Mobil mewah Aldrick berhenti disebuah rumah yang terbilang besar dan mewah berlantai dua. Desainnya memang minimalis, yang ditunjukkan dengan permainan aksen pada atap, pilar, dan balkon. Bukan hanya itu, penggunaan list cat abu-abu dan putih pada tepian atap terlihat kontras dengan dinding bangunan sehingga menjadi daya tarik tersendiri. Rumah bergaya Asia yang artistik.
Rumah itu lengkap dengan sebuah taman kecil dan jalan setapak yang melewati bagian tengah taman. Terdapat beraneka bunga dan bonsai yang digunting berbentuk bulat dan persegi. Sebagian tumbuh di pot bunga. Dan sebagian lagi ditanam langsung ke tanah. Bunga mawar merah, putih dan beberapa bunga lain seakan saling pamer keindahan ditempat itu.
Dhyanda mengikuti langkah Aldrick untuk melangkahkan kakinya menyusuri taman kecil itu. Mereka berhenti tepat didepan pintu teras rumah saat terlihat Kinara sudah menyambutnya disana.
"Dhyanda!! ayo masuklah, Tante sudah menunggu mu dari tadi" Kinara langsung merangkul bahu Dhyanda dan menuntunnya untuk masuk kedalam rumahnya.
"Ada apa Tante Kinara mengundangku datang kesini? apa ada yang bisa aku bantu?" tanya Dhyanda sesaat setelah keduanya sudah duduk disofa ruang tamu. Sementara Aldrick sejak tadi sudah langsung masuk menuju kamarnya.
"Tadi Tante abis bikin muffin cokelat, kamu mau mencicipinya?"
"Oya? aku mau Tante" seru Dhyanda girang.
"Kalau begitu, ayo, kita sekalian makan siang yuk! Tante udah siapin semuanya" ujar Kinara lalu mengajak Dhyanda lagi ke ruang makan.
"Waw!! ini beneran semua Tante yang masak?" tanya Dhyanda saat melihat banyak lauk pauk diatas meja makan yang cukup besar itu.
Kinara hanya mengangguk sambil tersenyum, perempuan itu memang hobi sekali memasak. "Ayo, duduk!! sebentar, Tante panggilkan Aldrick ya, kita makan siang sama-sama" ujar Kinara lalu beranjak naik tangga rumahnya untuk memanggilkan Aldrick yang berada di kamarnya dilantai dua.
Dhyanda sudah duduk dimeja makan yang sudah penuh dengan aneka masakan rumahan buatan Kinara, juga ada satu keranjang aneka buah-buahan segar. Dhyanda menggeleng-gelengkan kepalanya kagum.
Enak banget ya jadi Pak Aldrick, tiap hari mungkin bisa makan enak kaya gini. Haissh! kok Pak Aldrick lagi sih? batin Dhyanda.
Gadis itu lalu mengalihkan pandangannya ke arah lain agar tidak lagi bermimpi disiang bolong. Lalu pandangannya tertuju pada foto keluarga yang terpampang besar menempel di tembok dinding ruang tv. Didalam foto itu ada empat personil, dua diantaranya ada Aldrick dan Kinara, lalu satu anak perempuan lainnya yang mungkin usianya tak terpaut jauh dari Dhyanda.
Apa dia adiknya Pak Aldrick yang sedang kuliah diluar negeri itu ya? batinnya bertanya.
Kedua mata Dhyanda lalu tertuju pada lelaki yang berdiri sambil merangkul Kinara dengan mesra. Dhyanda tampak mengernyit, ia merasa tidak asing dengan wajah itu. Seperti pernah melihatnya tapi tidak ingat kapan dan dimana. Dhyanda reflek mundur seraya berusaha mengingatnya.
"Hey!!" pekik seseorang menyangga punggung Dhyanda.
"Eh," gadis itu pun langsung menoleh, menyadari tubuhnya bertubrukan dengan seseorang. "Kamu? yang waktu itu kan?" Dhyanda langsung mengenali wajahnya.
"Sudah pulang, Cas!! bagaimana, dapat kampusnya?" ujar Kinara yang tiba-tiba sudah ada dibelakangnya bersama Aldrick.
"Sudah, Tan. Aku sudah mengurus semuanya, tinggal masuk aja besok lusa" kata pemuda yang baru datang itu.
"Oh, bagus lah, sekarang kamu sudah ada kegiatan disini. Gak akan keluyuran-keluyuran gak jelas lagi kan?" ujar Aldrick terdengar sinis. Dhyanda malah nampak bingung memperhatikan semuanya.
"Oiya, Dhy. Kamu pasti bingung kan? kenalin nih, ini sepupunya Aldrick dari Berlin. Namanya Casey" ucap Kinara langsung mengenalkan Dhyanda kepada lelaki yang pernah menolongnya waktu akan terjatuh dari eskalator di mall itu.
"Hai, kita bertemu lagi rupanya"
Dhyanda hanya tersenyum dan mengangguk menanggapi sapaan dari sepupunya Aldrick itu.
"Dia itu pengacau, kamu gak usah deket-deket dengannya!" Aldrick langsung menarik tangan Dhyanda.
"Hah?" Dhyanda mendongak menatap wajah Aldrick yang hanya beberapa centimeter saja dari wajahnya yang langsung menghangat.
"Ehem" pemuda bernama Casey itu berdehem seolah tenggorokannya tengah tercekat, "Tan, jadi ini pacarnya, Bang Al?" tanyanya kepada Kinara.
"Kamu tanya aja sendiri sama orangnya," sahut Kinara malah tersenyum seraya mengerlingkan matanya pada Aldrick.
Dhyanda yang melihat sikap Kinara hanya bisa membulatkan kedua matanya sempurna, Kok Tante Kinara ngomongnya gitu?
"Mending kita makan dulu saja. Ayo, Dhy! kamu duduk dekat Tante ya," ujar Kinara menarik tangan Dhyanda dari genggaman tangan Aldrick, lalu membawanya kembali ke meja makan.
Mereka berempat tengah menikmati makan siangnya bersama.
"Sayang ya, Om Aaron masih London" celetuk Casey disela-sela makannya.
"Minggu depan Om mu pulang, Sekarang masih sibuk mengurusi pekerjaannya sekalian menjenguk Aleena disana" sahut Kinara yang sebetulnya ia pun begitu merindukan suaminya itu setelah hampir sebulan tidak bertemu, karena sang suami tengah berada di London.
"Iya, Tan. aku juga kangen Aleena, ku kira dia tidak kuliah di London. Padahal aku berharap yang pergi itu bang Al bukan Aleena"
Mendengar itu Aldrick mencebik, "Apa Lo bilang? gue hajar Lo ya, gak sopan banget sih sama kakak sepupu"
"Al! kamu yang gak sopan, bicaralah yang baik-baik! Mama gak suka kamu bicara seperti itu" bentak Kinara melotot.
Dhyanda dibuat terkejut dengan kata-kata sarkas dari mulut Aldrick, dia tidak menyangka seorang Aldrick yang dikenal sebagai guru yang super cool itu bisa bicara seperti tadi.
Setelah makan siang usai, Kinara mengajak Dhyanda duduk ditaman kecil yang berada di belakang rumah bersebelahan dengan kolam renang pribadinya.
"Sebelum Aleena memutuskan kuliah di luar, kami sering sekali menghabiskan waktu disini untuk sekedar mengobrol, atau tante mendengarkan curhatan Aleena tentang kawan-kawan disekolahnya. Rasanya Tante kangen masa-masa itu, Tante senang mendengar cerita tentang kisah-kisah remaja jaman sekarang" ujar Kinara yang tengah merindukan Aleena, anak keduanya yang memutuskan melanjutkan pendidikannya diluar negeri karena suatu hal.
"Adiknya Pak Aldrick memang kuliah dimana, Tan?" tanya Dhyanda.
"Di London" sahut Kinara seraya menatap kosong, terlihat jelas kalau Kinara begitu merindukan anaknya tersebut.
"Ohhh, kalau Tante kangen kan bisa video callan sama anak tante, Alat komunikasi jaman sekarang sudah mampu menjadikan hubungan yang sebenarnya dipisahkan jarak ratusan bahkan hingga ribuan kilometer menjadi lebih dekat," ujar Dhyanda berusaha menghiburnya. Kinara mengalihkan pandangannya menjadi menatap Dhyanda, lalu tersenyum.
"Iya, Dhy. kamu benar banget, untungnya ada teknologi yang semakin modern ya, gak perlu surat menyurat seperti jaman dulu" sahut Kinara tertawa lembut.
"Iya, Tan, sekarang semuanya serba dimanjakan teknologi" ujar Dhyanda.
"Oya, kamu sudah punya pacar?" tanya Kinara tiba-tiba, hingga sukses membuat mengerjap kaget.
"Ah, belum, Tan" sahutnya kikuk.
"Masa sih?"
"Ih, beneran, Tan. aku belum punya pacar kok"
"Kamu suka gak sama anak tante?" tanya Kinara kemudian.
"Hah? maksud tante--- Pak Aldrick?" tanya Dhyanda ragu.
Kinara mengangguk cepat, "Iya, siapa lagi?"
Dhyanda mengerjapkan matanya berkali-kali, terlihat jelas rona merah menghangat diwajah gadis itu.
"Jangan-jangan kamu tidak suka ya sama anak tante? apa Aldrich terlalu dewasa untukmu, Dhy?" ujar Kinara malah terlihat bersedih.
"Eh, gak begitu, Tan. Aku malah lebih menyukai laki-laki dewasa seperti Pak, Aldrick. Tapi---" Dhyanda tidak melanjutkan kalimatnya.
"Tapi apa?" Kinara penasaran.
"Hhmmm-- bisa jadi malah dia yang gak suka sama anak kecil seperti aku" ujar polos Dhyanda tersipu malu.
Kinara tersenyum, kedua tangannya menangkup pipi Dhyanda, "Entah kenapa sejak ketemu kamu, Tante langsung jatuh hati dan ingin selalu dekat dengan kamu, nak. Kamu seperti Aleena, begitu polos dan lugu. Tante takut suatu saat nanti kamu bertemu laki-laki yang ingin memanfaatkan kepolosan kamu ini. Tante gak mau itu terjadi lagi. Tante tau siapa Aldrick, Tante yakin dia bukan laki-laki seperti itu" ujar Kinara lalu mengecup sekilas kening Dhyanda.
Dhyanda hanya terdiam, pikirannya berusaha mencerna semua perkataan Kinara barusan.
Gak mau terjadi lagi? memang siapa yang pernah mengalaminya? Aleena kah? batin Dhyanda.
"Aldrick itu sebenarnya orangnya asik lho kalau diajak bicara, hanya saja dia memang sedikit dingin, cuek sama orang yang baru dikenalnya. Oya, kalau ngajar dikelas apa dia suka galak-galak?" ujar Kinara.
"Hhmm, galak sih enggak juga ya, Tan. hanya saja suka ngasih ulangan tiba-tiba. Aku kan sebel juga, anak-anak yang lainnya juga sama. Udah gitu paling doyan tanya jawab pula, kan bikin kita-kita jadi tegang," sahut Dhyanda sambil menunjukan wajah cemberutnya.
Mendengar hal itu reflek membuat Kinara terkekeh lembut, Dhyanda pun akhirnya mau tidak mau turut tertular kekehan Kinara. Dua perempuan itu saling berbagi cerita lainnya, dan saking fokusnya tidak sadar ada yang sedang memperhatikan.
Aldrick, lelaki itu berdiri menjulang ditepi pintu tengah tersenyum samar. Ia sedari tadi mendengar obrolan mereka yang membuat netranya betah untuk terus memandangi gadis itu diam-diam.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
ARSY ALFAZZA
🌿🐾🌿🌿🐾🐾
2020-10-29
0
Diya Ghanie
lanjuttt thor, penasaran
2020-08-01
1