"Assalamu'alaikum," Ucap Zaidan sambil membuka pintu rumah. Laki-laki 23 tahun itu pulang dengan wajah tampak lesu tak bersemangat.
Saat membuka pintu rumah, mata Zaidan menangkap pasangan paruh bayah yang tengah duduk di ruang tamu menunggu kepulangannya. Siapa lagi kalau bukan bu Anisa dan pak Tiar.
"Wa'alaikumussalam," Balas bu Anisa dan pak Tiar bersamaan.
"Kamu kemana aja seharian ini, Zaidan?" Tanya bu Anisa dengan raut wajah khawatir sembari bangkit dari posisi duduknya dan di ikuti sang suami di belakangnya.
"Zaidan kumpul sama Hanif sama yang lainnya, Ma." Jawab Zaidan dengan raut wajah yang tidak berubah sama sekali.
"Tapi kenapa harus pulang sampai selarut ini, nak? Kamu tahukan Mama sama Papa khawatir nungguin kamu pulang?" Zaidan menunduk sembari melepas jaket yang melekat di tubuhnya.
"Maaf, udah buat Mama sama Papa khawatir. Tapi, sekarang Zaidan capek habis keluar, Ma. Zaidan mau ke kamar dulu buat istirahat."
Pak Tiar dan bu Anisa saling melempar pandangan mendengar jawaban putra bungsunya. Zaidan terlihat berbeda dari hari biasanya. Tidak ada lagi wajah penuh senyum serta tutur kata lembut pada kedua orang tuanya.
"Kamu lagi berusaha menghindari Papa sama Mama, ya?" Tebak pak Tiar yang akhirnya membuka suara.
Zaidan tidak mengelak sama sekali. Laki-laki berperawakan tinggi itu terlihat diam saja seolah menyetujui ucapan dari sang papa.
"Zaidan, Mama tahu semua ini mungkin terlalu mendadak untuk kamu, nak. Tapi, percaya sama Mama, perempuan yang kami pilihkan untuk kamu adalah perempuan yang solehah dan patuh dengan kedua orang tuanya. Insyaa Allah kamu tidak akan menyesal ketika menikah dengan Aiyla." Bu Anisa kini mencoba membujuk sang putra untuk menerima perjodohan yang dilakukannya.
Zaidan menghela napas sejenak. Nama yang disebutkan oleh Mama nya saja, Zaidan baru mendengarnya. Jangan tanyakan lagi bagaimana perasaan Zaidan harus menikah dan menghabiskan seluruh hidupnya dengan perempuan yang tidak pernah dia temui sebelumnya.
"Zaidan ngerti kalau Mama sama Papa pasti memilih perempuan yang baik buat Zaidan. Tapi, Zaidan sama sekali belum kepikiran buat menikah di usia muda. Zaidan masih mau menikmati masa muda sama temen-temen seumuran Zaidan tanpa dibebani tanggung jawab, Ma, Pa." Tutur Zaidan yang berusaha meyakinkan kedua orang tuanya dengan keputusan yang diambilnya.
"Tidak ada yang akan berubah ketika kamu menikah nanti, nak. Kamu masih bebas berkumpul sama temen-temen kamu. Kamu juga masih bebas untuk meraih mimpi-mimpi kamu selama ini. Dan pasti Aiyla juga akan setia mendampingi kamu nantinya. Dia perempuan yang baik, nak. Aiyla adalah perempuan yang jarang di temui di zaman seperti sekarang ini." Bu Anisa tidak menyerah untuk terus meyakinkan putra bungsunya untuk menerima perjodohan ini. Bu Anisa yakin, Aiyla adalah sosok perempuan yang tepat untuk menjadi pendamping Zaidan.
"Nak, kami berdua ini sudah tua. Harapan kami sebagai orang tua hanyalah melihat anak-anak kami tumbuh dewasa dan memiliki keluarga yang bahagia. Papa sama Mama tahu, mungkin kami berdua terdengar memaksa kamu menerima perjodohan ini. Tapi, di balik semua itu, Papa dan Mama cuman menginginkan yang terbaik untuk kamu dan kehidupan kamu, nak." Timpal pak Tiar yang ikut membujuk sang putra.
Katakanlah Zaidan laki-laki yang begitu lemah dengan bujukan dan permintaan kedua orang tuanya. Terlebih sang Mama. Zaidan selalu menjadikan bu Anisa sebagai prioritas utama dalam hidupnya. Zaidan juga sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk berusaha mengabulkan permintaan dari sang mama. Dan sekarang tiba saatnya Zaidan menepati janji itu.
"Kalau memang perjodohan ini bisa buat Mama sama Papa bahagia. Maka, Zaidan nggak bisa lagi menolak permintaan Mama sama Papa." Akhirnya dengan berat hati, Zaidan berusaha untuk mengabulkan permintaan dari orang tuanya.
Raut wajah bahagia terpancar dari pasangan laki-laki dan wanita paruh bayah itu. Bu Anisa yang sangat bahagia pun segera memeluk sang putra dan mengucapkan kata terima kasih berkali-kali.
"Besok, kita akan ke rumah tante Maryam untuk membicarakan mengenai rencana pernikahan kalian." Ucap bu Anisa dengan begitu semangat dan antusias.
Sedangkan Zaidan hanya bisa memaksakan senyum lalu mengangguk kecil. Zaidan kemudian memilih pamit untuk segera ke kamar agar bisa merebahkan tubuhnya yang begitu lelah hari ini. Keputusan yang diambilnya tentu tidak mudah. Dan Zaidan harus mempersiapkan diri untuk menerima kehadiran perempuan asing di kehidupannya yang akan datang.
Di tempat lain, Aiyla kini terbangun di sepertiga malam untuk melaksanakan solat sunnah tahajjud. Perempuan itu merentangkan sajadah seraya terus melafalkan ayat-ayat suci Al-Qur'an di dalam salatnya.
Selesai melaksanakan salat, Aiyla tak lupa untuk berzikir dan berdoa kepada sang Pencipta.
"Ya, Allah. Engkau yang lebih mengetahui apa yang terbaik untuk hidup Hamba kelak. Jika memang dia adalah laki-laki yang Engkau takdirkan untuk Hamba, maka bimbinglah hati ini untuk menerimanya. Namun, jika beliau bukanlah jodoh yang Engkau siapkan untuk Hamba. Maka Hamba mohon lapangkanlah hati ini untuk bisa mengikhlaskannya." Lirih Aiyla dalam doanya.
Tidak ada senjata paling ampun bagi setiap umat muslim selain dari doa yang dipanjatkan nya. Dan hanya dengan berzikir, hati seseorang akan terasa lebih tenang.
Pada kenyataannya, manusia itu terlalu sibuk untuk mencari ketenangan hati di luar sana. Hingga mereka lupa bahwa ketenangan yang sesungguhnya yaitu ketika kita menghabiskan waktu berdua dengan Sang Pencipta di sepertiga malam.
Sembari menunggu waktu subuh tiba, Aiyla menyempatkan untuk membaca Al-Qur'an. Suara gadis itu terdengar sangat merdu di telinga siapa saja yang mendengarkannya.
Bu Maryam dan pak Ahmad yang mendengar lantunan ayat suci Al-Qur'an Aiyla seketika membuat hatinya menghangat. Tanpa terasa air mata pak Ahmad menetes. Bu Maryam yang menyadari itupun seketika bertanya pada sang suami.
"Pak, kenapa menangis?" Tanya bu Maryam lembut.
"Bapak nggak tahu, Bu. Apa bisa Bapak ikhlas melepaskan Aiyla menikah dengan orang lain? Rasanya terlalu sulit untuk melepas putri seperti Aiyla." Balas pak Ahmad. Sejujurnya pak Ahmad belum bisa membayangkan jika Aiyla kelak akan menikah dan tanggung jawab akan putrinya itu telah berpindah ke laki-laki lain yang kelak akan menjadi suami Aiyla.
"Kita doakan saja, Pak. Semoga Zaidan memang laki-laki yang tepat untuk menjadi suami Aiyla." Tadi malam bu Anisa memang memberi kabar bahwa Zaidan sudah setuju dengan perjodohan yang dilakukan oleh para orang tua. Dan besok, mereka semua akan kembali membicarakan mengenai kelanjutan pernikahan Zaidan dan Aiyla. Tentu saja di satu sisi pak Ahmad dan bu Maryam senang mendengarnya. Namun, disisi lain seolah ada sesuatu yang terasa sulit untuk direlakan. Wajar saja, Aiyla adalah putri satu-satunya di keluarga pak Ahmad ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
꧁♥𝑨𝒇𝒚𝒂~𝑻𝒂𝒏™✯꧂
Papa dan Mama Zaidan tlh memilih calon menantu mereka yg terbaik buat putra mereka...Aiyla seorg yg solehah
2024-01-21
2
muthia
kok bapaknya Ayla pak Tiar jg
2023-12-01
0