Rencana Licik Khalisa

Seorang pria dengan perawakan tegap terlihat fokus pada tampilan layar leptop di depannya. Tidak lupa sebuah kacamata dengan lensa bening bertengger indah di hidung mancung nya.

Tok... Tok....Tok....

Suara ketukan pintu berhasil mengalihkan atensi laki-laki itu kearah benda persegi tersebut.

"Masuk!" Perintah Zaidan.

Sosok laki-laki berwajah tirus dengan postur tubuh atletis muncul dari balik pintu. Laki-laki itu tampak membawa sebuah buku kecil ditangannya.

"Maaf, Pak. Bapak manggil saya?" Tanya Azri dengan sikap profesionalnya. Di luar kantor, mungkin mereka seorang sahabat. Namun, di dalam kantor, mereka akan bersikap profesional layaknya atasan dan bawahan.

"Iya, saya cuman mau tanya apa saja jadwal saya hari ini?" Tanya Zaidan dengan posisi memutar badannya menghadap kearah Azri.

Sedangkan Azri yang mendapat pertanyaan itupun segera membuka buku kecilnya yang selalu dia bawa kemana-mana. Jabatan Azri sebagai seorang asisten pribadi Zaidan mengharuskan laki-laki itu mengelola dan mengatur jadwal Zaidan sebaik mungkin.

"Hari ini Bapak ada jadwal bertemu dengan dua klien di jam sepuluh dan jam dua siang nanti. Setelah itu, Bapak free." Jawab Azri sembari membaca catatan yang ada dibuku kecilnya.

"Kamu sudah komunikasi dengan klien yang janjian sama kita?" Tanya Zaidan kembali.

"Sudah, Pak. Dan barusan klien kita atas nama Pak Reihan meminta untuk bertemu di cafe Mentari di jam sepuluh nanti, Pak."

Zaidan mengecek jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Sekarang sudah menunjukkan jam 09.20.

"Kamu siap-siap sekarang. Kita berangkat lima menit lagi." Instruksi Zaidan.

"Baik, Pak."

"Kalau begitu saya permisi dulu, Pak." Ucap Azri pamit undur diri.

Zaidan kemudian mempersiapkan segala keperluan untuk bertemu dengan salah satu kliennya. Setelah selesai, laki-laki itu keluar dari ruangan dan di sambut oleh Azri. Zaidan menyerahkan tas miliknya pada sang asisten sekaligus sahabatnya.

Dalam perjalanan menuju ke kafe mentari, Zaidan lebih banyak diam dan termenung. Laki-laki itu hanya menyandarkan sikunya di pintu mobil dan bertopang dagu. Zaidan juga beberapa kali menghela napas ketika dihadapkan pada situasi macet di jalan raya. Jika berbicara mengenai jarak, maka dari perusahaan menuju ke kafe mentari sebenarnya hanya membutuhkan waktu kurang lebih 15 menit. Namun, karena terjebak macet akhirnya mereka menempuh perjalanan selama 30 menit lamanya.

Zaidan dan Azri pun turun dari mobil ketika kendaraan itu sudah terparkir di area kafe.

"Maaf, Pak kami sedikit terlambat karena terjebak macet di jalan." Ucap Zaidan menghampiri sosok pria paru bayah yang duduk seorang diri di sudut kafe.

"Ah, tidak apa-apa Pak, Zaidan. Silahkan duduk." Ucap pak Reihan dengan senyum ramah menyapa Zaidan dan Azri.

Kedua laki-laki itupun memilih duduk di kursi kosong yang berada didepan pak Reihan.

"Maaf, kalau saya tiba-tiba meminta bertemu hari ini. Saya sudah membaca proposal yang Bapak kirimkan minggu lalu lewat email. Dan tujuan saya meminta bertemu hari ini karena ada beberapa desain ruangan yang ingin saya ubah."

"Baik, Pak. Bisa dijelaskan desain ruangan mana saja yang ingin diubah?" Tanya Zaidan dengan sopan namun tegas.

Keduanya pun terlibat diskusi selama kurang lebih satu setengah jam lamanya. Pak Reihan selaku klien yang tiba-tiba menginginkan perubahan pada desain perumahan yang mereka rancang pun menjelaskan dengan detail dan didengarkan dengan seksama oleh Zaidan dan Azri.

"Baik, Pak. Kami akan mengubah proposal sesuai dengan keinginan Bapak. Mengenai perubahannya apakah kami kirimkan lewat email atau mengatur jadwal pertemuan berikutnya, Pak?"

"Kirimkan lewat email saya saja, Pak." Balas pak Reihan.

"Baik, Pak. Secepatnya kami akan mengirimkan proposalnya di email Pak Reihan."

"Baik. Karena semuanya sudah selesai. Saya izin pamit duluan, Pak."

"Silahkan, Pak."

Melihat punggung pak Reihan yang menghilang di balik pintu kafe membuat Zaidan segera menyandarkan punggungnya di sandaran kursi.

Melihat Zaidan yang memijit pangkal hidungnya membuat Azri yang duduk disamping laki-laki itu mengerti apa yang sedang dipikirkan oleh sahabatnya.

"Sabar, namanya juga mau ngasih yang terbaik buat klien." Ucap Azri sembari menepuk pelan bahu Zaidan.

"Mau gimana lagi. Padahal kita udah rancang proposal itu selama satu minggu full karena mau ngasih yang terbaik. Tapi, ujung-ujungnya ada perubahan juga." Keluh Zaidan.

Proyek perumahan menjadi salah satu proyek yang harus ditangani oleh Zaidan. Mengingat perusahaan tempat Zaidan bekerja merupakan perusahaan yang bergerak di bidang properti.

"Daripada kepikiran mulu. Mending kita balik ke kantor buat selesaiin revisian tadi." Usul Azri.

Zaidan mengangguk setuju. Laki-laki 23 tahun itu termasuk dalam kategori manusia yang enggan menghabiskan waktu untuk hal yang tidak penting. Dari pada sibuk memikirkan, akan jadi lebih baik jika langsung mengerjakan. Begitulah prinsip Zaidan.

Keduanya kini bangkit dan hendak keluar dari kafe. Namun, baru selangkah mereka berjalan, tiba-tiba seorang wanita muda menghampiri mereka dan memeluk lengan Zaidan dengan romantis.

"Aaa, sayang. Aku kangen banget sama kamu." Ucap Khalisa yang muncul entah dari mana.

Perempuan disamping Zaidan itu menampilkan senyum manisnya yang membuat Zaidan menyeritkan dahi karena bingung. Apalagi Khalisa memanggilnya dengan sebutan 'sayang'. Azri yang menyaksikan hal itu juga sama kagetnya dengan Zaidan. Yang Azri tahu Zaidan sudah menikah dan sahabatnya itu juga tidak memiliki hubungan dengan Khalisa. Apa mungkin Zaidan menjalin hubungan secara diam-diam di belakang istri dan ketiga sahabatnya? Begitu pikir Azri.

Baru hendak menanyakan mengenai panggilan Khalisa padanya. Zaidan kembali dibuat menoleh ketika mendengar seseorang memanggil Khalisa.

"Khalisa?" Panggil sosok laki-laki sembari melangkah mendekat kearah Khalisa.

"Dia siapa?" Tanya laki-laki tersebut dengan tatapan tajam kearah Zaidan.

"Dia pacar aku. Kenalin, namanya Zaidan." Mata Zaidan dan Azri seketika membelalak ketika mendengar penutur perempuan itu.

"Nggak mungkin. Aku nggak percaya. Lagian kita baru putus satu bulan yang lalu. Mana mungkin kamu secepat itu bisa lupain aku?" Laki-laki didepan Zaidan itu seakan tidak terima jika Khalisa menjalin hubungan dengan laki-laki lain.

"Kenapa nggak bisa? Ini hidup aku. Jadi aku berhak mau suka sama siapa aja. Dan kamu nggak ada hak buat ngelarang aku." Tegas Khalisa dengan tatapan tajam.

"Nggak! Aku nggak terima. Dia pasti pacar sewaan kamu kan? Biar aku percaya dan nyerah buat perjuangin kamu lagi!"

Zaidan dan Azri seperti berada di tempat yang kurang tepat. Keduanya seakan sedang menyaksikan pertengkaran antara sepasang kekasih. Karena tidak ingin terlibat terlalu jauh, akhirnya Zaidan dan Azri memilih diam saja sejak tadi.

"Cukup, ya, Galvin! Kita ini udah nggak ada hubungan apa-apa lagi. Jadi stop buat gangguin hidup aku lagi. Sekarang aku udah bahagia sama Zaidan." Ucap Khalisa yang semakin merapatkan tubuhnya pada Zaidan.

"Lebih baik kamu pergi dari sini atau aku akan panggil security buat ngusir kamu." Ancam Khalisa yang membuat laki-laki bernama Gavin itu berdecak kesal.

"Oke, aku bakalan pergi dari sini. Tapi, ingat! Aku nggak akan mundur buat perjuangin kamu. Karena kamu cuman punya aku. Bukan laki-laki lain. Apalagi dia!" Ucap Gavin menunjuk kearah Zaidan.

Setelah mengatakan hal itu, Gavin akhirnya keluar dari kafe. Khalisa yang melihat mantannya itu menjauh kemudian menggeser tubuhnya memberi jarak antara dia dan Zaidan.

"Maaf banget, ya, Zaidan. Tadi aku benar-benar nggak tahu lagi gimana caranya buat ngusir Gavin. Waktu aku liat kamu disini, aku langsung nyamperin kamu dan ngaku kalau kamu pacar aku. Cuman itu satu-satunya cara biar bisa bebas dari Gavin. Sekali lagi aku minta maaf, ya, udah nggak sopan sama kamu." Ucap Khalisa dengan wajah memelas.

Ketika melihat interaksi antara Khalisa dan Gavin membuat Zaidan bisa menebak jika mantan dari Khalisa memang terlihat posesif pada gadis itu. Dan sepertinya Gavin belum sepenuhnya menerima jika hubungannya dan Khalisa sudah berakhir.

"Iya, nggak apa-apa. Tadi, aku sama Azri cuman kaget aja pas kamu tiba-tiba datang kesini." Jujur Zaidan.

"Kalau boleh tahu, dia beneran mantan kamu?" Tanya Zaidan penasaran.

"Iya, dia mantan aku. Sebenarnya aku sama dia udah pacaran kurang lebih 6 tahun. Tapi, selama ini aku nggak pernah nyaman dengan sifat dia yang kelewatan posesif dan egois. Makanya aku milih buat akhirin hubungan kita. Tapi, sampai sekarang dia masih berusaha buat bujuk aku supaya kita bisa sama-sama lagi."

"Jujur, hidup aku selama satu bulan ini benar-benar nggak tenang karena selalu diikutin sama Gavin. Setiap malam aku juga selalu di teror sama nomer baru yang selalu hubungin aku. Dia benar-benar nggak pernah nyerah buat gangguin aku. Dan sekarang aku udah kehabisan cara buat jelasin sama dia kalau aku udah nggak mau lagi lanjutin hubungan kita." Curhat Khalisa.

"Kenapa nggak coba bicara baik-baik dulu sama Gavin. Mungkin perlahan dia bisa nerima." Saran Zaidan.

"Percuma, Zaidan. Dia nggak akan pernah mau dengerin aku. Aku cuman takut kalau dia sampai nekat nantinya."

Khalisa menunduk seakan mengutarakan bagaimana ketakutan yang dialami gadis itu.

"Zaidan apa aku boleh minta nomer kamu? Ini semua cuman buat jaga-jaga aja. Aku beneran nggak tahu harus minta tolong sama siapa lagi. Aku udah nggak punya siapa-siapa lagi disini. Cuman kamu yang aku punya sekarang."

Zaidan tampak terdiam sejenak seakan mempertimbangkan permintaan dari Khalisa.

"Aku mohon, Zaidan." Pinta Khalisa kembali.

"Ya, udah." Mendengar Zaidan menyetujui permintaannya. Khalisa segera memberikan ponselnya pada Zaidan.

Zaidan kemudian mengetikkan nomernya di ponsel Khalisa lalu menyerahkannya kembali pada gadis itu.

"Makasi, ya, Zaidan." Ucap Khalisa seraya tersenyum.

"Iya, sama-sama. Kalau gitu aku sama Azri pamit dulu, ya. Kita harus kembali ke kantor soalnya."

"Iya, hati-hati."

Khalisa tersenyum miring ketika berhasil mendapatkan nomer Zaidan. Sudah lama sekali Khalisa mengincar laki-laki itu. Bukan tanpa sebab, tentu Khalisa sebagai perempuan merasa tergiur dengan pekerjaan dan harta Zaidan. Jika tidak bisa sukses dengan jalan kerja keras, maka Khalisa akan meraih kesuksesan itu dengan jalan pintas yaitu dengan mendapatkan laki-laki kaya seperti Zaidan.

"Ternyata mantan gue yang posesif itu ada gunanya juga. Berkat dia, gue bisa pelan-pelan deketin Zaidan dan buat Zaidan jadi milik gue." Ucap Khalisa dengan rencananya liciknya.

Terpopuler

Comments

꧁♥𝑨𝒇𝒚𝒂~𝑻𝒂𝒏™✯꧂

꧁♥𝑨𝒇𝒚𝒂~𝑻𝒂𝒏™✯꧂

ternyata Khalisa ingin memiliki Zaidan kerana wang dan harta.... dasar sundal bolong licik.... 🤭😅

2024-01-27

0

Nar Sih

Nar Sih

dasar ulet bulu,khalisa jgn mimpi bisa dpti zaidann🤣🤣

2023-12-28

1

lihat semua
Episodes
1 Menolak Perjodohan
2 Penerimaan
3 Pembicaraan Dua Pihak Keluarga
4 Ungkapan Menyakitkan Zaidan
5 Penolakan Aiyla
6 Hari Pernikahan
7 Hari Pertama Setelah Sah
8 Pindah Rumah
9 Kemarahan Zaidan
10 Kunjungan Maira
11 Frustasi
12 Makan Malam Berdua
13 Kerisauhan Aiyla
14 Perasaan Aneh
15 Kemarahan Zaidan
16 Ganas?
17 Rencana Licik Khalisa
18 Jangan Menangis Lagi!
19 Perempuan Ibaratkan Gelas-gelas Kaca
20 Apa Mas Ingin Tahu Siapa Laki-laki Itu?
21 Mendadak Berubah
22 Lembaran Baru
23 Emoji Hati Untuk Aiyla
24 Video Call
25 Kedatangan Yang Tiba-tiba
26 Kemanisan?
27 Saya Butuhnya Kamu!
28 Kedatangan Khalisa
29 Dijebak?
30 Tidak Ingin Kehilangan
31 Cemburunya Zaidan
32 Pukulan Itu Belum Seberapa
33 Mencoba Jujur
34 Tidak Ingin Berpisah
35 Di mana-mana Bertemu?
36 Paket Tanpa Nama Pengiriman
37 Sama-sama Cinta?
38 Di Mana Dia?
39 Mandi Bareng, Yuk!
40 Keraguan Azri
41 Takut Berharap Lebih
42 Membayar Biaya Opreasi
43 Bukti Pengkhianatan
44 Tidak Ada Alasan Bertahan
45 Kenapa Ini Terjadi
46 Penjelasan Khalisa
47 Diculik?
48 Kamu Ingin Bebas?
49 Penyamaran
50 Kita Harus Segera Pergi
51 Jangan Nekat!
52 Dalam Bahaya
53 Aksi Penyelamatan
54 Lebih Baik Berpisah
55 Tidak Sabar Bertemu
56 Belajar Gombal
57 Cinta Pertama
58 Kagum
59 Suapan Aiyla
60 Dia Aiyla!
61 Ini Tentang Hanif
62 Nomer Tidak Dikenal
63 Bidadari Surga
64 Maaf
65 Pingsan
66 Kabar Bahagia
67 Istri Saya
68 cemburu
Episodes

Updated 68 Episodes

1
Menolak Perjodohan
2
Penerimaan
3
Pembicaraan Dua Pihak Keluarga
4
Ungkapan Menyakitkan Zaidan
5
Penolakan Aiyla
6
Hari Pernikahan
7
Hari Pertama Setelah Sah
8
Pindah Rumah
9
Kemarahan Zaidan
10
Kunjungan Maira
11
Frustasi
12
Makan Malam Berdua
13
Kerisauhan Aiyla
14
Perasaan Aneh
15
Kemarahan Zaidan
16
Ganas?
17
Rencana Licik Khalisa
18
Jangan Menangis Lagi!
19
Perempuan Ibaratkan Gelas-gelas Kaca
20
Apa Mas Ingin Tahu Siapa Laki-laki Itu?
21
Mendadak Berubah
22
Lembaran Baru
23
Emoji Hati Untuk Aiyla
24
Video Call
25
Kedatangan Yang Tiba-tiba
26
Kemanisan?
27
Saya Butuhnya Kamu!
28
Kedatangan Khalisa
29
Dijebak?
30
Tidak Ingin Kehilangan
31
Cemburunya Zaidan
32
Pukulan Itu Belum Seberapa
33
Mencoba Jujur
34
Tidak Ingin Berpisah
35
Di mana-mana Bertemu?
36
Paket Tanpa Nama Pengiriman
37
Sama-sama Cinta?
38
Di Mana Dia?
39
Mandi Bareng, Yuk!
40
Keraguan Azri
41
Takut Berharap Lebih
42
Membayar Biaya Opreasi
43
Bukti Pengkhianatan
44
Tidak Ada Alasan Bertahan
45
Kenapa Ini Terjadi
46
Penjelasan Khalisa
47
Diculik?
48
Kamu Ingin Bebas?
49
Penyamaran
50
Kita Harus Segera Pergi
51
Jangan Nekat!
52
Dalam Bahaya
53
Aksi Penyelamatan
54
Lebih Baik Berpisah
55
Tidak Sabar Bertemu
56
Belajar Gombal
57
Cinta Pertama
58
Kagum
59
Suapan Aiyla
60
Dia Aiyla!
61
Ini Tentang Hanif
62
Nomer Tidak Dikenal
63
Bidadari Surga
64
Maaf
65
Pingsan
66
Kabar Bahagia
67
Istri Saya
68
cemburu

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!