"Maaf ya, Tante. Pak Aldrick jadi mengalami pengeroyokan begini gara-gara mengantar aku pulang" ucap Dhyanda saat Kinara dan sepupunya yang bernama Casey itu menjemput Aldrick dikediaman Arumi.
"Tidak apa-apa, yang penting Aldrick baik-baik saja. lagi pula masalahnya sudah selesaikan?" Kinara nampak menatap serius ke arah Dhyanda, dan sukses membuatnya mengerjap bingung. Dhyanda tidak tau akhirnya bagaimana, karena pas kejadian dirinya tidak disana.
"Sudah, Bu. tadi sudah didamaikan sama Pak RT. Kedepannya mudah-mudahan tidak akan terjadi seperti ini lagi." Arumi membantu menjawab pertanyaan Kinara. Untungnya tadi Ayu sempat bicara dengan Arumi.
"Makanya lain kali pikir-pikir dulu kalau mau nganter cewe. Liat-liat lingkungan sekitarnya dong! Bang Al siap gak masuk ke perkampungan seperti ini? kalau Om Aaron tau habislah kena omel, aku yakin itu" celetuk Casey dengan gayanya yang ceplas-ceplos terkesan arogan.
"Casey!!" tegur Kinara seraya mengerjapkan mata memberinya isyarat untuk diam. Lelaki itu mengerti isyarat dari sang tante.
Aldrick yang mendengar ucapan sepupunya itu langsung geram. Namun ia berusaha menahan diri untuk tidak membalas ucapan Casey karena tidak enak dilihat Bu Arumi dan Dhyanda.
"Maaf ya, kalau gak tau masalahnya gak usah ikut-ikutan deh!" bela Dhyanda yang entah kenapa gak rela melihat Aldrick disalah-salahkan oleh ucapan Casey barusan.
"Ah, sebaiknya kami pulang. Maaf sudah merepotkan Bu Arumi" Kinara langsung memotong pembicaraan Dhyanda karena dikhawatirkan akan berbuntut panjang mengingat Casey memang suka berdebat apalagi jika menyangkut dengan Aldrick.
"Harusnya saya yang minta maaf, nak Aldrick begini kan karena mengantar Dhyanda" ujar Arumi.
"Tidak apa, Bu. Buat saya keselamatan Dhyanda jauh lebih penting" sahut Aldrick.
"Heuh?" Dhyanda kaget mendengar ucapan Aldrick, darahnya tiba-tiba saja berdesir, gadis itu semakin yakin kalau dirinya memang benar-benar menyukai sosok sang guru.
***
Satu Minggu pun berlalu. Sejak kejadian pengeroyokan itu Dhyanda dan Aldrick semakin akrab. Diluar sekolah mereka sering janjian bertemu, terkadang mereka menghabiskan waktunya untuk sekedar mengobrol dirumah Arumi atau bergantian di rumah kediaman Aldrick. Mereka berdua sepakat untuk menjalin hubungan setelah keduanya saling mengungkapkan rasa suka dan saling ketertarikan. Hubungan mereka pun terus berlanjut tanpa diketahui teman-teman maupun guru-guru disekolah.
Seperti hari Minggu ini, Aldrick mengajak Dhyanda berkunjung ke rumahnya. Nampak Kinara senang sekali akan kedatangan Dhyanda.
"Kalian ngobrol dulu aja ya, Mama mau menyiapkan keperluan Papa sebentar" ucap Kinara membebaskan Dhyanda dan Aldrick berduaan dirumahnya sendiri.
"Papa hari ini jadi ke Korea?" tanya Aldrick.
"Iya, cuma sepekan" jawab Kinara tersenyum lalu beranjak menuju walk in closet, "Oiya, nanti biar Casey saja yang antar Papa ke Bandara. Kamu temani Dhyanda dirumah" ujarnya lagi kembali menghentikan langkahnya.
Aldrick pun hanya mengangguk setuju memberi balasan. Setelah itu ia mengajak Dhyanda ke balkon depan kamarnya. Mereka mengobrol sambil bercanda disana. Aldrick yang awalnya terlihat dingin ternyata sangat menyenangkan bila sudah kenal lebih dekat.
Keduanya berdiri dengan kedua tangan masing-masing memegang besi pagar pembatas balkon. Pandangan mereka menatap lurus ke depan, menerawang jauh sebatas mata memandang.
"Kamu tau, Dhy? Deket sama kamu, aku berasa usia kita sama lho, sama-sama 17 tahun" ujar Aldrick tanpa mengindahkan pandangannya.
Dhyanda tertawa kecil mendengarnya.
"Kok ketawa sih, lucu ya?" kini Aldrick mengubah posisinya jadi menghadap ke gadis berwajah 100 persen bule itu. Sorot mata hazel Aldrick menatap dalam wajah Dhyanda dari samping.
"Aku malah sebaliknya, ngerasa tua", sahut Dhyanda. Kini pandangannya balas menatap wajah Aldrick yang memang masih terlihat jauh lebih muda dari usianya yang sudah menginjak 24 tahun. "Bahkan banyak yang bilang usia ku seperti udah 20 tahun. Sementara Pak Aldrick yang usianya udah diatas 20 tapi masih kaya belasan tahun. Kenapa bisa begitu ya, Pak?" ujarnya lagi malah jadi pertanyaan.
Aldrick malah berdecak, "Sudah ku bilang jangan panggil aku bapak kalau bukan disekolah!"
"Maaf...tapi aku belum terbiasa, Pak. Eh, Kak. Eh, tu kan?!" Dhyanda memukul-mukul bibirnya sendiri yang selalu salah memanggil lelaki yang kini dekat dengannya.
"It's oke" Aldrick tersenyum melihat tingkah Dhyanda yang menggemaskan menurutnya, "Aku pernah baca ada pakar mengatakan rata-rata orang Asia memang memiliki wajah yang lebih muda daripada usianya. Sementara orang barat seperti kamu justru sebaliknya" ujarnya kemudian.
"Oya?" kedua mata Dhyanda membulat. "Tapi Pak Aldrick juga setengah bule kan? tidak 100 persen Asia kok" ujarnya menyangkal.
"Iya, tapi aku lahir dan besar disini. Dalam darahku mengalir darah Indonesia dari Mama" sahut Aldrick.
Dhyanda terdiam, Aldrick memang benar. Lelaki itu memiliki paras yang dominan mengikuti ibunya. Entah kenapa gadis itu merasa iri dengan kehidupan seorang Aldrick. Lelaki itu terlalu sempurna dimata Dhyanda. Memiliki paras tampan, dari keluarga berada dan yang utama memiliki keluarga yang utuh.
Sementara dirinya? sejak lahir dia tidak pernah merasakan air susu dari ibunya, bahkan belaian lembutnya pun entah bagaimana rasanya. Semesta sudah mengambil sang Mama kepangkuan-Nya. Dhyanda hanya mendapatkan kasih sayang dari Andrew, sang Ayah. Tapi sayangnya saat hari itu ada, sang ayah pun akhirnya pergi entah kemana. Meninggalkan anak tak berdosa itu seorang diri dan kesepian. Kini hidupnya hanya tergantung pada Bu Arumi, pengasuhnya yang mau berbaik hati mengurus Dhyanda hingga sebesar ini tanpa imbalan.
"Kenapa? kok diam?" tangan Aldrick mendarat di pipi Dhyanda. Gadis itu mengerjap saat sentuhan yang bagaikan sengatan listrik itu menyentuh dan membelai lembut pipinya.
"Heuh? Ak... aku---" Dhyanda menjadi gugup. Ia menghentikan kalimatnya saat tangan Aldrick beralih menyingkirkan rambut Dhyanda yang bergerak-gerak tertiup angin dan sedikit menutupi wajahnya. Aldrick menatap Dhyanda lekat-lekat dengan senyuman penuh damba.
"Ehem!!"
Tiba-tiba seseorang berdehem, membuat keduanya mengalihkan pandangan ke arah orang tersebut.
"Gak bisa ketok pintu dulu kalau masuk kamar orang?" tegur Aldrick kepada seseorang yang ternyata Casey, sepupunya. "Kenapa?"tanya Aldrick yang merasa terganggu akan kedatangan Casey.
"Bang, Lo dipanggil Om Aaron tuh, buruan sana!!"
Sialan, Lo pikir siapa bisa nyuruh-nyuruh begitu! batin Aldrick kesal.
"Ada apa? Bukannya Lo yang ngantar Papa ke bandara?" Aldrick menautkan sebelah alisnya seraya menatap tajam ke arah lelaki yang seumuran dengan gadis dihadapannya.
Casey mengangkat bahunya, "Om Aaron minta Lo yang ngantar, Bang" sahut Casey.
"Tapi Dhyanda?" Aldrick kembali mengalihkan pandangannya ke arah gadis yang sekarang sedang dekat dengannya itu.
"Gak apa-apa, Pak. Aku akan tunggu Pak Aldrick disini" ujar Dhyanda tersenyum. Dia tidak mau gara-gara dirinya Aldrick jadi menolak keinginan sang Papa.
"Takut amat sih, Bang. Gak bakalan gue apa-apain juga" ucap Casey dengan nada meledek.
Mendengar hal itu Aldrick langsung melotot geram, ingin rasanya dia menjitak kepala saudara sepupunya yang selalu usil itu.
"Cepetan, Bang!! kasian si Om dan Tante menunggu tuh" ujar Casey seraya melangkah pergi lebih dulu.
"Oke, fine!!" balas Aldrick dengan nada terpaksa.
Keduanya pun turun untuk menemui Papa dan Mamanya Aldrick. Dhyanda baru kali ini bertemu dengan Papanya Aldrick, Sosok Aaron mengingatkan Dhyanda pada sang Ayah yang sudah lama pergi meninggalkannya.
"Aar, ini Dhyanda. Gadis yang sering aku ceritakan itu" ujar Kinara memperkenalkan Dhyanda pada Aaron, suaminya.
Aaron yang sedang mengancing jasnya langsung terpana melihat wajah Dhyanda yang rasanya tidak asing itu.
"Hallo, Om" sapa Dhyanda mengulurkan tangannya.
Aaron tidak langsung menyambutnya, ia masih menatap dalam manik mata perak Dhyanda.
"Aar!" Kinara menyenggol lengan suaminya yang nampak memperhatikan Dhyanda lekat-lekat.
"Oh, Hallo" balas sapa Aaron reflek meraih tangan Dhyanda yang sudah terulur dihadapannya.
Dhyanda tersenyum, entah kenapa sapaan dan sentuhan tangan papanya Aldrick saat bersalaman dengannya membuat Dhyanda merasakan kehangatan yang luar biasa. Gadis itu mengenali Aaron, dia masih ingat bahwa dirinya pernah bertemu dengan Papanya Aldrick dimasa lalu.
Dia kan yang waktu itu---
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
denisa
Aaron tahukah thor, kalau Dhyanda itu anaknya Andrew, pas pertama bertemu buat nyelamatkan tantenya Aldrick (Athreya)?
2020-10-27
3
YuRà ~Tamà💕
iyya... emang om Aaron yg waktu itu....🤗🤗🤗🤗
2020-08-29
2
Diya Ghanie
next ya thor
2020-08-29
1