Frustasi

Tidur pulas Zaidan terusik ketika indra pendengarannya samar-samar mendengar seseorang melantunkan ayat suci Al-Qur'an dengan begitu merdu. Zaidan mengerjapkan matanya berkali-kali guna mengumpulkan kesadarannya kembali. Laki-laki 23 tahun itu melirik kearah jam yang berada di atas nakas. Ternyata saat ini sudah menunjukkan masuknya waktu salat subuh.

Zaidan segera bangkit dari tempat tidur menuju ke kamar mandi untuk mencuci muka sekaligus berwuduh.

Selesai melaksanakan salat 2 rakaat tersebut, Aiyla belum juga menyelesaikan bacaan Al-Qur'annya. Entah angin apa yang membawa Zaidan melangkah keluar dan mengecek kamar sang istri yang tepat berada di samping kamarnya.

Saat Zaidan berdiri di depan pintu kamar Aiyla, ternyata pintu kamar gadis itu tidak tertutup rapat. Ada celah yang membuat Zaidan bisa mengintip di balik benda persegi panjang itu. Dilihatnya Aiyla yang sudah mengakhiri kegiatannya dan segera menutup mushaf Al-Qur'an.

Tubuh Zaidan terasa tersengat aliran listrik kala melihat Aiyla melepas mukena yang dikenakannya dan menampilkan rambut indah milik gadis itu. Zaidan merasa ada yang salah dengan dirinya sendiri, otak Zaidan memerintahkan agar laki-laki itu segera pergi dari sana. Tapi, tubuhnya seolah menolak untuk mengakhiri pemandangan indah di depannya. Sebenarnya tidak ada yang salah dengan penampilan Aiyla, gadis itu masih menggunakan baju yang sopan dan tertutup, hanya saja rambut yang menutupi pundaknya benar-benar indah di mata Zaidan. Posisi gadis itu juga masih membelakangi Zaidan hingga membuat laki-laki bertubuh tegap itu leluasa memandangi sang istri dari balik pintu.

Melihat Aiyla yang hendak berbalik, Zaidan segera melangkah kembali kearah kamarnya.

"Ini benar-benar aneh. Kenapa gue bisa deg-degan cuman karena liat dia nggak pakai hijab? Bukannya gue sehari-hari sering liat perempuan yang nggak pakai hijab, ya? Tapi, kenapa dia keliatan beda banget dari yang lain?" Gumam Zaidan seraya terus membayangkan bagaimana penampilan sang istri tanpa di balut hijab.

Pagi harinya, Aiyla sudah sibuk dengan urusan dapur sedangkan Zaidan sudah siap dengan pakaian kantornya. Ya, hari ini adalah hari pertama Zaidan bekerja setelah mengambil cuti untuk melangsungkan acara pernikahannya.

"Sarapan dulu, Mas." Ajak Aiyla dengan senyuman manis menatap Zaidan yang baru saja keluar dari kamar.

"Hm,"

Meski Zaidan masih bersikap dingin padanya, tapi Aiyla bersyukur Zaidan tidak menolak untuk memakan masakan buatannya.

Pasangan suami istri itu menikmati sarapan dengan begitu hening. Meski sarapan di satu meja yang sama, namun tidak ada interaksi apapun yang terjadi sepanjang sarapan berlangsung.

Tanpa Aiyla sadari, sejak tadi Zaidan berusaha mencuri-curi pandang kearah gadis berpakaian syar'i itu. Zaidan juga tidak mengerti kenapa dia tiba-tiba membayangkan Aiyla tidak mengenakan hijab saat bersamanya. Sebenarnya Zaidan benci mengakui jika dia diam-diam memuji kecantikan istrinya sendiri.

"Saya sudah selesai," Ucap Zaidan lalu segera bangkit dari kursi.

"Tunggu, Mas!" Aiyla segera meraih paper bag yang berisi bekal untuk sang suami.

Zaidan menyeritkan dahinya ketika Aiyla menyerahkan paper bag tersebut padanya.

"Itu apa?" Tanya Zaidan bingung.

"Ini bekal buat Mas Zaidan." Jawab Aiyla dengan cepat.

Mendengar penuturan Aiya, laki-laki 23 tahun itu pun melemparkan tatapan tajam kearah sang istri.

"Kamu sengaja mau buat saya malu di depan karyawan saya sendiri?" Tanya Zaidan dengan mata memicing.

Aiyla sama sekali tidak memiliki niatan membuat Zaidan malu dengan membawa bekal ke kantor. Memang apa yang salah dengan membawa bekal? Pikir Aiyla.

"Saya ini bukan anak SD yang perlu kamu siapin bekal kayak gini,"

"Maaf, Mas. Tadinya aku cuman khawatir Mas Zaidan nggak sempat makan dikantor karena sibuk. Makanya aku buatin bekal buat Mas." Jawab Aiyla seraya menarik kembali paper bag tersebut.

"Jangan sok perduli dengan saya. Kamu pikir, saya nggak tahu apa rencana kamu sebenarnya, ha?"

"Maksud Mas Zaidan apa?" Aiyla jadi bingung sendiri dengan perkataan Zaidan. Laki-laki itu seakan menuduh Aiyla melakukan semua ini karena menginginkan sesuatu dari Zaidan.

"Jangan pura-pura nggak tahu. Kamu sengaja kan sok baik sama saya supaya saya bisa membuka hati buat kamu dan berakhir tidak menceraikan kamu?, Dan setelah itu kamu bisa terus menikmati hidup mewah seperti sekarang." Ucap Zaidan dengan mata menyipit.

"Astaghfirullahalazim. Mas Zaidan salah paham, aku---"

"Kamu itu cuman gadis miskin yang berharap jadi orang kayak dengan jalan pintas kan? Bukannya sedari awal niat kamu menerima perjodohan ini karena harta, ya?" Senyum miring Zaidan terbit kala melihat raut wajah Aiyla yang berubah.

"Mas boleh bersikap dingin karena belum bisa menerima aku sebagai istri Mas Zaidan. Tapi, perlu Mas Zaidan tahu, aku melakukan semua ini semata-mata karena kewajiban aku sebagai seorang istri. Bukan karena menginginkan harta Mas Zaidan."

"Aku memang terlahir dari keluarga miskin, Mas. Tapi, aku tidak pernah sekalipun kekurangan akan materi. Karena Allah sudah menyediakan rezeki untuk setiap hamba-Nya. Aku juga menerima perjodohan ini bukan semata-mata karena permintaan kedua orang tuaku. Tapi karena Allah yang menakdirkannya." Sambung Aiyla panjang lebar.

"Kalau memang Mas Zaidan tidak mau bawa bekal buatan aku, nggak apa-apa. Aku juga tidak akan memaksa. Mas yang lebih tahu apa terbaik buat diri Mas sendiri. Aku minta maaf karena buat Mas Zaidan berpikir kalau aku mau mempermalukan Mas di depan orang banyak."

Setelah mengatakan itu, Aiyla pergi begitu saja meninggalkan Zaidan seorang diri. Zaidan sempat berpikir jika Aiyla marah dengan ucapannya tadi dan mengabaikan laki-laki itu begitu saja. Namun, tanpa di duga Aiyla kembali dengan membawa tas kantor milik Zaidan. Gadis berpakaian syar'i itu kemudian menyerahkan tas milik Zaidan dan segera di terima oleh laki-laki itu.

Ingin rasanya Zaidan mengucapkan terima kasih, tapi gengsi yang teramat tinggi membuat laki-laki berperawakan tegap itu hanya diam saja sembari terus menatap kearah sang istri.

"Bukannya saya sudah kasih kamu kartu ATM minggu lalu?" Tanya Zaidan ketika melihat Aiyla mengulurkan tangannya. Dugaan yang pertama kali muncul di kepala Zaidan adalah Aiyla hendak meminta uang pada laki-laki itu.

"Aku bukan mau minta uang, Mas. Aku cuman mau cium tangan Mas Zaidan." Ucap Aiyla lembut.

"Memangnya harus?" Pertanyaan aneh itu akhirnya keluar dari mulut Zaidan.

"Kalau Mas Zaidan tidak mau--" Aiyla menggantungkan ucapannya ketika melihat Zaidan tiba-tiba menyodorkan tangannya di depan Aiyla.

Tanpa pikir panjang, Aiyla segera menyalami sang suami dan mencium punggung tangan laki-laki yang telah sah menjadi suaminya itu.

"Saya pergi dulu," Pamit Zaidan yang mendapat anggukan dari Aiyla.

"Hati-hati, Mas. Semoga Allah memudahkan urusan-urusan Mas di kantor."

Setelah berpamitan, Zaidan kemudian berangkat ke kantor mengendarai mobil pribadinya. Sepanjang jalan, Zaidan terus saja merutuki kebodohannya sendiri. Dia sudah seperti laki-laki yang tidak memiliki pendirian. Awalnya dia menuduh Aiyla ingin menikah dengannya hanya karena menginginkan harta, tapi menit berikutnya laki-laki itu justru luluh dengan perlakuan lembut istrinya.

Saking frustasinya, Zaidan sampai memukul stir mobil berkali-kali. Pikirannya benar-benar kacau semenjak kehadiran sosok perempuan yang kini sah menjadi istrinya.

Sesampainya di kantor, Zaidan sudah disibukkan dengan pekerjaan yang menumpuk. Ada beberapa proyek yang harus Zaidan tangani, dan itu juga membutuhkan fokus dan waktu yang lebih saat bekerja. Hingga jam sudah menunjukkan waktu makan siang, Zaidan masih fokus dengan beberapa berkas yang berserakan di atas meja. Zaidan hanya sempat melaksanakan salat zuhur lalu kembali melanjutkan pekerjaannya.

Tok...

Tok...

Suara ketukan pintu bahkan tidak bisa mengalihkan tatapan Zaidan pada layar leptop di depannya.

"Masuk," Ucap Zaidan tanpa menoleh kearah pintu.

"Jam makan siang udah hampir selesai, Dan. Lo nggak makan siang dulu, gitu?" Tanpa menoleh pun Zaidan mengetahui siapa pemilik suara itu.

"Gue masih sibuk." Jawab Zaidan.

Kevin yang melihat sahabatnya begitu fokus tampak kagum dengan kinerja Zaidan. Laki-laki itu memang sangat bertanggung jawab dengan pekerjaannya. Bahkan saking tidak ingin mengecewakan atasannya, Zaidan bekerja dengan keras hingga melupakan jam makannya sendiri.

"Udahlah, Dan. Lo bisa kerjain itu nanti. Hanif sama Azri udah nungguin kita di kantin." Ucap Kevin kembali.

"Ya, udah. Oke!" Zaidan menyerah ketika Kevin yang membujuk. Sahabat Zaidan satu itu memang terkenal keras kepala dan pantang untuk ditolak. Maka dari itu setiap Kevin yang membujuk, pasti Zaidan akan langsung menurut.

Saat sampai di kantin, keempat pria itupun segera memesan makan siang mereka.

"Dan, semalam temen SMA lo ngechat gue." Ucap Kevin tiba-tiba yang membuat Zaidan menatap kearahnya.

"Khalisa maksud lo?" Tanya Zaidan memastikan.

"Iya. Dia bahkan ngechat gue cuman buat minta nomer lo." Jawab Kevin sedikit murung. Pasalnya semalam dia sudah bahagia mendapat pesan dari Khalisa tapi ternyata perempuan itu hanya menanyakan perihal Zaidan saja.

"Terus lo kasih ke dia?" Pertanyaan itu kini terlontar dari mulut Azri.

"Nggak lah. Zaidan itu udah punya istri. Meskipun Zaidan belum bisa nerima istri dia, paling nggak dia harus jaga nama baiknya sendiri. Jadi, gue bohong aja sama Khalisa dan bilang aja kalau handphone Zaidan rusak." Ucap Kevin dengan santainya.

"Kayaknya Khalisa suka sama lo, Dan." Sahut Hanif yang membuat Azri yang duduk disampingnya mengangguk menyetujui ucapan sahabatnya.

Zaidan hanya diam tidak menanggapi ucapan Hanif. Zaidan sendiri tidak berminat membicarakan perihal Khalisa. Pikirannya saat ini hanya fokus akan dua hal. Pekerjaan dan juga istrinya.

__________

Halo teman-teman pembaca, maaf, ya, author baru bisa update hari ini. Kebetulan beberapa hari yang lalu author lagi ada kegiatan organisasi di kampus. Jadi belum sempat buat update cerita Aiyla dan Zaidan. Karena author udah update, yuk segera dukung karya ini dengan cara like, komen dan beri hadiah. Oh, iya, author boleh minta tolong nggak sama teman-teman pembaca? author cuman mau minta tolong buat kalian ajak teman-teman kalian buat ramein cerita ini. Agar author lebih semangat lagi menulisnya.❤❤

Terima kasih. Salam hangat dan peluk jauh buat kalian semua. ❤

Terpopuler

Comments

Lilis N Andini

Lilis N Andini

makasih kak udah bikin karya yg luar biasa👍👍🥰

2024-04-29

1

Nar Sih

Nar Sih

siapp kakk ,cerita bagus kok ,pasti aku lanjutt hingga end,semagatt buat kakak ,up lgi yaaa👍👍☺️

2023-12-16

0

lihat semua
Episodes
1 Menolak Perjodohan
2 Penerimaan
3 Pembicaraan Dua Pihak Keluarga
4 Ungkapan Menyakitkan Zaidan
5 Penolakan Aiyla
6 Hari Pernikahan
7 Hari Pertama Setelah Sah
8 Pindah Rumah
9 Kemarahan Zaidan
10 Kunjungan Maira
11 Frustasi
12 Makan Malam Berdua
13 Kerisauhan Aiyla
14 Perasaan Aneh
15 Kemarahan Zaidan
16 Ganas?
17 Rencana Licik Khalisa
18 Jangan Menangis Lagi!
19 Perempuan Ibaratkan Gelas-gelas Kaca
20 Apa Mas Ingin Tahu Siapa Laki-laki Itu?
21 Mendadak Berubah
22 Lembaran Baru
23 Emoji Hati Untuk Aiyla
24 Video Call
25 Kedatangan Yang Tiba-tiba
26 Kemanisan?
27 Saya Butuhnya Kamu!
28 Kedatangan Khalisa
29 Dijebak?
30 Tidak Ingin Kehilangan
31 Cemburunya Zaidan
32 Pukulan Itu Belum Seberapa
33 Mencoba Jujur
34 Tidak Ingin Berpisah
35 Di mana-mana Bertemu?
36 Paket Tanpa Nama Pengiriman
37 Sama-sama Cinta?
38 Di Mana Dia?
39 Mandi Bareng, Yuk!
40 Keraguan Azri
41 Takut Berharap Lebih
42 Membayar Biaya Opreasi
43 Bukti Pengkhianatan
44 Tidak Ada Alasan Bertahan
45 Kenapa Ini Terjadi
46 Penjelasan Khalisa
47 Diculik?
48 Kamu Ingin Bebas?
49 Penyamaran
50 Kita Harus Segera Pergi
51 Jangan Nekat!
52 Dalam Bahaya
53 Aksi Penyelamatan
54 Lebih Baik Berpisah
55 Tidak Sabar Bertemu
56 Belajar Gombal
57 Cinta Pertama
58 Kagum
59 Suapan Aiyla
60 Dia Aiyla!
61 Ini Tentang Hanif
62 Nomer Tidak Dikenal
63 Bidadari Surga
64 Maaf
65 Pingsan
66 Kabar Bahagia
Episodes

Updated 66 Episodes

1
Menolak Perjodohan
2
Penerimaan
3
Pembicaraan Dua Pihak Keluarga
4
Ungkapan Menyakitkan Zaidan
5
Penolakan Aiyla
6
Hari Pernikahan
7
Hari Pertama Setelah Sah
8
Pindah Rumah
9
Kemarahan Zaidan
10
Kunjungan Maira
11
Frustasi
12
Makan Malam Berdua
13
Kerisauhan Aiyla
14
Perasaan Aneh
15
Kemarahan Zaidan
16
Ganas?
17
Rencana Licik Khalisa
18
Jangan Menangis Lagi!
19
Perempuan Ibaratkan Gelas-gelas Kaca
20
Apa Mas Ingin Tahu Siapa Laki-laki Itu?
21
Mendadak Berubah
22
Lembaran Baru
23
Emoji Hati Untuk Aiyla
24
Video Call
25
Kedatangan Yang Tiba-tiba
26
Kemanisan?
27
Saya Butuhnya Kamu!
28
Kedatangan Khalisa
29
Dijebak?
30
Tidak Ingin Kehilangan
31
Cemburunya Zaidan
32
Pukulan Itu Belum Seberapa
33
Mencoba Jujur
34
Tidak Ingin Berpisah
35
Di mana-mana Bertemu?
36
Paket Tanpa Nama Pengiriman
37
Sama-sama Cinta?
38
Di Mana Dia?
39
Mandi Bareng, Yuk!
40
Keraguan Azri
41
Takut Berharap Lebih
42
Membayar Biaya Opreasi
43
Bukti Pengkhianatan
44
Tidak Ada Alasan Bertahan
45
Kenapa Ini Terjadi
46
Penjelasan Khalisa
47
Diculik?
48
Kamu Ingin Bebas?
49
Penyamaran
50
Kita Harus Segera Pergi
51
Jangan Nekat!
52
Dalam Bahaya
53
Aksi Penyelamatan
54
Lebih Baik Berpisah
55
Tidak Sabar Bertemu
56
Belajar Gombal
57
Cinta Pertama
58
Kagum
59
Suapan Aiyla
60
Dia Aiyla!
61
Ini Tentang Hanif
62
Nomer Tidak Dikenal
63
Bidadari Surga
64
Maaf
65
Pingsan
66
Kabar Bahagia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!