Aldrick dan keluarganya tengah menikmati sarapan pagi bersama dimeja makan. Momen langka yang akhir-akhir ini sudah jarang dilakukan keluarga itu lagi sejak adik perempuan Aldrick, Aleena, memutuskan untuk melanjutkan pendidikan di luar negeri. Kinara sangat senang dengan kebersamaan seperti ini lagi di meja makan rumahnya, meski nyatanya kurang lengkap tanpa kehadiran putri bungsunya tersebut. Setidaknya pagi ini Suami dan putra sulungnya itu bisa duduk satu meja itu sudah cukup buatnya.
“Bagaimana keadaan kantor setelah sepekan papa tinggal. Apa ada masalah?” tanya Aaron setelah menyelesaikan sarapannya. Pertanyaan itu ia lontarkan kepada Aldrick yang juga baru saja mengakhiri makannya dengan meletakan sendok dan garpunya diatas piring kosongnya.
“Gak ada masalah” sahut Aldrick santai.
“Papa dengar ada masalah dengan Gemilang Adiyaksa terkait kerja sama yang di Batam itu?” Aaron mulai memancing.
“Ya, tapi sudah diurus oleh Om Marshall. Kapan hari ia berangkat ke Batam bersama beberapa orang teknik” ujar Aldrick bersiap hendak berangkat ke sekolah karena ada jadwal mengajar pagi ini dikelas Dhyanda.
“Al, bisa kau serius sedikit? Sampai kapan kamu seperti ini?” kali ini ucapan sang papa membuat Aldrick menoleh, membalas tatapan serius Aaron.
“Maksud papa?” Aldrick mengernyit bingung.
Aaron mengepalkan kedua telapak tangannya diatas meja, ia menatap tajam putra sulungnya itu, “Papa minta kamu berhenti mengajar di sekolah itu! jangan terus mengandalkan Marshall. Sebaiknya kamu focus dikantor, focus dengan jabatan yang sudah papa berikan, Al” ujarnya serius menatap putra sulungnya itu.
“Selama ini aku focus sama keduanya kok. Dalam seminggu mengajar hanya 3 hari, selebihnya aku dikantor” kata Aldrick membela diri.
“Tapi Papa gak mau seperti itu. Apa yang kamu dapatkan dari mengajar anak-anak SMA itu? Tidak ada kan? Pacar? bahkan kamu sudah berhasil menggaet gadis ABG labil itu bukan?” tanya Aaron dengan tatapan mengintimidasi hingga membuat Aldrick tersinggung, apalagi membawa-bawa Dhyanda dalam masalah ini.
Kali ini Aldrick memilih diam, tanpa membantah ucapan Aaron karena akan semakin memperkeruh suasana seperti yang sebelum-sebelumnya terjadi.
“Aar!” Kinara langsung menoleh kesal mendengar ucapan suaminya barusan, tidak sepantasnya Aaron mengatai Dhyanda dengan sebutan ABG labil.
Begitu juga dengan Casey yang masih menikmati sarapan nasi goreng telor ceplok itu menjadi terhenti sejenak menyaksikan adegan drama tersebut. Tapi dia hanya bisa diam, ini bukan masalahnya, tidak ada urusan dengannya untuk menanggapi perdebatan antara ayah dan anak itu.
“Papa minta kamu berhenti mengajar, Al! Lagipula bulan depan tante kamu sudah selesai masa cuti melahirkannya. Kamu tidak punya akses mengajar disekolah itu lagi. Bukannya kamu hanya guru sukarela kan?” ujar Aaron terdengar merendahkan.
Aldrick hanya bisa menghela napasnya, benar yang dikatakan Aaron. Bulan ini memang bulan terakhir ia mengajar disekolah pacar kecilnya itu. Kecuali memang sekolah itu membutuhkan tenaga pengajar untuk mata pelajaran bahasa inggris lainnya, mungkin Aldrick akan membicarakannya dengan kepala sekolah nanti. Atau sang tante, Kanaya Megan bisa membantu merekomendasikannya barangkali? Aldrick berharap begitu.
“Jangan berpikir kamu bisa menjadi guru honorer disana, Al. dipikir gampang apa sekarang? Kalaupun Papa punya banyak koneksi, papa tidak akan mengijinkannya!” ucap Aaron seolah tau apa yang tengah ada dipikiran Aldrick saat ini.
“Terserah! Dari dulu aku selalu berada dibawah kendali Papa. Bahkan papa tidak pernah tau apa yang ku sukai dan tidak ku sukai” sahut Aldrick seraya beranjak dari duduknya dan meninggalkan meja makan lebih dulu.
“Al, tunggu, sayang!!” Kinara bermaksud mencegah kepergian Aldrick, namun Aaron segera mencekal tangan istrinya.
“Biarkan saja! Biarkan dia pergi sambil berpikir” ucap Aaron seraya memandang ke arah Casey yang terlihat bingung. “bagaimana kuliahmu, Cas?” tanya Aaron langsung mengalihkan pertanyaannya kepada Casey.
“Heuh?” Casey terkesiap, “Emh…baik Om” sahutnya.
“Kau sudah hubungi Mama dan Daddy mu? Mereka setuju dengan jurusan yang kamu ambil disini?”tanya Aaron.
“Sudah. Mereka setuju-setuju aja. Daddy gak pernah menuntutku untuk menjadi ABC, cukup menjadi apa yang aku sukai” ujar Casey sedikit menyentil prinsip Aaron yang selalu memaksakan kehendak kepada anak-anaknya.
Aaron menghela napasnya, “Dalam keluarga kita itu mengalir darah pembisnis. Sudah susah payah aku ini mempertahankan perusahaan kakek kalian sampai segini besarnya. aku perlu penerus, hanya Aldrick satu-satunya yang bisa diharapkan. Aku yakin Daddy mu juga pasti memikirkan hal itu. Ia berharap suatu saat Neotech dibawah pimpinanmu, Casey”ujarnya lagi.
Casey hanya tersenyum samar, tidak mengiyakan tapi tidak juga menyangkalnya. Untuk saat ini lelaki ini memang belum berpikir sampai ke arah sana. Dia hanya ingin fokus ke pendidikannya terlebih dulu, kuliah di universitas yang sama dengan sang Mama dua puluh tahunan lalu.
***
Siang itu,
“Kamu laper? Kita cari makan dulu ya” ucap Aldrick seolah bisa ikut mendengar suara keroncongan dari perut Dhyanda yang memang tengah berteriak-teriak minta diisi.
Sebentar Aldrick menatap ponselnya. Ia nampak mengetik beberapa pesan, menunggu balasan dengan membiarkan mesin mobilnya tetap menyala.
“Tadi dikelas pas ngajar sepertinya Kak Al suntuk banget sih, ada masalah ya?” tanya Dhyanda.
Aldrick menoleh ke arah samping kemudi, menatap Dhyanda lalu menggeleng. “Nggak ada” jawabnya singkat, lalu mulai melajukan mobilnya. Meninggalkan tempat parkiran sekolah yang mulai sepi.
Setelah selesai mengajar siang tadi seharusnya Aldrick langsung pergi ke kantor untuk bekerja di perusahaan milik sang Papa. Namun karena masih kesal dengan perdebatannya tadi pagi, Aldrick jadi malas bertemu dengan Aaron. Dia mengabaikan chat dari Aaron yang memintanya datang ke kantor siang ini. Lelaki itu lebih memilih menunggu kekasihnya pulang sekolah dan pergi bersamanya.
Aldrick membawa Dhyanda ke salah satu rumah makan lesehan bertema alam yang cukup sepi. Hanya mobil Aldrick dan beberapa motor yang terparkir dihalamannya. Senyum tersungging diwajah Dhyanda. Aldrick tau bahwa Dhyanda sangat menyukai tempat makan yang asri dan sejuk.
“Kok sepi,” gumam Dhyanda saat langkahnya ikut dibelakang Aldrick.
“Kamu duduk disana, atau pilih dimana pun yang kamu suka” tunjuk Aldrick ke halaman belakang rumah makan.
Dhyanda berjalan lebih dulu meninggalkan Aldrick yang masih sibuk mengurus pesanan. Dibagian belakang rumah makan, terdapat saung-aung kecil yang dikelilingi kolam ikan, khas restoran sunda. Gemericik air dari pot-pot hidroponik semakin menyamankan hati Dhyanda.
Ia mengambil satu tempat dipaling pojok, berhadapan langsung dengan kolam ikan. Pandangan gadis itu kini jatuh pada Aldrick yang tengah berjalan ke arahnya. Dhyanda sadar, Aldrick memang terlihat dingin dan ketus diluar, tapi lelaki ini sejatinya penuh dengan kehangatan dan belas kasih. Aldrick hanya membungkusnya rapat agar tidak sembarang orang bisa masuk dan mengusik kehidupannya.
“Pacarku ini emang gantengnya nggak ada matinya,” gumam Dhyanda tersenyum-senyum sendiri.
“Minumnya nanti kamu bisa pesan sendiri kalo pelayannya kesini nganter makanan,” kata Aldrick sambil duduk diseberang Dhyanda.
“Kak,” Dhyanda menunggu Aldrick menolehnya.
“Hem?” Aldrick meliriknya.
“Disini makanannya gak enak ya?” tanya Dhyanda pelan sekali.
“Hei, are you kidding? Gak mungkin aku ngajak makan kamu ke tempat yang nggak recommended!” sebelah alis Aldrick terangkat, pertanyaan Dhyanda menyinggungnya.
“Abisnya kok sepi. Masa yang makan cuma kita?” protes Dhyanda tak nyaman.
Aldrick hanya mengangkat bahunya, belum mau menanggapi komentar Dhyanda yang begitu polos dan menggemaskan itu.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
Diya Ghanie
sifat diktator aron nurun dari kevan tuh. kasian alrik
2020-09-27
1
YuRà ~Tamà💕
waahh.. papa Aaron emang ky gitu dr dulu,,, entah bgmn nanti klo dia tau Dyanda itu anaknya siapa,, Andrew klo ga salah,, yg ampir bikin Atreya mati..ckckckc...
2020-09-23
2