"Aduhhhh, sakit banget, ya, Allah. ... "
Suara ringisan Aiyla sangat jelas, bahkan terdengar oleh Zaidan yang saat ini berada di depan pintu kamar gadis itu.
Zaidan yang sudah panik akhirnya memilih masuk ke kamar sang istri. Untung saja, kamar Aiyla belum di kunci, jadi Zaidan bisa bebas membuka pintu kamar itu tanpa beban.
"Aiyla...." Tanpa sadar Zaidan memekik saat melihat Aiyla yang duduk di lantai dengan kondisi menahan sakit.
Sedangkan Aiyla yang melihat kedatangan Zaidan tentu saja kaget sekaligus gugup. Pasalnya baru pertama kali Aiyla menampilkan dirinya di depan suami tanpa gamis dan hijab panjang yang selalu dikenakannya. Lihatlah sekarang kondisi gadis itu. Baju tidur dengan model dress di bawah lutut dan rambut panjang yang menutupi pundaknya terurai dengan begitu indah.
"M-mas Zaidan," Aiyla gugup bukan main ketika Zaidan tanpa beban mendekat kearahnya dengan raut wajah khawatir. Sakit yang semula dirasakan Aiyla tiba-tiba hilang begitu saja digantikan dengan perasaan gugup yang luar biasa melandanya.
"Kamu kenapa, kok bisa duduk di lantai? Apa suara benda jatuh tadi itu kamu?" Tanya Zaidan sambil mengecek kondisi tubuh istrinya.
"Aiyla, hey? Jawab pertanyaan saya." Panik Zaidan saat melihat Aiyla hanya menatapnya terus menerus tanpa memberi penjelasan.
"I-iya, Mas. Tadi aku mau ngecek gorden jendela yang nggak bisa tertutup rapat. Tapi, karena kurang hati-hati pas turun dari kursi jadinya kaki aku keseleo dan jatuh, Mas." Jelas Aiyla yang mencoba menceritakan knologi kejadian yang menimpanya beberapa menit yang lalu.
Mendengar penjelasan dari istrinya, Zaidan segera mengecek kondisi kaki sang istri tanpa rasa gugup sedikit pun. Saat ini, pikiran Zaidan hanya tertuju pada kondisi kaki Aiyla. Zaidan seakan dibutakan dengan fakta bahwa penampilan Aiyla saat ini begitu berbeda dengan pakaian yang dikenakan gadis itu sehari-hari.
Agar lebih leluasa memeriksa kondisi sang istri, Zaidan kemudian mengangkat tubuh gadis 20 itu ke tempat tidur. Sontak hal tersebut membuat Aiyla terkejut dan reflek mengalungkan tangannya di leher sang suami.
Setelah meletakkan sang istri di tempat tidur, Zaidan kemudian berjongkok di pinggir kasur dan mencoba menggoyangkan secara perlahan kaki Aiyla.
"Pelan-pelan, Mas. Kaki aku sakit banget," Ringis Aiyla seraya melingkarkan kedua tangannya di lengan Zaidan.
"Tahan sebentar," Perintah Zaidan yang membuat Aiyla keringat dingin karena menunggu apa yang akan Zaidan lakukan pada kakinya.
"Tapi-----Aaaaaaa...." Aiyla sontak berteriak kala Zaidan kembali mencoba menggerakkan kaki istrinya.
"Mas pelan-pelan, sakit!" Adu Aiyla dengan mata sedikit berkaca-kaca.
Aiyla tidak bohong, kakinya benar-benar sangat sakit sekarang. Bahkan air mata gadis itu sudah menggenang di pelupuk matanya.
"Maaf, saya tidak ada niatan nyakitin kamu. Tapi, kaki kamu lagi keseleo, kalau nggak di urut sekarang takutnya malah tambah sakit nantinya. Jadi, kamu tahan sebentar, ya. Kalau sakit, gigit saya aja." Ucap Zaidan dengan lembut.
Aiyla yang mendengarnya pun dibuat terhipnotis dengan suara lembut sang suami. Akhirnya Aiyla hanya bisa menurut seraya terus berdoa dalam hati. Sedangkan Zaidan kini kembali fokus pada kaki sang istri.
"Mas-----Mmpppppp,"
"Ssshhhhh,"
Suara itu keluar bersamaan dari mulut Aiyla dan Zaidan. Laki-laki itu meringis menahan sakit saat Aiyla dengan sekuat tenaga menggigit pundaknya untuk menyalurkan rasa sakit akibat Zaidan yang mencoba mengurut kaki sang istri.
Beberapa detik kemudian Aiyla baru menyadari tindakannya dan segera melepaskan gigitannya pada pundak Zaidan. Aiyla lantas mengecek pundak suaminya untuk memastikan apakah gigitannya tadi benar-benar meninggalkan bekas atau tidak.
Dan, ya, mata Aiyla membola sempurna kala melihat pundak putih Zaidan kini bercampur warna merah kebiruan akibat bekas gigitan maut Aiyla.
"M-mas, aku minta maaf, Mas. Aku nggak sengaja gigit pundak Mas Zaidan." Ucap Aiyla yang kini merasa bersalah pada suaminya.
"Sakit, ya, Mas?"
Seharusnya pertanyaan konyol itu tidak terlontar dari mulut Aiyla. Jika sudah meninggalkan bekas dan warna merah kebiruan itu sudah sangat menjelaskan bahwa Zaidan pasti kesakitan dengan gigitan Aiyla tadi.
"Kamu kenapa ganas banget sih?" Tanya Zaidan dengan nada sedikit meringis karena sakit yang dirasakannya.
"Maaf, Mas. Aku beneran nggak sengaja. Tadi kan, Mas Zaidan sendiri yang bilang kalau kaki aku sakit gigit pundak, Mas aja." Sepertinya Aiyla sangat pandai memilih alasan hingga Zaidan tidak bisa banyak menjawab setelahnya.
"Tapi, kira-kira dong kalau mau gigit. Pundak saya sakit banget nih." Keluh Zaidan. Aiyla semakin merasa bersalah kala melihat wajah Zaidan yang benar-benar memelas karena kesakitan.
"Saya nggak mau tahu pokoknya kamu harus tanggung jawab!" Tegas Zaidan yang kini menatap serius kearah Aiyla.
"Ha?!"
Aiyla yang mendengar kata tanggung jawab tentu dibuat tercengang.
"Tapi kan, Mas Zaidan nggak sampai ha---"
"Jangan mikir yang kejauhan. Maksud saya itu, kamu harus tanggung jawab buat obatin luka saya." Kini Zaidan memperjelas kalimatnya agar sang istri tidak menafsirkannya dengan makna lain lagi.
"Iya, Mas. Kalau gitu tunggu sebentar, ya, Mas. Aku mau ambil obatnya dulu." Ucap Aiyla yang hendak beranjak dari posisinya.
Satu hal lagi yang membuat Aiyla tercengang. Kaki yang tadinya terasa begitu sakit kini rasa sakit itu menghilang begitu saja. Aiyla tidak menyangka, selain dianugrahi wajah yang tampan, suami Aiyla itu juga diberi kelebihan pandai memijit. Bolehkah Aiyla merasa beruntung karena memiliki suami seperti Zaidan? Memikirkannya saja membuat Aiyla senyum-senyum sendiri.
"Katanya mau ngambil obat. Kok malah senyum-senyum nggak jelas gitu?" Selidik Zaidan saat melihat sang istri tampak senyum sendiri.
Aiyla akhirnya turun dari kasur dan melangkah mencari obat untuk mengobati luka suaminya. Dengan hati-hati, Aiyla mengobati luka bekas gigitannya tersebut sembari meniup pelan pundak Zaidan.
Zaidan yang baru menyadari penampilan istrinya yang berbeda dibuat kagum dengan kecantikan Aiyla. Rambut yang terurai indah serta kulit putih gadis itu benar-benar membuat Zaidan terhipnotis karenanya.
"Kenapa dia nggak berpenampilan seperti ini setiap hari? Padahal dia cantik banget tanpa jilbab panjangnya." Gumam Zaidan yang ternyata masih terdengar oleh Aiyla. Namun, yang terdengar di telinga gadis itu hanya suara samar-samar tidak jelas.
"Mas Zaidan ngomong sesuatu?" Tanya Aiyla dengan posisi yang begitu dekat dengan wajah Zaidan.
Mata keduanya saling terkunci untuk beberapa saat. Kerja jantung pasangan suami istri itu mulai tidak normal. Jarak wajah Aiyla dan Zaidan juga hanya beberapa senti saja, hingga gadis itu bisa merasakan hembusan napas Zaidan menerpa kulit wajahnya.
"Ekheemm," Aiyla berdehem pelan untuk menetralkan rasa gugupnya.
Segera, Aiyla menjauhkan tubuhnya dari Zaidan. Menciptakan jarak dan ruang agar keduanya bisa sama-sama menetralkan jantung masing-masing.
"Lukanya udah aku obatin, Mas." Ucap Aiyla akhirnya.
"Oh, iya. Makasi, ya." Balas Zaidan yang tak kalah gugupnya juga.
"Kalau gitu saya pamit ke kamar dulu. Lain kali kalau butuh bantuan, langsung bilang sama saya aja. Jangan nekat kayak tadi. Bisa bahaya buat diri kamu sendiri." Pesan Zaidan yang segera diangguki oleh Aiyla.
"Iya, Mas. Makasi, ya, Mas udah bantuin aku." Ucap Aiyla.
Zaidan akhirnya berlalu meninggalkan kamar Aiyla dan kembali ke kamarnya. Laki-laki itu tidak langsung merebahkan tubuhnya dikasur melainkan memilih duduk di sofa untuk menenangkan pikiran lebih dulu.
"Ternyata dibalik muka dia yang tanpa make up dan badan dia yang dibalut gamis sama hijab panjang setiap hari, dia ternyata cantik juga, ya. Apa selama ini dia sengaja nggak mau pakai make up dan pakai pakaian longgar supaya kecantikan dia nggak bisa dinikmati laki-laki yang bukan mahramnya?" Tanya Zaidan pada dirinya sendiri.
"Berarti gue termasuk laki-laki yang beruntung dong karena bisa menikmati kecantikan dia?" Tanpa sadar kedua sudut bibir Zaidan terangkat membentuk sebuah senyuman yang menambah kadar ketampanan laki-laki itu.
Zaidan hanya merasa begitu di istimewakan oleh sang istri. Laki-laki 23 tahun itu baru menyadari mengapa Aiyla lebih memilih mengenakan pakaian longgar daripada pakaian minim seperti perempuan di luar sana. Selain karena mematuhi perintah Allah untuk berhijab, Aiyla juga ingin menjaga kecantikannya untuk Zaidan seorang. Dan hal itu membuat Zaidan merasa benar-benar bahagia saat ini.
"Kenapa gue jadi senyum-senyum sendiri kayak orang gila, ya?" Heran Zaidan.
"Sadar Zaidan, sadar. Ingat, lo itu laki-laki berwibawa. Masa, iya, senyum-senyum sendiri cuman gara-gara Aiyla."
"Tapi gimana dong! Gue nggak bisa bohong kalau gue bahagia banget sekarang." Pekik Zaidan kembali lalu segera berlari menuju ke kasur dan menenggelamkan wajahnya dibalik bantal.
_To Be Continued_
Satu kata buat Zaidan dari para readers?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Siti Yuliatin
alhamdulillah... moga sefera ada kabar baik
2024-02-16
1
꧁♥𝑨𝒇𝒚𝒂~𝑻𝒂𝒏™✯꧂
sudah ada bunga2 cinta
2024-01-27
0
Naftali Hanania
telat 🤪🤦✌️🤪
2024-01-22
0