu
56 Belajar Gombal
57 Cinta Pertama
58 Kagum
59 Suapan Aiyla
60 Dia Aiyla!
61 Ini Tentang Hanif
62 Nomer Tidak Dikenal
63 Bidadari Surga
64 Maaf
65 Pingsan
66 Kabar Bahagia
67 Istri Saya
68 cemburu
Episodes

Updated 68 Episodes

1
Menolak Perjodohan
2
Penerimaan
3
Pembicaraan Dua Pihak Keluarga
4
Ungkapan Menyakitkan Zaidan
5
Penolakan Aiyla
6
Hari Pernikahan
7
Hari Pertama Setelah Sah
8
Pindah Rumah
9
Kemarahan Zaidan
10
Kunjungan Maira
11
Frustasi
12
Makan Malam Berdua
13
Kerisauhan Aiyla
14
Perasaan Aneh
15
Kemarahan Zaidan
16
Ganas?
17
Rencana Licik Khalisa
18
Jangan Menangis Lagi!
19
Perempuan Ibaratkan Gelas-gelas Kaca
20
Apa Mas Ingin Tahu Siapa Laki-laki Itu?
21
Mendadak Berubah
22
Lembaran Baru
23
Emoji Hati Untuk Aiyla
24
Video Call
25
Kedatangan Yang Tiba-tiba
26
Kemanisan?
27
Saya Butuhnya Kamu!
28
Kedatangan Khalisa
29
Dijebak?
30
Tidak Ingin Kehilangan
31
Cemburunya Zaidan
32
Pukulan Itu Belum Seberapa
33
Mencoba Jujur
34
Tidak Ingin Berpisah
35
Di mana-mana Bertemu?
36
Paket Tanpa Nama Pengiriman
37
Sama-sama Cinta?
38
Di Mana Dia?
39
Mandi Bareng, Yuk!
40
Keraguan Azri
41
Takut Berharap Lebih
42
Membayar Biaya Opreasi
43
Bukti Pengkhianatan
44
Tidak Ada Alasan Bertahan
45
Kenapa Ini Terjadi
46
Penjelasan Khalisa
47
Diculik?
48
Kamu Ingin Bebas?
49
Penyamaran
50
Kita Harus Segera Pergi
51
Jangan Nekat!
52
Dalam Bahaya
53
Aksi Penyelamatan
54
Lebih Baik Berpisah
55
Tidak Sabar Bertemu
56
Belajar Gombal
57
Cinta Pertama
58
Kagum
59
Suapan Aiyla
60
Dia Aiyla!
61
Ini Tentang Hanif
62
Nomer Tidak Dikenal
63
Bidadari Surga
64
Maaf
65
Pingsan
66
Kabar Bahagia
67
Istri Saya
68
cemburu

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!