Aldrick begitu heran melihat seorang pemuda yang menghadang jalan yang akan ia lalui, terlihat dari kerutan diantara alisnya. Aldrick melirik Dhyanda sekilas dan ia bisa menangkap ekspresi jutek dan ketidak sukaan secara bersamaan diwajah cantik Dhyanda.
"Maunya apa sih nih bocah tengil!", gumam Dhyanda geram.
Langkah Dhyanda dan Aldrick sudah sangat dekat dengan Davit, Aldrick pun bahkan terlihat tidak gentar bahkan ia terlihat begitu tenang menatap Davit dengan tatapan remeh.
"Dia siapa, Dhy?" tanya Davit dengan ketus, seolah pemuda itu adalah pemilik Dhyanda.
Aldrick menghentikan langkahnya diikuti Dhyanda.
"Hhmm, Dia...." Dhyanda menjawab terbata-bata. Sebetulnya ini kesempatan Dhyanda untuk memanfaatkan Aldrick dengan berpura-pura menjadi pacarnya agar pemuda bernama Davit itu tidak terus menerus mengejarnya. Tapi Dhyanda tidak enak juga dengan guru itu karena sebelumnya tidak meminta ijin dulu akan rencana dadakan tersebut. Ini diluar dugaan, siapa yang menyangka Davit akan senekat ini menghadangnya ditengah jalan.
Aldrick menangkap ekspresi wajah Dhyanda dan seolah tau apa yang sedang dipikirkan gadis itu.
"Saya pacar Dhyanda!" Aldrick menjawab dingin dengan tatapan tajam ke arah pemuda dihadapannya. Kemudian merangkul pundak Dhyanda, dengan santai Aldrick membawa Dhyanda melanjutkan perjalanannya melewati Davit bahkan sedikit menyenggol lelaki yang lebih pendek darinya itu. Aldrick terlihat tenang, tidak tersirat sedikit pun ketakutan dimatanya. Berbanding terbalik dengan Davit yang sudah menggerakkan gerahamnya tapi diam saja saat Aldrick menyenggolnya. Aura seorang Aldrick memang begitu dahsyat, ternyata bukan hanya bisa memberikan ulangan dadakan dikelas, tapi Davit yang notabene seorang preman saja tidak bisa secara langsung menghadapi Aldrick yang dari fisik saja sudah lebih unggul dari Davit. Aldrick lelaki jangkung yang memiliki postur tubuh ideal bak titisan dewa dari Yunani.
DEGG!!
Jantung Dhyanda berdetak tak karuan, ia masih tidak percaya Aldrick mengakui dirinya sebagai pacar, juga tangan Aldrick yang masih bertengger dengan gagah merangkul pundak Dhyanda. Pipi gadis itu merona, untung saja lampu disekitar jalan gang tidak begitu terang sehingga bisa menyamarkan rona merah diwajahnya.
Davit hanya terdiam melihat Aldrick dan Dhyanda lewat begitu saja dihadapannya. Seperti ada rasa takut menjalari hati pemuda yang memiliki tubuh kerempeng dan dipenuhi banyak tato itu. Tapi ia tidak mau terlihat pengecut didepan teman-temannya. Pemuda itu pun kini memikirkan cara untuk menghajar kekasih dari gadis yang sudah lama ia incar.
***
"Kok pulangnya malam sekali, Dhy. Apa acaranya sampai selarut itu?" tanya Arumi yang sudah duduk dikursi teras menanti anak majikannya itu pulang.
"Iya Bu, acaranya sampai jam sembilan. Kalau gak percaya tanya aja Pak Aldrick" sahut Dhyanda sambil melirik ke arah Aldrick yang masih berdiri di pinggir teras.
"Betul begitu, Nak Aldrick?" Arumi memicingkan sebelah matanya. Memastikan kedua anak manusia itu tidak sedang membohonginya. Meski Arumi tau Aldrick itu gurunya Dhyanda, tapi sejak tau kalau lelaki itu menyukai Dhyanda, Arumi jadi sedikit was-was.
Ya, Arumi baru tau hal itu karena tadi sore Kinara datang lagi ke rumah Arumi. ia mengatakan kalau Aldrick menyukai Dhyanda dan meminta ijin agar Arumi mendukungnya. Kinara menceritakan tentang Aldrick yang trauma dengan percintaannya dimasa lalu hingga menutup hatinya selama bertahun-tahun. tapi sejak bertemu Dhyanda, Kinara kembali melihat wajah putranya itu penuh senyuman yang menyiratkan akan dirinya sedang jatuh cinta. Kinara ingin Arumi membantu menyatukan keduanya.
"Benar, Bu. Acaranya memang baru selesai jam 9 tadi. Maka dari itu saya mengantar Dhyanda pulang, saya khawatir kalau ia harus naik angkutan umum" ujar Aldrick dan sukses membuat Dhyanda mengernyit heran.
Pak Aldrick khawatir sama gue? gak salah?
Rona merah diwajah Dhyanda pun kembali menghangat.
"Oh, iya nak Aldrick. Terimakasih sudah mengantar Dhyanda. Sekarang sudah malam, sebaiknya Nak Aldrick pulang, Ibu khawatir kamu nanti dijalan, Nak." ujar Arumi mengingat ini sudah malam dan cukup bahaya untuk seorang Aldrick masih berada didaerah sini yang terkenal banyak preman-premannya. Ia juga sebetulnya tidak enak mengusir Aldrick meski dengan cara halus. Tapi mau bagaimana lagi, lingkungan disekitar mereka tinggali ini memang agak sedikit kritis dan ujung-ujungnya menggunjing penuh curiga. Jadi sebisa mungkin Arumi selalu menghindari hal-hal yang bisa memicu keingintahuan para tetangga disini.
"Baik, Bu. Kalau begitu saya permisi" ujar Aldrick berpamitan. Arumi dan Dhyanda mengantarnya sampai ke teras rumah. Setelah sosok tubuh tinggi itu sudah tak terlihat lagi barulah mereka kembali masuk ke dalam rumah.
Dhyanda hendak mengganti pakaian ke kamarnya saat Arumi dengan tiba-tiba menghentikan langkahnya. "Tunggu, Dhy!"
Dhyanda menoleh, "Iya, Bu"
"Kamu terlihat dekat sekali dengannya, apa kamu menyukai Pak gurumu itu?" pertanyaan Arumi seketika membuat kedua bola mata Dhyanda terbelalak lebar.
"Heuh?" bibir Dhyanda menganga. Gadis itu merasa kaget dengan pertanyaan Arumi yang spontan.
Arumi memegang pundak Dhyanda, merangkulnya serta menggiringnya untuk duduk dikursi. Perempuan yang sudah merawatnya dari kecil itu memang sudah tidak sabar menanyakan hal ini sejak kedatangan Kinara sore tadi.
"Tadi Ibunya Nak Aldrick datang lagi kemari, dia cerita banyak tentang keluarganya dan----"
"Oya? Tante Kinara datang kesini, Bu?" Dhyanda terlihat berbinar senang mendengar kabar itu hingga memotong kalimat Arumi begitu saja.
Arumi mengangguk seraya tersenyum. Arumi tau kalau sejak kedekatannya dengan Kinara, Dhyanda memang terlihat menyukai dan menyayangi perempuan yang telah melahirkan sosok Aldrick ke dunia ini.
"Dia meminta mu untuk menjadi menantunya"
"WHAT??" kedua bola Dhyanda nyaris keluar begitu. what the hell??
"Iya, Dhy. Ibu Kinara ingin kamu menjadi istrinya Nak Aldrick" ujar Arumi.
"Apa-apaan nih?" Dhyanda mengernyit. dia merasa gagal paham dengan ucapan Arumi barusan.
Akhirnya Arumi menceritakan kembali tentang Aldrick persis seperti yang di ungkapkan Kinara kepadanya sore tadi. Arumi menceritakan tentang Aldrick yang menyukai Dhyanda dan berniat untuk meminangnya langsung karena tidak ingin Dhyanda jatuh kepada lelaki lain. Aldrick sudah mantap ingin menikahi Dhyanda saat dirinya sudah tamat sekolah.
"Ibu mau tanya sama kamu sekarang, Dhy. Kamu menyukai Aldrick?" pertanyaan Arumi membuat Dhyanda tersentak dari lamunannya.
"Heuh?" Dhyanda mengangkat wajahnya menatap Arumi yang duduk disampingnya.
"kamu dengar pertanyaan ibu kan, Dhy?"
"I...iya, Bu. Aku denger kok" sahut Dhyanda terbata-bata.
"Terus kamu menyukainya?" tanya Arumi mengulang pertanyaan yang tadi.
Dhyanda terlihat menghembuskan napasnya sejenak. "A...aku memang menyukainya sih. siapa coba yang gak tertarik dengan dia, Bu. Bahkan cewek-cewek satu sekolahan juga rame-rame menyukai Pak Aldrick" ujar Dhyanda lalu terkekeh.
"Ini ibu serius, Dhy! Nak Aldrick ingin segera bertunangan dengan kamu Minggu depan"
"APAA!!" lagi-lagi Dhyanda terkejut dengan pernyataan yang Arumi lontarkan.
"Makanya kamu yang serius dong!! ibu tanya sekali lagi nih. kamu menyukai Aldrick apa nggak?" pertanyaan Arumi kali ini penuh penekanan.
"Ehmm... aku menyukainya sih. tapi kalo untuk serius kaya gitu aku belum tau, Bu. Aku kan masih sekolah, ya gak kepikiran sampe sejauh itu kalee, cuma suka-sukaan doang" ujar Dhyanda.
"Tapi masalahnya Nak Aldrick dan Ibu Kinara itu serius ingin meminang kamu, Dhy. Ibu harus memberi keputusan iya atau enggak secepatnya"
"Tapi, Bu. Aku kan masih sekolah lho ini.... aku juga belum terlalu dekat-dekat banget sama Pak Aldrick" bantah Dhyanda.
"Yang penting kamu suka sama Aldrick itu udah cukup buat ibu. Sekarang kamu mandi lalu istirahat! ibu masakin air hangatnya dulu ya" ujar Arumi lalu beranjak menuju ke dapur hendak memasak air hangat untuk Dhyanda mandi.
Haishh!! kok jadi gini sih? belum juga jadian masa udah langsung tunangan aja. Emang Pak Aldrick serius beneran suka sama gue ya? gue juga sebenarnya suka lho sama kamu, Pak.
Wajah Dhyanda langsung menghangat, Rona merah di pipinya sangat terlihat jelas. untung saja Arumi sudah pergi dapur, jadi tidak melihat bagaimana wajah Dhyanda yang kepanasan sambil tersenyum-senyum sendiri seperti itu.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
YuRà ~Tamà💕
Serius nih, thor??? Sean apa kabar???
2020-08-18
1