"Astagfirullahalazim," Pekik Aiyla saat dirinya mulai kehilangan keseimbangan dan tubuh mungilnya hampir menyentuh lantai. Untung saja lengan kekar seseorang berhasil menahan bobot tubuh gadis itu.
Untuk sesaat, Aiyla dan Zaidan memaku di tempat dengan posisi yang hanya berjarak beberapa senti. Tatapan Zaidan seolah terkunci untuk menatap bola mata hitam milik sang istri. Zaidan baru menyadari jika Aiyla memiliki mata teduh yang begitu indah hingga membuatnya tidak ingin berpaling dari pemandangan itu.
"M-mas?" Lirihan kecil Aiyla membuat Zaidan langsung menegakkan tubuhnya dan juga sang istri.
Zaidan mencoba menetralkan degup jantungnya yang berpacu dari batas normal. Laki-laki itu segera mengalihkan tatapan kearah lain guna menghindari sang istri. Tadi, Zaidan benar-benar reflek menolong Aiyla yang hampir saja terjatuh karena menabrak tubuh kekarnya. Tidak ada yang salah bukan jika menolong istrinya sendiri, pikir Zaidan.
"Lain kali, kalau jalan jangan sambil melamun." Tegur Zaidan dengan wajah garang.
"I-iya, Mas. M-maaf," Ucap Aiyla yang nyatanya juga merasakan kegugupan yang luar biasa.
Sudah 20 tahun dia hidup di dunia ini dan baru kali ini Aiyla berdekatan dengan seorang laki-laki dengan jarak yang begitu dekat. Hal itu tentu saja membuat tubuh Aiyla memberi respon yang berbeda.
Zaidan kemudian melangkahkan kaki jenjangnya menuju ke kamar. Laki-laki itu terus saja memaki jantungnya yang berpacu tak terkontrol hanya karena menatap mata indah Aiyla.
"Arrgggg, ini pasti ada yang salah sama diri gue. Mendingan sekarang gue bersih-bersih terus tidur. Biar pikiran gue bisa jernih lagi." Ucap Zaidan pada dirinya sendiri.
Segera dia masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan berganti pakaian tidur untuk mengistirahatkan badannya yang baru saja mengalami hal aneh.
Baru hendak menarik selimut untuk tidur, telinga Zaidan tiba-tiba menangkap suara merdu di balik tembok yang dia yakini suara istrinya. Gadis itu sepertinya sedang membaca Al-Qur'an sebagai ritualnya sebelum tidur. Mendengar suara Aiyla, membuat kantuk Zaidan menghilang seketika.
Di dalam kamarnya, Aiyla baru saja menyelesaikan bacaan surah Al-mulk sebagai salah satu surah pengantar sebelum dia terlelap ke alam mimpi.
Senyum tipis di bibir gadis itu terbit kala mengingat adegan dirinya dan sang suami saat di ruang tamu tadi. Untuk pertama kalinya, dia dan sang suami begitu dekat layaknya pasangan suami istri sungguhan. Aiyla benar-benar merasa bahagia dengan tindakan spontan Zaidan untuk menolongnya yang hampir saja terjatuh.
"Semoga pelan-pelan hati Mas Zaidan bisa menerima kehadiran aku sebagai istrinya." Ucap Aiyla.
______
Pagi harinya, Aiyla menyiapkan sarapan untuk sang suami dengan wajah yang begitu ceria. Kejadian semalam benar-benar membuat Aiyla senyum-senyum sendiri hingga tidak menyadari Zaidan yang menatap aneh kearahnya yang sejak tadi terus tersenyum.
"Kamu kenapa senyum-senyum sendiri kayak gitu?" Karena tidak melihat kedatangan Zaidan, Aiyla menjadi kaget ketika mendengar pertanyaan dari suaminya itu.
"Ah, nggak Mas. Nggak apa-apa." Jawab Aiyla dengan menampilkan senyum manis miliknya.
"Lain kali nggak usah terbar senyuman. Kamu itu jelek kalau senyum." Ujar Zaidan membuat Aiyla semakin mengembangkan senyumamnya.
Benarkah laki-laki di hadapan Aiyla itu benar-benar Zaidan? Aiyla hanya heran saja, sejak kapan Zaidan mulai memperhatikan hal-hal kecil dari istrinya.
"Bukankah lebih baik tersenyum daripada berwajah masam di depan suami, ya, Mas?" Tanya Aiyla yang membuat Zaidan seketika tersendat makanan yang baru masuk ke dalam mulutnya.
Uhuk...
Uhuk...
Aiyla menyerahkan segelas air pada sang suami seraya mengelus pelan punggung laki-laki itu.
"Mas nggak apa-apa?" Tanya Aiyla dengan nada khawatir.
Zaidan menjawab dengan gelengan seolah mengatakan jika dia baik-baik saja. Kata 'suami' yang keluar dari mulut Aiyla seakan menjadi hal baru yang menjadi candu di telinga Zaidan. Laki-laki itu segera menyadarkan dirinya akan pikiran yang tak seharusnya muncul di kepala Zaidan.
"Lho, Mas Zaidan mau kemana?" Tanya Aiyla ketika Zaidan sudah berdiri di sampingnya.
"Saya sudah selesai," Jawab Zaidan tanpa menoleh kearah Aiyla.
"Tapi, sarapan Mas Zaidan belum habis. Apa nggak sebaiknya dihabiskan dulu, Mas?"
"Saya harus buru-buru ke kantor." Alibi Zaidan yang sejujurnya ingin segera menghindar dari sang istri.
Aiyla akhirnya pasrah saja ketika Zaidan mengatakan sedang buru-buru. Gadis berpakaian syar'i itu kemudian mengantar sang suami hingga ke pintu depan rumah.
"Mas?" Panggil Aiyla sebelum Zaidan benar-benar melangkah menuju ke mobil.
"Hm? Kenapa?"
"Aku mau minta izin sama Mas Zaidan buat pergi ke kajian nanti siang. Dan rencananya kajiannya sampai sore, Mas." Ucap Aiyla.
"Terserah kamu,"
"Mas?" Panggil Aiyla kembali ketika Zaidan hendak melanjutkan langkahnya.
"Apa lagi?" Sewot Zaidan dengan wajah jengah nya.
"N-nanti Mas Zaidan pulang dari kantornya sore atau malam?"
"Sore," Jawab Zaidan dengan cepat karena laki-laki itu ingin segera berangkat kerja.
"Apa aku boleh minta tolong buat dijemput setelah kajian? Kebetulan kajiannya dimasjid An-Nur yang Mas lewatin kalau mau ke kantor."
Aiyla memang sudah mengetahui di mana sang suami bekerja. Tentu saja Aiyla mengetahui semua itu dari ibu mertuanya, bukan dari Zaidan sendiri.
"Kamu kan bisa pakai ojek atau taksi online? Kenapa harus minta dijemput?"
"Biar hemat saja, Mas. Kan sekalian Mas pulang dari kantor." Jawab Aiyla kembali.
Tanpa sepatah kata lagi, Zaidan kemudian menuju ke mobilnya dan diikuti Aiyla dibelakangnya. Perempuan itu tentu saja mengejar Zaidan untuk meminta kejelasan dari permintaannya tadi.
"Mas Zaidan?"
"Kalau selesai kajian langsung pulang. Kalau telat langsung saya tinggal." Cukup dengan kalimat singkat itu, Aiyla bisa mengerti ucapan suaminya.
"Makasi, ya, Mas. Hati-hati di jalan. Dan semangat kerjanya. Semoga urusan Mas di kantor dimudahkan." Ucap Aiyla mengakhiri pembicaraan mereka.
______
Aiyla keluar dari masjid setelah selesai mengikuti kajian beberapa jam yang lalu. Gadis berpakaian syar'i itu mengedarkan pandangannya mengamati jajaran mobil yang terparkir rapi di halaman masjid.
Gadis itu mengembangkan senyumanya kala melihat mobil Zaidan yang sudah lebih dulu berada disana. Aiyla sempat berpikir jika Zaidan mungkin meninggalkannya dan memilih pulang lebih dulu. Tidak disangka laki-laki itu justru menunggu Aiyla selesai mengikuti kajian.
"Assalamu'alaikum, Mas." Ucap Aiyla ketika memasuki mobil.
"Wa'alaikumussalam,"
"Terlambat 2 detik lagi, saya pastikan kamu pulang naik taksi." Ucap Zaidan tiba-tiba.
"Maaf, ya, Mas. Mas pasti capek habis dari kantor langsung nungguin aku disini."
"Kalau udah tahu, lain kali jangan minta di jemput lagi," Tutur Zaidan lalu segera menjalankan mobilnya meninggalkan area masjid.
Aiyla tersenyum tipis mendengar ocehan Zaidan. Meski terdengar tidak ikhlas menunggunya, tapi Aiyla tetap bahagia karena Zaidan tidak lagi mengeluarkan kata-kata menyakitkan ketika berbicara dengannya.
Setelah 15 menit menempuh perjalanan, laki-laki itu lalu menghentikan mobilnya tepat didepan sebuah mini market.
"Aku boleh ikut turun nggak, Mas? Kebetulan aku juga mau beli sesuatu." Izin Aiyla.
"Terserah,"
Aiyla berpikir sejenak. Jika di hitung-hitung sudah lebih dari tiga kali Zaidan mengucapkan kata 'terserah' ketika berbicara dengannya. Bukankah kata 'terserah' itu identik dengan wanita? Tapi, ini justru sebaliknya. Zaidan yang lebih sering menggunakan kata-kata itu ketika mengobrol dengan Aiyla.
Baru saja keluar dari mobil dan hendak melangkah masuk ke mini market, kaki pasangan suami istri itu seketika berhenti kala melihat seseorang datang menghampiri mereka.
"Z-zaidan, Aiyla. K-kalian... "
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
꧁♥𝑨𝒇𝒚𝒂~𝑻𝒂𝒏™✯꧂
siapa yg tu yg mengenali Zaidan dan Aiyla
2024-01-27
0
Nar Sih
nah siapa tuhh...semoga bukan calon pekakor yaaa
2023-12-20
0