Rasa yang tak biasa

Keesokan harinya, Dhyanda, Gio dan Imel tengah menikmati jam istirahatnya di kantin sekolah sambil makan bakso.

"Thanks ya, Yo. Udah traktirin gue sama Imel" ujar Dhyanda seraya memasukkan suapan bakso terakhir kedalam mulutnya.

"Ya sering-sering aja kaya gini, Yo, biar uang jajan kita awet hehehe..." sambung Imel terkekeh.

Gio mendengus kecil, "bangkrut dong gue"

Dhyanda dan Imel terkekeh.

"Oya, Dhy. Lo udah siapin lagu yang bakal Lo tampilkan di pensi besok kan?" tanya Gio kemudian.

"Beres itu mah, tiap malam gue latihan dirumah kok" sahut Dhyanda percaya diri.

"Gue mau denger dong, Dhy. Ayo nyanyi!!" seru Imel heboh.

"Idiihh, apaan sih, Mel? nanti aja kali"

"Ayolah, Dhy! Reff nya doang deh gak apa-apa gue mah" Rajuk Imel masih keukeuh.

"Haishh, udah ah gue ke toilet dulu" Dhyanda buru-buru beranjak dari duduknya menuju ke toilet sekolah.

"Eh, malah kabur dia" Imel mendengus kecil.

Gio malah terkekeh tanpa berkomentar.

*

Dhyanda baru saja keluar dari toilet saat dilihatnya Aldrick sudah berdiri didepan pintu.

"Pak Aldrick, ini kan toilet cewe, Pak" tegur Dhyanda kaget.

"Aku juga tau. Ayo, ikut dekatku sebentar!!" Aldrick menarik tangan Dhyanda dan membawanya ke suatu tempat.

"Pak, ini mau kemana? kok tarik-tarik sih? jangan bilang Bapak mau berbuat mesum ya!" ujar Dhyanda berusaha melepas genggaman tangan Aldrick yang menarik-narik lengannya.

"Apa kamu bilang?" Aldrick menghentikan langkahnya, menatap Dhyanda dengan sorot mata tajam. "kamu pikir aku tidak waras"

"Kalau bapak tidak waras terus ngapain seret-seret saya kaya gini?" tanya Dhyanda.

Aldrick langsung melepaskan lengan Dhyanda seketika, "Oke, aku minta maaf, hmm... maksudnya saya minta maaf. Saya hanya perlu bicara dengan mu saja tanpa ada orang yang lihat."

Dhyanda mengernyit, "bicara dengan saya?" dia mengulang pernyataan Aldrick. Apa sebegitu pentingnya sampai orang lain gak boleh tau? batin Dhyanda.

"Ya, ini pesan dari Mama. Saya gak tau maksud Mama itu apa, tapi yang jelas sepulang sekolah nanti kamu diminta datang ke rumah, itu saja" ujar Aldrick.

"Hah? tapi untuk apa, Pak? bukannya kemarin sore Tante Kinara sudah ke rumah?" tanya Dhyanda bingung.

"Ya mana saya tau, nanti kamu tanya saja sama Mama dirumah" sahut Aldrick hendak beranjak pergi namun tangan Dhyanda reflek menahannya, sesaat kedua netranya beradu pandang.

"Tapi saya gak tau rumah bapak dimana" lirih gadis itu polos, dan entah kenapa membuat seorang Aldrick merasa gemas melihat wajah lugu Dhyanda.

"Nanti pulang sekolah kamu tunggu diparkiran ya" ucap Aldrick terdengar lembut, tidak ngegas seperti biasanya. Lelaki itu pun pergi meninggalkan Dhyanda yang masih berdiri ditempat dan tengah gagal mencerna otaknya.

Entah sejak kapan jantung Dhyanda pun tiba-tiba berdegup tidak karuan. Ada rasa berdesir dihatinya yang sebelumnya tidak pernah ia rasakan. Dhyanda mengusap-usap dadanya, menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya melalui mulut. Hufft! Dia pun segera pergi dari sana, kembali ke kantin dimana Gio dan Imel tengah menunggunya.

"Waduuh... abis dari toilet mana tuh ya, lama beneerr. Ketiduran ya, Non?!" ujar Imel meledek.

"Biasa ngantri, Mel" sahut Dhyanda santuy.

"Oya, Dhy, untuk susunan acara pensi besok lusa Pak Rian udah deal kan, gak ada revisi-revisian lagi?" tanya Gio. sepertinya pemuda itu antara pikiran dan matanya sedang tidak sinkron dari tadi. Pandangan mata kemana, pikirannya kemana.

"Yo!" Dhyanda menepuk bahu Gio, "udah deh, rilex...rilex.. gak usah stress gitu dong. Semua kan udah terstruktur, tinggal besok kita jalani saja, Oke!" Dhyanda berusaha menenangkan Gio yang nampak selalu tegang dari tadi. Gadis itu sudah lama mengenal sosok Gio Alendra Pratama, Mereka sudah bersahabat dari sejak duduk di bangku SMP.

Gio sejenak mengatur nafasnya untuk menenangkan hatinya, "Iya, Dhy. ini pertama kalinya gue jadi ketua penyelenggara pensi tahun ini, Gue takut acaranya nanti tidak sesuai dengan harapan"

"Santai aja, Yo. Gue yakin semuanya akan berjalan dengan lancar. Gue selalu dukung Lo, dan Gue akan selalu ada dibarisan terdepan buat Lo" ujar Dhyanda seraya melingkarkan tangannya ke pundak Gio.

Pemuda itu tersenyum lega, Kini hatinya merasa sedikit rilex saat Dhyanda selalu berhasil memenangkan dirinya.

Kamu memang selalu ada untukku, Dhy. tapi kamu tak pernah tau bahwa perasaan ini sangat dalam, sehingga aku memilih untuk memendamnya.

"Meskipun gue gak ikut jadi panitia pensi. tapi gue pasti bantu dan dukung kalian berdua. Semangat...semangat...semangattt!!" sahut Imel menambahkan, membuat Gio dan Dhyanda terkekeh.

***

Bell pun berbunyi tiga kali, tanda jam sekolah telah usai. Semuanya bergegas menuju gerbang sekolah, dalam sekejap keadaan disekolah pun menjadi sepi, hanya tinggal beberapa murid dan guru-guru saja yang masih terlihat disana.

"Pulang Yuk!!" ajak Imel saat melihat Dhyanda masih sibuk mengedarkan pandangannya seolah mencari seseorang. "Lo sedang nyari siapa sih?" tanya Imel lagi saat menyadari tingkah Dhyanda yang mencurigakan.

"Ah, gak nyari siapa-siapa kok, gue hanya---" Dhyanda menghentikan kalimatnya saat melihat Aldrick berjalan dari kejauhan menuju ke arahnya.

Wah, gawat nih masih ada Imel. Bisa-bisa gue jadi bahan gosip satu sekolahan, batin Dhyanda panik.

"Hanya apa?" tanya Imel mengernyit bingung memperhatikan gelagat aneh Kawannya ini.

"Lo balik duluan deh, gue ada perlu dulu disini" ujar Dhyanda mulai panik. Ia takut Imel keburu melihat Aldrick.

"Wah, Lo kayanya mulai main rahasia-rahasian nih sama gue"

"Udah deh, Lo gak usah banyak tanya. Lo balik duluan gih!! gue cuma mau ke ruang guru dulu nyari Pak Rian, ada yang mau gue tanyain masalah pentas seni" dusta Dhyanda mengusir Imel dengan sedikit mendorongnya.

"Oohh... kirain ada apa. Ya udah deh gue balik duluan ya, Dhy."

"Iya, Mel. Lo ati-ati ya" ujar Dhyanda, Imel pun mengangguk lalu segera pergi dari hadapan Dhyanda menuju pintu gerbang sekolah.

"Kok temennya kamu suruh pulang duluan? kan bisa sekalian sama-sama" suara baritone Aldrick membuat Dhyanda terperanjat.

"Eh, Pak..." Dhyanda reflek menolehkan kepalanya, ternyata Aldrick memang sudah berdiri dibelakangnya dengan jarak yang lumayan dekat.

"Mmm... itu Pak, Imel buru-buru" sahut Dhyanda menutupi. Gila aja kalau Imel bisa tau, mulut dia kan ember. Celaka kalau Gue jadi bulan-bulanan cewek satu sekolahan karena jalan sama Pak Aldrick, maskot baru disekolah ini.

"Kalau gitu, ayo!!" Aldrick menarik tangan Dhyanda menuju ke arah mobilnya yang terparkir dekat gerbang sekolah. Lalu membukakan pintu untuk Dhyanda agar masuk ke dalam mobilnya lebih dulu. setelah itu Aldrick mengitari setengah mobil menuju ke pintu sebelahnya.

Ini kali kedua Pak Aldrick membukakan pintu mobilnya buat gue. Gentleman banget ya, dia. Haissh, wake up Dhyanda!! Pak Aldrick itu seorang guru, lagipula orang seperti Pak Aldrick pasti udah punya--- What the hell!! kenapa gue sampai berpikiran sejauh itu?

Dhyanda mengumpat dalam batinnya, berusaha menghalau perasaan yang entah sejak kapan ada yang berbeda dari biasanya. Apa gadis itu mulai menyimpan rasa pada Aldrick?

Sementara dibalik tembok gebang sekolah, seseorang tengah mengamati kebersamaan Dhyanda dan Aldrick dari kejauhan. "Bener dugaan gue, ada yang Lo sembunyikan dari gue, Dhy. Lo bikin semua cewe satu sekolahan ini patah hati masal kalau mereka tau Lo jalan bareng sama Pak Aldrick hari ini" gumam Imel seraya menggeleng-gelengkan kepalanya.

.

.

.

Terpopuler

Comments

Oliviani Chindy

Oliviani Chindy

suka SM critax,,,

2020-10-29

1

ARSY ALFAZZA

ARSY ALFAZZA

🐾🌿🐾🐾🌿🌿

2020-10-29

0

Tria Wulandari

Tria Wulandari

hai kak.. Putih Abu-Abu 2010 mampir .. bawa like .. bagus ceritanya kak.. tetep semangat ..
jangan lupa mampir di tulisan pertamaku

2020-10-28

0

lihat semua
Episodes
1 Awal kisah Dhyanda
2 Guru bantu siapa?
3 Dia lagi?
4 Memasak untuk Ibu
5 Mood ku sedang gak baik
6 Tamu tak terduga
7 Rasa yang tak biasa
8 Mengagumi
9 Tentang Aldrick
10 Acara pensi
11 Apa-apaan nih?
12 Pengeroyokan
13 Semakin dekat
14 Mengenal Casey
15 Pergi nonton
16 Sembunyi dulu
17 Can't stop thinking 'bout you
18 Diam dan kecewanya Aldrick
19 Tell me what you see!
20 Panik
21 Apa lagi nih?
22 Aku bisa menghadapinya
23 Who is He??
24 Bener-bener menggemaskan
25 Teruslah selalu ada untukku
26 When love has long been hidden
27 Karena kursi
28 Ini ada apa lagi?
29 Just want you to be safe
30 Tempat tinggal baru
31 Datang untuk pergi
32 Nikmatin aja
33 Suasana Hatinya
34 Merasa dikerjain Aldrick
35 Titik nadir
36 Beasiswa
37 Siapa diluar?
38 Dimana kalian semua?
39 Kepanikan Aldrick
40 Untung ada dia
41 Sebelas dua belas
42 Ketika rindu bertemu
43 But I Miss You
44 Kamu ada untukku
45 Tetap berada disampingku
46 Mulai posesif
47 Ngigau
48 Moody
49 Baikan
50 Kena masalah
51 I'm one call away
52 Salah paham
53 Salah paham II
54 Tak sengaja bertemu
55 Ada aku sekarang
56 Niat membantunya
57 Benar-benar marah
58 Swing mood
59 Kekhawatiran Aldrick
60 Bisa terkendali
61 Untuk alasan bisnis
62 Keseriusan Aldrick
63 Genggam tanganku erat
64 Perdebatan Aldrick dan Aaron
65 Pendapat Aleena
66 Karena masa lalu
67 Memilih pergi
68 Yakin kan aku, Al!
69 Sarapan buatan Dhyanda
70 Siapapun Dhyanda,
71 Hatiku milik kamu, Dhy
72 Yes, I will
73 Pilihan hati
74 Reaksi Arumi
75 Kebimbangan Arumi.
76 Tentang lingerie
77 Wonderful journey is begin
78 Forever with you
79 Penantian panjang
Episodes

Updated 79 Episodes

1
Awal kisah Dhyanda
2
Guru bantu siapa?
3
Dia lagi?
4
Memasak untuk Ibu
5
Mood ku sedang gak baik
6
Tamu tak terduga
7
Rasa yang tak biasa
8
Mengagumi
9
Tentang Aldrick
10
Acara pensi
11
Apa-apaan nih?
12
Pengeroyokan
13
Semakin dekat
14
Mengenal Casey
15
Pergi nonton
16
Sembunyi dulu
17
Can't stop thinking 'bout you
18
Diam dan kecewanya Aldrick
19
Tell me what you see!
20
Panik
21
Apa lagi nih?
22
Aku bisa menghadapinya
23
Who is He??
24
Bener-bener menggemaskan
25
Teruslah selalu ada untukku
26
When love has long been hidden
27
Karena kursi
28
Ini ada apa lagi?
29
Just want you to be safe
30
Tempat tinggal baru
31
Datang untuk pergi
32
Nikmatin aja
33
Suasana Hatinya
34
Merasa dikerjain Aldrick
35
Titik nadir
36
Beasiswa
37
Siapa diluar?
38
Dimana kalian semua?
39
Kepanikan Aldrick
40
Untung ada dia
41
Sebelas dua belas
42
Ketika rindu bertemu
43
But I Miss You
44
Kamu ada untukku
45
Tetap berada disampingku
46
Mulai posesif
47
Ngigau
48
Moody
49
Baikan
50
Kena masalah
51
I'm one call away
52
Salah paham
53
Salah paham II
54
Tak sengaja bertemu
55
Ada aku sekarang
56
Niat membantunya
57
Benar-benar marah
58
Swing mood
59
Kekhawatiran Aldrick
60
Bisa terkendali
61
Untuk alasan bisnis
62
Keseriusan Aldrick
63
Genggam tanganku erat
64
Perdebatan Aldrick dan Aaron
65
Pendapat Aleena
66
Karena masa lalu
67
Memilih pergi
68
Yakin kan aku, Al!
69
Sarapan buatan Dhyanda
70
Siapapun Dhyanda,
71
Hatiku milik kamu, Dhy
72
Yes, I will
73
Pilihan hati
74
Reaksi Arumi
75
Kebimbangan Arumi.
76
Tentang lingerie
77
Wonderful journey is begin
78
Forever with you
79
Penantian panjang

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!