Sementara diluar sana Aldrick berjalan menuju mulut gang yang lumayan jauh dari rumah Dhyanda. Dinginnya malam membuat langkahnya dibuat lebih lebar. Aldrick memasukkan tangannya kedalam saku celana hingga tak sadar ada benda yang terjatuh dari dalam sakunya tersebut.
"Hey, tunggu!!"
Tak sengaja Ayu yang baru pulang dari warung dan berpapasan dengannya, melihat benda kecil berwarna putih yang berasal dari saku celana Aldrick meluncur begitu saja jatuh ke tanah.
"Barangnya terjatuh tuh, Kak!" tunjuk Ayu dan membuat Aldrick sedikit terkejut lalu segera menghentikan langkahnya. Dilihatnya ke bawah ternyata benda putih kecil berbentuk pipih itu memang miliknya. Sebuah Flashdisk yang berisi beberapa file dikantornya sudah terjatuh menyentuh tanah. Aldrick pun segera memungutnya dan sekilas membersihkan benda itu dengan kedua tangan.
"Kakak yang tadi mengantar Dhyanda, kan?" tanya Ayu mendekat, sesaat Ayu terkesima melihat wajah tampan Aldrick dari dekat. Gila... ini siapanya Dhyanda sih? kalau teman sekolahnya rasanya gak mungkin deh, doi lebih dewasa.
"Kok tau?"
Pertanyaan Aldrick membuat Ayu tersadar, "hhmm..tadi gue liat kalian jalan bareng" sahut Ayu spontan.
Aldrick hanya meresponnya dengan tersenyum samar, lalu kembali melanjutkan langkahnya untuk segera pergi dari sana.
"Hati-hati, Kak!" teriak Ayu, dan Aldrick pun sekilas kembali menoleh ke belakang sambil menganggukkan kepalanya.
Entah kenapa Ayu merasa ingin memastikan Aldrick dapat melewati pos ronda itu dengan mulus. Mengingat tadi pas ia lewat dipos itu sedang ada Davit dan gengnya sedang berkumpul. Ayu pun terpaksa diam-diam kembali mengikuti Aldrick dari belakang. Ayu memang tidak takut dengan Davit yang merupakan saudara sepupunya itu. Mana berani mereka mengganggu Ayu.
Dan benar saja dari belakang Aldrick, salah satu teman Davit tiba-tiba mengacungkan balok hendak memukul pundak pria bertubuh atletis itu, tapi dengan sigap Aldrick seolah tau lalu berbalik manangkap balok tersebut dan balas menghajar. Namun saat Aldrick menghajar orang yang membawa balok itu, muncul lagi orang lain dari arah samping dan langsung meninju wajah Aldrick. Lelaki itu pun kembali balik meninju lagi hingga terjadilah pengeroyokan.
Ayu langsung mendekat sambil berteriak sekencangnya meminta pertolongan, berharap semua warga disekitar daerah itu keluar termasuk Pak RT yang kediamannya hanya terhalang dua rumah saja dibelakang pos ronda. Tak menunggu lama beberapa warga berdatangan, mereka melerai teman-teman Davit yang sedang mengeroyok Aldrick, sedangkan Davit duduk di pos ronda melihat teman-temannya mengeroyok lelaki yang dianggap sebagai saingannya itu.
“Kakak gak kenapa-napa?’ tanya Ayu khawatir dengan napas tersengal karena ia sempat tidak menahan napas saat Aldrick sedang berkelahi melawan anak buah Davit tadi. Aldrick hanya menggelengkan kepalanya, tatapan tajam ia arahkan kepada Davit dan bergantian menatap orang-orang yang sudah mengeroyoknya tadi.
Ayu menjelaskan kejadiannya kepada warga termasuk Pak RT.
“Pak RT, kakak ini temannya Dhyanda. Tadi dia dikeroyok pada saat pulang setelah dari rumah Dhyanda” tutur Ayu menjelaskan dengan kesal sambil melotot ke arah Davit, tanpa perlu dijelaskan pun warga disana sudah tau jika Davit dan teman-temannya sering berbuat onar kepada orang baru yang bertamu ke sana.
“Maafkan warga kami Nak… saya selaku RT disini mewakili adik-adik yang sudah menyerang mu, memohon maaf yang sebesar-besarnya” ucap Pak RT terlihat tulus meminta maaf sambil menyatukan kedua telapak tangannya.
“Tidak apa-apa Pak, mudah-mudahan kedepannya ketika saya mengantar Dhyanda pulang tak ada kejadian seperti ini lagi. Saya juga tidak akan menindak lanjuti masalah ini lagi jika kedepannya aman-aman saja”
Pak RT merasa lega karena Aldrick tidak memperpanjang masalah ini. Seketika itu juga Pak RT menasehati Davit dan teman-temannya. Davit terlihat sangat geram, dia masih mengepalkan tangan walau Pa RT sedang menasehatinya. “lain kali gue akan buat lo menderita” janjinya dalam hati.
Setelah semuanya sudah selesai Aldrick pun hendak pamit, namun tubuhnya mendadak oleng karena tiba-tiba ia merasakan pusing luar biasa.
“Eh, Kakak tidak apa-apa?” Ayu langsung menahan tubuh Aldrick yang hampir terjatuh.
“Enggak apa-apa hanya sedikit pusing saja” sahut Aldrick seraya memijat dahinya.
“Ya sudah kita bawa kembali saja ke rumah ibu Arumi. Kalau dipaksakan pulang takutnya malah terjadi apa-apa dijalan” seru pak RT jadi ikutan panik.
Akhirnya Aldrick dibantu Pak RT dan satu warga lain dipapahnya kembali menuju ke rumah Arumi yang hanya beberapa meter saja dari tempat kejadian itu.
**
“BU! IBU ARUMI!!” teriak Pak RT saat tiba diteras rumahnya.
“Ya Tuhan, ada apa ini Pak RT??” seru Arumi shock dan panik setelah membuka pintu rumahnya. “Nak Aldrick?!” pekiknya langsung mendekati Aldrick yang masih berdiri dengan berpegangan ke Pak RT.
Setelah membawa Aldrick masuk dan mendudukannya dikursi, barulah Pak RT, satu warga lainnya serta Ayu sebagai saksinya, menjelaskan kepada Arumi tentang pengeroyokan yang dilakukan Davit dan teman-temannya saat Aldrick melintas didepan pos ronda itu.
Mendengar cerita dari Ayu, Dhyanda yang baru keluar dari kamar mandi itu pun begitu terkesiap. Ia tidak menyangka kalau Davit dan kawan-kawannya bisa senekad itu menghajar Aldrick. Dhyanda menatap wajah Aldrick, walau lelaki itu dikeroyok, tapi ia tidak nampak lecet bahkan terluka sedikitpun. Malah Dhyanda merasa terkesima dan kagum, Aldrick terlihat sangat tampan dan gagah. Rambutnya yang sedikit berantakan, peluh yang nampak masih mengucur di dahinya, juga kancing kemeja yang terbuka sebagian membuat Aldrick terlihat seksi seperti di film-film action Hollywood. Haissh!! Dhyanda memejamkan mata menggelengkan kepala berusaha mengenyahkan pikiran sensualnya dan segera menghampiri Aldrick.
“Pak Aldrick ada yang terluka?” tanya Dhyanda khawatir, kali aja ada bagian tubuhnya yang terluka yang tidak terlihat.
“Tidak ada, hanya sedikit pusing saja. Tapi ini sudah mendingan” sahut Aldrick.
“Dhy! Kamu siapkan air hangat untuk kompresan. Mungkin Nak Aldrick pusing akibat lebam dikepalanya ini” pinta Arumi seraya menyentuh dahi Aldrick.
Tanpa menjawab perintah Arumi, Dhyanda pun segera menuju ke dapur untuk menyiapkan apa yang tadi diminta Arumi.
Tak lama kemudian Pak RT, dan yang lainnya pamit. kini tinggallah Aldrick yang masih ada dirumah Arumi.
Dhyanda datang sudah membawa air hangat dalam wadah dan handuk kecil untuk mengompres lebam diwajah Aldrick.
"Kamu kompresin dulu ya! ibu akan buatkan teh hangat dulu untuk Nak Aldrick" perintah Arumi sebelum dia beranjak ke dapur bergantian dengan Dhyanda.
Dhyanda mulai memasukan kain kecil berbahan handuk itu ke dalam wadah berisi air hangat, memeras, lalu menempelkannya ke wajah Aldrick yang terkena pukulan tersebut.
"Hmm, saya minta maaf ya, Pak. Gara-gara Bapak nganter saya pulang jadi gini deh" ucap Dhyanda merasa bersalah karena sudah membuat gurunya ini jadi babak belur.
Aldrick hanya diam, ia tengah merasakan sentuhan tangan Dhyanda yang tengah mengompres wajahnya dengan kain handuk.
"Perlu saya antar ke rumah sakit?" tanya Dhyanda setelah tidak ada respon apapun dari Aldrick.
Kali ini Aldrick menggeleng, "tidak perlu, dikompres seperti ini sudah baikan kok" ujarnya spontan seraya mengangkat wajahnya memandang ke arah Wajah Dhyanda yang kini sangat dekat dengannya.
GLEKK!
Dhyanda menelan salivanya begitu keras saat tatapannya kini beradu dengan Aldrick untuk beberapa saat. Detak jantung yang awalnya stabil tanpa dikomando langsung berdegup kencang seperti habis berlari maraton. Inikah yang dinamakan jatuh cinta untuk pertama kalinya? batin Dhyanda bertanya.
DRRTT! DRRTT!
Suara getar ponsel yang berasal dari atas lemari televisi membuat keduanya mengerjap lalu mengalihkan pandangan masing-masing.
Ponsel Dhyanda terlihat menyala-nyala dan bergetar diatas sana. ia pun segera berdiri dari duduknya untuk mengambil benda pipih itu. Sebuah panggilan telpon dari, "Tante Kinara?" terlihat Dhyanda mengerutkan keningnya.
Aldrick yang juga mendengarnya langsung terkesiap. Lalu ia meminta Dhyanda untuk mengaktifkan loadspeaker agar dirinya bisa ikut mendengarnya.
"Hallo, Tan..." sapa Dhyanda sedikit ragu.
"Dhy, maaf Tante mengganggu mu malam-malam begini. Tante mau tanya apa Aldrich ada bersama mu saat ini, Nak?"
DEGG!!
Kok Tante Kinara bisa tau sih?
"Tante khawatir, sudah ditelpon berkali-kali tapi tidak diangkatnya. Terakhir Al mengabari sedang dijalan untuk mengantarmu pulang, tapi sudah selarut ini kok belum pulang ya?" suara Kinara diseberang sana terdengar Khawatir.
"Hhmm.... iya Tante, Pak Aldrick masih disini"
"APA? mana Aldrick? Tante mau bicara dengannya"
"Baik, Tan"
Dhyanda langsung memberikan ponselnya kepada Aldrick.
Lelaki itu mulai menjelaskan kepada Mamanya dari ponselnya yang tertinggal di mobil sampai pengeroyokan yang dia alami saat akan pulang tadi.
Kinara tampak sangat panik mendengarnya, Namun setelah Aldrick meyakinkan bahwa dirinya tidak apa-apa, Kinara pun akhirnya merasa lega meski ia sendiri belum melihatnya secara langsung.
"Kalau begitu kamu tunggu disana ya!! Mama dan Casey sekarang akan menjemput mu" ujar Kinara sebelum akhirnya ia menutup panggilan telponnya secara sepihak.
"Gak perlu Ma---- yah ditutup" desih Aldrick kecewa.
Duhhh!! Apa-apaan sih Mama ini pake mau ngejemput kesini segala sama si Casey? keluh Aldrick dalam hati.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
nur
Casey sama ayu aja
2022-09-21
0
YuRà ~Tamà💕
kapan up nya lagi, thor... si Casey gmn kabarnya...??
2020-08-26
1
Diya Ghanie
hai ceseyyy
2020-08-20
0