Kemarahan Zaidan

"Z-zaidan, Aiyla. K-kenapa kalian berdua bisa keluar dari mobil yang sama?" Tampak jelas raut wajah terkejut yang di tunjukkan Hanif saat tak sengaja berpapasan dengan Zaidan dan Aiyla.

Pikiran Hanif mulai berkelana tak menentu, ada perasaan takut sekaligus cemas. Takut jika apa yang dia pikirkan tentang dua orang itu benar-benar terjadi. Cemas karena menunggu jawaban dari Zaidan dan Aiyla.

Padahal Hanif tahu jika Aiyla tidak mungkin menerima tumpangan atau berduaan dengan laki-laki yang bukan mahramnya di dalam mobil. Dan tentu Hanif ingat jika sahabatnya itu sudah menikah, bahkan Hanif datang di acara pernikahan Zaidan waktu itu.

Satu fakta yang bahkan membuat dada Hanif sesak ketika memikirkannya. Mungkinkah perempuan yang kini telah sah menjadi istri sahabatnya adalah Aiyla? Wanita soleha yang selama ini menjadi incaran Hanif? Mengingat jika istri dari sahabatnya itu mengenakan cadar sewaktu acara pernikahan mereka.

Zaidan menatap bingung kearah Hanif saat melihat ekspresi wajah laki-laki itu terlihat terkejut. Dan, ya, dari mana Hanif tahu tentang Aiyla? Bukankah Zaidan tidak pernah menyebut nama istrinya itu di depan ketiga sahabatnya? Lantas mengapa Hanif seolah mengenal Aiyla?

"Kayak yang lo lihat barusan. Gue sama Aiyla keluar dari mobil yang sama." Jawab Zaidan kemudian. Sedangkan Aiyla hanya bisa diam membisu menatap kedua laki-laki itu bergantian.

Sebenarnya Aiyla juga terkejut dengan pertemuan mereka. Hanif dan Zaidan sepertinya saling mengenal dan itu terbukti dari cara mereka saling menyapa satu sama lain.

"Ikut gue," Tanpa permisi, Hanif menarik Zaidan menjauh dari Aiyla.

Laki-laki itu membawa sahabatnya untuk mengobrol empat mata. Jujur, Hanif belum siap untuk mendengar fakta yang sebenarnya.

"Lo kenapa sih, Nif?" Tanya Zaidan dengan raut wajah penuh tanda tanya.

"Jawab gue jujur, Dan. Kenapa lo bisa bareng sama Aiyla? Gue tahu Aiyla nggak mungkin nerima tawaran dari laki-laki yang bukan mahramnya. Apa lo maksa dia buat ikut sama elo?" Sentak Hanif dengan tatapan tajam kearah sahabatnya.

"Lo tahu dari mana soal Ai---"

"Lo cukup jawab pertanyaan gue!" Kini suara tegas milik Hanif meninggi kala Zaidan memilih bertanya daripada menjawab pertanyaan darinya.

"Aiyla istri gue!" Hanya tiga kata itu yang mampu membuat dada Hanif terasa sesak setengah mati. Bahkan tangan laki-laki berusia 23 tahun itu mengepal kuat dengan mata yang terpejam erat. Sungguh, jika yang berada di hadapannya adalah orang lain, mungkin Hanif tidak akan segan untuk melayangkan pukul di wajah orang itu. Hanya saja, akal sehat Hanif masih berfungsi untuk mengingat jika laki-laki yang ada di hadapannya kini adalah sahabatnya sendiri.

Marah, kecewa dan sedih adalah perasaan yang mewakili Hanif saat ini. Hanif merasa marah karena mengetahui jika perempuan yang selama ini dicintainya adalah sosok istri yang tidak diinginkan oleh sahabatnya. Hanif juga masih mengingat jelas bagaimana kalimat buruk yang terlontar dari mulut Zaidan kala menceritakan tentang perempuan yang kini telah sah menjadi istrinya.

"Lo mau kemana, Nif, jawab dulu pertanyaan gue. Lo tahu dari mana soal Aiyla?" Cegat Zaidan saat sahabatnya itu berniat untuk pergi tanpa memberi penjelasan terlebih dulu.

"Lo nggak perlu tahu dari mana gue kenal sama Aiyla. Yang perlu lo ingat cuman satu. Jangan pernah berani buat nyakitin Aiyla." Desis Hanif dengan mata memerah menahan amarah.

Laki-laki itu lalu menepis kasar tangan sahabatnya dan segera berlalu dari area parkiran minimarket. Sedangkan Zaidan, laki-laki berperawakan tinggi itu masih di penuhi tanda tanya setelah melihat jelas bagaimana kecewa dan marahnya Hanif ketika mendengar jika Aiyla adalah istrinya. Apa arti Aiyla bagi sahabatnya? Zaidan bahkan mengenal betul bagaimana Hanif. Laki-laki itu tidak akan mudah terpancing emosi apalagi untuk hal-hal yang bukan menjadi urusannya.

Zaidan mempercepat langkahnya mendekat kearah wanita berpakaian syar'i itu.

"Masuk mobil!" Perintah Zaidan dengan penuh ketegasan.

"Tapi, Mas---"

"Masuk mobil saya bilang!" Bentak Zaidan tanpa pikir panjang. Terlihat jelas kilatan amarah memancar dari mata laki-laki itu.

Aiyla yang mendapati hal itupun akhirnya menurut dengan segera masuk kedalam mobil. Begitu masuk, Zaidan dengan sekuat tenaga menginjak gas untuk melajukan mobilnya meninggalkan parkiran minimarket.

Terdengar deru napas kasar dari laki-laki di sampingnya. Tatapan Zaidan menajam dengan tangan yang begitu kuat menggenggam setir mobil.

Aiyla tidak mengerti apa sebenarnya yang dibicarakan oleh Zaidan dan Hanif hingga membuat suaminya itu terlihat sangat emosi.

Hanya butuh beberapa menit saja, akhirnya pasangan suami istri itupun sampai di rumah. Tanpa di duga, Zaidan lebih dulu turun dan membuka pintu mobil untuk sang istri dan segera menarik Aiyla keluar dari mobil untuk masuk ke dalam rumah.

"Jawab saya! Sebenarnya apa hubungan kamu sama Hanif?" Geram Zaidan tanpa melepaskan cekalan tangannya di pergelangan tangan Aiyla.

"Aku sama Mas Hanif nggak ada hubungan apa-apa, Mas." Jelas Aiyla dengan wajah memucat menahan sakit karena Zaidan semakin meremas tangan mungil gadis itu.

"Bohong!" Bentak Zaidan dengan suara nyaring.

"Jelas-jelas Hanif natap kamu dengan tatapan yang beda. Dan Hanif juga marah waktu saya bilang kalau kamu istri saya. Apa kamu masih bisa ngelak dengan semua itu, ha?" Wajah Zaidan saat ini benar-benar menakutkan. Aiyla bahkan tak sanggup menatap wajah suaminya sendiri.

"Aku beneran nggak tahu apa-apa, Mas." Ringis Aiyla mencoba melepaskan cekalan tangan suaminya.

"Tatap saya, Aiyla!" Sentak Zaidan dengan nada datar yang terdengar menahan emosi.

"Kamu sengaja deketin Hanif untuk hancurin persahabatan saya sama Hanif kan?" Tuduh Zaidan.

Aiyla menggeleng kuat mendengar tuduhan tersebut. Jelas, Aiyla tidak tahu menahu soal Zaidan dan Hanif. Yang Aiyla tahu hanyalah Hanif pernah mengajaknya untuk berta'aruf dan Aiyla menolak hal itu karena dia sebentar lagi akan menikah dengan Zaidan. Aiyla juga selalu berusaha menghindari interaksi lebih jika hal itu bukanlah sesuatu yang penting untuk dibicarakan.

"Demi Allah, Mas. Aku sama sekali nggak ada niatan buruk seperti yang Mas Zaidan pikiran. Terserah Mas mau percaya dengan penjelasan aku atau tidak. Yang jelas aku sudah jujur kalau aku sama Mas Hanif nggak ada hubungan apapun." Jelas Aiyla dengan air mata yang mulai berjatuhan di pipi gadis berpakaian syar'i itu.

Rasa sakit di pergelangan tangan Aiyla tidak sebanding dengan sakit hati yang gadis itu rasakan ketika Zaidan dengan lantang menuduhnya memiliki hubungan dengan Hanif untuk merusak persahabatan mereka.

"Kami bahkan baru bertemu dua kali, Mas. Dan itupun tanpa sengaja. Aku juga nggak tahu kalau selama ini Mas Hanif ternyata sahabat Mas Zaidan. Aku mohon Mas, percaya sama aku." Lirih Aiyla.

Perlahan tangan yang Zaidan gunakan untuk mencekal pergelangan tangan istrinya akhirnya mengendur. Melihat wajah Aiyla yang dipenuhi air mata membuat sudut hati Zaidan tersentuh. Laki-laki berperwatakan tegap itu bisa melihat kejujuran dari mata istrinya. Setitik rasa bersalah itupun muncul memenuhi relung hatinya saat melihat pergelangan tangan Aiyla memerah karena ulahnya.

"M-maaf, maafkan saya," Ucap Zaidan dengan wajah menunduk menatap pergelangan tangan Aiyla yang dicekal nya tadi.

"S-saya benar minta maaf, Aiyla. Jujur saya nggak tahu kenapa saya bisa semarah ini sampai hilang kendali. Saya cuman takut kalau kamu punya hubungan dengan laki-laki lain terlebih sama sahabat saya sendiri." Ucap Zaidan dengan rasa bersalah.

Aiyla tak bergeming untuk menanggapi permintaan maaf suaminya. Aiyla hanya menatap lekat kearah laki-laki itu. Ingin sekali rasanya Aiyla memperjelas alasan kemarahan laki-laki itu. Apakah karena dia takut jika Aiyla bersama laki-laki lain? Atau takut jika persahabatannya dengan Hanif hancur?

"Tolong maafin, saya. Tadi saya benar-benar khilaf," Sekali lagi Zaidan berusaha membujuk sang istri untuk memaafkannya.

"Lain kali, kalau ada hal yang mengganjal di hati Mas Zaidan tolong dibicarakan baik-baik, Mas. Jujur aku takut liat Mas Zaidan marah seperti tadi."

"I-iya, saya janji. Tapi, kamu mau kan maafin saya?"

Aiyla akhirnya mengangguk karena tak tega melihat wajah Zaidan yang begitu merasa bersalah dengan tindakan kasarnya tadi.

_______

Malam harinya, Aiyla menyiapkan makan malam seperti biasa. Bahkan kejadian tadi sore seolah angin lalu bagi gadis itu. Dengan penuh senyuman, Aiyla menghidangkan masakannya di meja makan dengan tenang.

Pasangan suami istri itupun menikmati makan malam dengan khidmat. Aiyla juga bersikap layaknya seorang istri yang melayani suaminya dengan baik. Menyiapkan makanan dan mengambilkan makanan untuk sang suami.

Selesai dengan rutinitasnya, pasangan itupun kembali ke kamar masing-masing. Sebelum tidur, Aiyla menyempatkan untuk melakukan ritual layaknya perempuan lain di malam hari. Ya, memakai skincare juga menjadi kebiasaan dari gadis itu agar tetap bisa menyegarkan mata suaminya. Hal ini menjadi salah satu bentuk ikhtiar Aiyla untuk menjaga kecantikannya untuk sang suami. Terlepas dari kodrat laki-laki yang memang senang memandang banyak wanita, Aiyla akan tetap berusaha untuk menyenangkan mata suaminya dengan caranya sendiri.

Selesai mengenakan skincare dan berganti pakaian, Aiyla lalu berjalan menuju ke kasur dan hendak naik ke tempat tidurnya. Namun, mata Aiya tak sengaja menatap kearah gorden yang menutupi jendela kamarnya itu. Sepertinya ada sesuatu yang mengganjal hingga gorden tersebut tidak tertutup dengan rapat. Segera, Aiyla turun dari kasur dan menarik kursi untuk memperbaiki gorden kamarnya.

Di luar kamar Aiyla, Zaidan berdiri bak patung karena bingung harus berbuat apa. Satu menit yang lalu Zaidan berniat mengetuk pintu kamar sang istri untuk meminta maaf pada perempuan itu. Rasanya hati Zaidan belum sepenuhnya lega mendengar jawaban dari istrinya tadi sore. Namun, baru akan mengetuk, tiiba-tiba Zaidan kembali mengurungkan niatnya karena takut mengganggu waktu istrahat Aiyla. Begitu seterusnya hingga hampir 20 menit Zaidan berdiri di depan pintu kamar Aiyla.

Hingga akhirnya Zaidan memilih untuk mengatakannya besok pagi saja. Namun, baru hendak bergeser dari tempatnya. Zaidan tiba-tiba mendengar suara sesuatu jatuh dari dalam kamar Aiyla.

Brukk...

"Aduhhhh, sakit banget, ya, Allah. ... "

Terpopuler

Comments

CintaAfya

CintaAfya

Zaidan sudah ada rasa pd Aiyla, sebenarnya Zaidan cemburu pd Aiyla yg disangkakan ada hubungan dgn Hanif sebelum mereka bernikah....

2024-01-27

0

Nar Sih

Nar Sih

benih cinta seperti nya udh mulai tumbuh di hati mu zaidan untuk istri soleha mu ,lanjutt kakk smoga kakak author cpt sehat lgi biar lancar up nya ,semagatt kakk👍💪

2023-12-24

1

lihat semua
Episodes
1 Menolak Perjodohan
2 Penerimaan
3 Pembicaraan Dua Pihak Keluarga
4 Ungkapan Menyakitkan Zaidan
5 Penolakan Aiyla
6 Hari Pernikahan
7 Hari Pertama Setelah Sah
8 Pindah Rumah
9 Kemarahan Zaidan
10 Kunjungan Maira
11 Frustasi
12 Makan Malam Berdua
13 Kerisauhan Aiyla
14 Perasaan Aneh
15 Kemarahan Zaidan
16 Ganas?
17 Rencana Licik Khalisa
18 Jangan Menangis Lagi!
19 Perempuan Ibaratkan Gelas-gelas Kaca
20 Apa Mas Ingin Tahu Siapa Laki-laki Itu?
21 Mendadak Berubah
22 Lembaran Baru
23 Emoji Hati Untuk Aiyla
24 Video Call
25 Kedatangan Yang Tiba-tiba
26 Kemanisan?
27 Saya Butuhnya Kamu!
28 Kedatangan Khalisa
29 Dijebak?
30 Tidak Ingin Kehilangan
31 Cemburunya Zaidan
32 Pukulan Itu Belum Seberapa
33 Mencoba Jujur
34 Tidak Ingin Berpisah
35 Di mana-mana Bertemu?
36 Paket Tanpa Nama Pengiriman
37 Sama-sama Cinta?
38 Di Mana Dia?
39 Mandi Bareng, Yuk!
40 Keraguan Azri
41 Takut Berharap Lebih
42 Membayar Biaya Opreasi
43 Bukti Pengkhianatan
44 Tidak Ada Alasan Bertahan
45 Kenapa Ini Terjadi
46 Penjelasan Khalisa
47 Diculik?
48 Kamu Ingin Bebas?
49 Penyamaran
50 Kita Harus Segera Pergi
51 Jangan Nekat!
52 Dalam Bahaya
53 Aksi Penyelamatan
54 Lebih Baik Berpisah
55 Tidak Sabar Bertemu
56 Belajar Gombal
57 Cinta Pertama
58 Kagum
59 Suapan Aiyla
60 Dia Aiyla!
61 Ini Tentang Hanif
62 Nomer Tidak Dikenal
63 Bidadari Surga
64 Maaf
65 Pingsan
66 Kabar Bahagia
Episodes

Updated 66 Episodes

1
Menolak Perjodohan
2
Penerimaan
3
Pembicaraan Dua Pihak Keluarga
4
Ungkapan Menyakitkan Zaidan
5
Penolakan Aiyla
6
Hari Pernikahan
7
Hari Pertama Setelah Sah
8
Pindah Rumah
9
Kemarahan Zaidan
10
Kunjungan Maira
11
Frustasi
12
Makan Malam Berdua
13
Kerisauhan Aiyla
14
Perasaan Aneh
15
Kemarahan Zaidan
16
Ganas?
17
Rencana Licik Khalisa
18
Jangan Menangis Lagi!
19
Perempuan Ibaratkan Gelas-gelas Kaca
20
Apa Mas Ingin Tahu Siapa Laki-laki Itu?
21
Mendadak Berubah
22
Lembaran Baru
23
Emoji Hati Untuk Aiyla
24
Video Call
25
Kedatangan Yang Tiba-tiba
26
Kemanisan?
27
Saya Butuhnya Kamu!
28
Kedatangan Khalisa
29
Dijebak?
30
Tidak Ingin Kehilangan
31
Cemburunya Zaidan
32
Pukulan Itu Belum Seberapa
33
Mencoba Jujur
34
Tidak Ingin Berpisah
35
Di mana-mana Bertemu?
36
Paket Tanpa Nama Pengiriman
37
Sama-sama Cinta?
38
Di Mana Dia?
39
Mandi Bareng, Yuk!
40
Keraguan Azri
41
Takut Berharap Lebih
42
Membayar Biaya Opreasi
43
Bukti Pengkhianatan
44
Tidak Ada Alasan Bertahan
45
Kenapa Ini Terjadi
46
Penjelasan Khalisa
47
Diculik?
48
Kamu Ingin Bebas?
49
Penyamaran
50
Kita Harus Segera Pergi
51
Jangan Nekat!
52
Dalam Bahaya
53
Aksi Penyelamatan
54
Lebih Baik Berpisah
55
Tidak Sabar Bertemu
56
Belajar Gombal
57
Cinta Pertama
58
Kagum
59
Suapan Aiyla
60
Dia Aiyla!
61
Ini Tentang Hanif
62
Nomer Tidak Dikenal
63
Bidadari Surga
64
Maaf
65
Pingsan
66
Kabar Bahagia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!