Mobil ferrari berwarna silver metallic milik Leon melaju membelah derasnya hujan yang mengguyur jalan protokol ibu kota.
Siapa yang peduli dengan hujan?
Hujan hanya menyisakan basah dimana mana, termasuk didalam hati Aila. Hatinya basah setelah hujan mereda.
Hujan memang mampu membekukan suasana. Entah karena rintiknya yang terdengar syahdu, atau karena gelegar petirnya yang memekakkan telinga. Satu yang pasti, keduanya mampu membisukan mulut untuk bicara.
Seorang laki laki berseragam security, tergopoh gopoh lari kearah mobil Leon.. Namun lambaian tangan Leon, membuatnya berhenti.
Sepertinya sang tuan ingin memarkirkan mobilnya sendiri.
Lantai satu Apartemen leon, terbuka.
Leon kemudian memasukkan mobilnya disana.
Dan Aila terngangnga demi menyaksikan pemandangan didalamnya. Ada banyak mobil sport mewah dengan berbagai merk terpampang disana.
" Ayo turun." Ucap Leon yang sudah membukakkan pintu mobilnya untuk Aila.
Aila menurut. Gadis itu terlihat lebih tenang sekarang. Ia kemudian mengikuti langkah Leon melewati mobil mobil mahal yang terparkir rapi disana.
" Duduk di sini." Ucap Leon menunjuk salah satu sofa disana, kemudian masuk kedalam sebuah ruangan.
Aila baru paham jika didepanya ada lapangan basket dan bar mini disebelah kirinya.
Aila kira lantai satu apartemen ini juga sebuah rumah. Ternyata tempat parkir mobil mobil mewah. Apakah semua ini juga milik Leon?
" Heran? " Ucap Leon, lelaki itu terlihat membawa kotak obat.
Aila diam, menunduk. kenyataannya dia memang heran.
Leon meraih tangan Aila yang terluka. Lelaki itu membersihkan luka Aila dengan antiseptik, sebelum memberinya obat dan membungkus tanganya dengan perban.
Aila membiarkan Leon mengobati tanganya.
Setelah selesai mengobati Aila, Leon segera mengembalikan kotak obat itu ketempat asalnya.
Aila terlihat sedang komat kamit sembari menggerak nggerakkan jarinya, seperti orang yang sedang menghitung. Ya, gadis itu sedang menghitung mobil mewah didepannya.
Leon yang melihat tingkah Aila terkekeh.
" Ada berapa? " Ucap Leon tiba tiba dibelakangnya.
Aila tergagap malu, menyadari tingkah konyolnya diketahui oleh Leon.
" Hem ? "
" ada 17 Atau 18 ? "
" Hitung lagi sayang. "
Aila bangkit dari duduknya kemudian melangkah lebih dekat kearah mobil mobil itu, kemudian menghitungnya.
Lagi lagi Leon terkekeh melihat tingkah polos gadisnya itu. Bagaimana Leon tidak tergila gila? tingkah polos gadis itu begitu menghibur dirinya.
Aila kemudian berbalik, dan melangkah kearah Leon. kemudian menunduk.
" Ada 23 " Ucapnya polos.
Leon terkekeh mendengar ucapan Aila.
" Semuanya punya kakak? "
Leon mengangguk, sembari tersenyum bangga.
Sedang Aila malah terganga.
" Yang mana yang kau suka? " Tanya Leon sembari mendudukkan dirinya diatas sofa.
Aila diam. Gadis itu kemudian menoleh kearah mobil mobil tersebut, lalu menggeleng. " Tidak ada. "
Leon mengerutkan keningnya, heran.
" Kenapa? "
" Mereka mencolok dan menghabiskan uang."
Leon terbahak mendengar ucapan Aila. Tidak ada wanita yang tidak suka mobil sport, tapi gadisnya berbeda.
" Kemarilah."
Aila menurut.
Setelah Aila tepat didepanya, Leon melingkarkan tangan kekarnya pada pinggang Aila.
Aila mulai resah.
Seperti biasa lelaki itu mulai memainkan rambut ikal Aila.
" Kenapa dengan tanganmu. hem? "
Aila menunduk, gadis itu terlihat ragu.
" Aku tidak akan marah sayang. "
" Em, tanganku terinjak ketika mengambil hp. Hp nya terjatuh saat orang orang berebut masuk kedalam, dan sekarang retak pada layarnya. " Ucap Aila terlihat takut.
" Itu berbahaya. Tanganmu bisa saja patah, jangan lakukan lagi. ok? "
" Hp nya retak, kakak tidak marah? "
Leon terkekeh. " Aku bisa membelikanmu seratus jika kau mau."
Aila terganga.
Lelaki didepanya ini pasti sudah gila. Seratus Hp? apa dia mau buka counter?
tapi Aila merasa lega, setidaknya Leon tidak marah.
" Tidak. Tidak usah di ganti, itu masih bagus hanya layarnya saja yang sedikit retak. "
" Itu bisa menganggu penglihatamu sayang. "
" Tidak, itu hanya sedikit. "
Leon menghela napas. Menyerah, ia tau Aila cukup keras kepala.
" Sekarang cium aku. "
Aila tergagap, kaget.
" Tidak. "
" Ayolah sayang, kau menginginya."
Aila menggeleng.
" Tidak. "
" Tidak ada wanita yang bisa menolaku sayang, aku tau kau mengagumi ku."
" Tidak. "
" Kau mengagumiku sayang, kau menginginkanku. "
" Tidak. "
Leon berdecak kesal. Aila masih saja menolaknya.
" Lihat ini. "
Leon menaikan kausnya, hingga perutnya yang liat terlihat.
Aila tergagap. Gadis itu kemudian menurunkan kaus Leon, karena malu.
" Jangan lakukan itu." Pipi Aila merona.
Leon terkekeh. " Lihat. kau malu sayang. "
Aila memalingkan wajahnya.
Lihat saja, akan ku buat kau tergila gila padaku Aila.
" Bisakah kau berjanji padaku satu hal? " Leon mengubah nada bicaranya menjadi serius.
Aila mengerutkan kening, tidak mengerti.
" Apa? "
" Bisakah percaya hanya pada perkataanku?
Aila mengerutkan kening belum paham.
" Maksudku kau hanya harus percaya pada perkataanku, abaikan yang lain. kau hanya perlu melihatku dan jangan melihat yang lain. Terus disampingku dan jangan pergi. Kau bisa? "
Aila diam, manik matanya menatap lekat mata Leon.
Benarkah Leon benar benar menginginkanya? Entah kenapa Aila ingin mempercayai lelaki didepanya tersebut.
" Aila menganguk. "
" Kau janji? "
Aila mengangguk. " Janji. "
Leon kemudian menarik Aila merapat padanya, Seperti biasa pria itu membenamkan wajahnya pada dada Aila.
Lagi lagi Aila hanya bisa menggigit kuat kuat bibir bawahnya.
Kruyuuuuuk!
Perut Aila berbunyi. Gadis itu memang hanya makan nasi goreng tadi pagi.
" Kau lapar ? "
Aila mengangguk, malu.
" Akan ku pesankan makanan. "
Aila menggeleng. " Aku akan masak. "
" Itu lama sayang. "
" Tidak. tidak lama. "
" Kita beli saja. Ok? "
Aila menggeleng. " Di dalam kulkas banyak sayur, nanti busuk jika tidak diolah. " Ucap Aila memberi alasan.
" Jika busuk, ya dibuang. " Ucap Leon Santai.
" Itu pemborosan. "
Leon mulai kesal. " Ayolah sayang, kau tidak akan menghabiskan uangku hanya karena membeli makanan. "
Aila diam, menunduk. Leon tau gadis itu sedih.
Leon menghela napas. Lagi lagi ia harus menyerah. Kenapa sih, diajak enak Aila susah banget? heran.
" Ok, lakukan sesukamu. "
" Benarkah? "
Leon mengangguk.
Aila tersenyum, senang.
Kemudian mereka naik kelantai atas apartemen Leon.
********
Aila mulai menyiapkan bahan bahan yang akan ia masak.
" Masak apa? jangan lama lama, aku juga lapar. " Ucap Leon.
Aila diam, gadis itu terlihat berpikir. Masak apa yang cepet dan praktis?
Didalam lemari ada pasta spageti dan satu kaleng kecil ikan tuna.
Tiba tiba Aila punya ide mau masak apa. Aila sudah sering lihat di youtube cara memasaknya, tapi ia belum pernah mencobanya. Sepertinya tudak cukup sulit.
Tidak butuh waktu lama, masakan Aila sudah jadi.
Spageti saus tomat ikan tuna. Segera gadis itu menghidangkanya untuk Leon dan untuk dirinya sendiri.
" Spageti? "
" Ya."
" Kau bilang hanya bisa masak masakan kampung? "
" Aila lihat di youtube. "
" Jadi ini percobaan? "
Aila mengangguk ragu.
Leon segera mengambil dan mengunyahnya.
Aila cemas menanti komentar Leon.
" Apa enak? "
" Lumayan. "
Aila diam. Sepertinya ia harus banyak berlatih.
Selanjutnya mereka menghabiskan makananya dengan diam.
Hingga suara bel memecah keheningan diantara keduanya. Leon segera bangkit dari duduknya, karena ia lebih dulu menghabiskan makananya ketimbang Aila.
Seperti biasa, sebelum membuka pintu Leon harus menastikan siapa tamunya lewat kamera pintu.
Ternyata yang sedang berdiri didepan pintu adalah Meri. Ah, kenapa Leon bisa lupa jika sekarang waktunya bagi mereka untuk berangkat ke pesta?
" Masuklah."
" Aku bawakan baju kalian, dimana gadismu itu? "
" Di dalam. "
Meri kemudian masuk kedalam, dan mendapati Aila sedang mencuci peralatan dapur.
" Astaga! kalian belum siap siap? "
" Yeah. "
Meri menggelengkan kepala, kemudian berjalan kearah Aila.
" Hei, cepatlah bersiap. Kau harus pergi ke pesta bukan? "
" Ya, aku akan bersiap. " Ucap Aila sembari melangkah kearah kamar Leon.
Tinggalah Meri dan Leon kini diruang tengah.
" Lihatlah, kalian seperti suami istri saja. " Ucap meri menggoda Leon.
Leon tidak bergeming. Tanganya meraih remot untuk menyalakan TV.
" Jangan memberinya baju yang aneh. "
Meri mengerutkan kening?
" Aneh? "
" Yeah, dia pendek. Gaun panjang tidak cocok untuknya. "
Meri terkekeh.Kemudian berdiri.
" Mau kemana? "
" Menyiapkan make up untuk gadismu. Apalagi? Dia kelihatan tudak mengerti make up. "
" Jangan meriasnya. Biarkan saja begitu, ..."
" Kau takut tergoda? " Selidik Meri.
" Tidak."
" Ayolah Leon, kau tergila gila padanya."
" Tidak. "
" Kau menginginkanya. "
" Tidak. "
" Kau menahanya. "
" Ya. "
" Ha ha ha. " Meri terbahak, akhirnya Keon mengaku.
" F*ck you meri ! " Umpat Leon.
Lagi lagi meri terbahak.
" Kau bawa pesananku? "
" Aku tidak mungkin lupa sayang. " Kedip Meri, sembari memberikan barang yang dimaksd Leon.
Meri kemudian berdiri.
" Kau juga mandilah. " Perintah Meri, sembari memberikan baju yang akan Leon pakai.
Wanita itu kemudian melangkah kearah kamar Leon.
Meri mengeluarkan semua peralatan yang akan Aila kenakan nanti, sembari menunggu Aila selesai membersihkan diri.
Tidak berapa lama Aila keluar dengan memakai handuk kimono milik Leon, yang tentu saja kebesaran dibadanya.
Meri tersenyum melihatnya.
" Pakai ini sayang. " Ucap Meri.
Aila mengangguk sembari tersenyum. Gadis itu kemudian memakainya.
" Aku sudah menduganya, itu cocok untukmu sayang. "
Aila tersenyum malu malu.
" Kemarilah, aku bantu merias wajahmu. "
Aila mengangguk, mengerti.
Sebelum merias wajah Aila, Meri terlebih dulu menata rambut gadis itu. Meri menggelungnya keatas memberikan sedikit hiasan disana. kemudian mulai merias wajah Aila.
Tidak banyak yang meri pakaikan di wajah Aila, dasar kulit gadis itu memang sudah putih seperti bayi.
Sampai pada bibir Aila, Meri mengerutkan keningnya. Tiba tiba saja Meri ingin mengerjai Leon.
Meri memakaikan lipstik warna merah maroon dibibir Aila. Warna itu memberi kesan menggoda karena warnanya yang kontras dengan kulit Aila yang putih.
Meri menyeringai. " Kita lihat sampai kapan Leon bisa menahanya. "
" Kenapa? apa aku tampak jelek? " Tanya Aila karena melihat meri tersenyum.
" Oh, tidak sayang. Kau sangat cantik malam ini."
Aila tersenyum malu malu.
" Berdirilah. "
Meri kemudian mengeluarkan dua pasang sepatu high heels yang cantik dari tas besarnya.
" Coba yang ini."
Meri menyodorkan high heels warna biru tua untuk dipakai Aila.
Aila menurut, gadis itu kemudian mencobanya.
" Waw, ini pas kak. Daru mana kakak tau ukuran kakiku? "
Meri tersenyum. " Itu mudah sayang, kau kecil. Jadi aku pilihkan ukuran yang paling kecil dan satu diatasnya. "
Aila tersenyum, mengerti.
" Cobalah berjalan."
Aila mencobanya, Gadis itu terlihat kaku dengan high heelsnya.
" Tidak papa, lama lama kau akan terbiasa. "
Aila mengangguk.
" Sementara latihan berjalan saja dulu. Aku akan keluar. "
" Iya kak, terimakasih. "
" Sama sama sayang."
Meri kemudian keluar dari kamar Leon.
********
Leon sudah terlihat rapi dengan baju yang dibawakan Meri. Pria itu sedang duduk diruang tengah dan sedang melihat televisi.
" Mana dia? " Tanya Leon pada Meri.
" Ada didalam, bentar lagi keluar."
" Kau tidak memakaikan yang aneh aneh kan? "
Meri terkekeh. " Sesuai pesanmu tuan. "
" Ok, tugasku sudah selesai. Aku akan pulang sekarang."
" Hem, pulanglah.
Wanita itu terkikik pelan ketika sampai didepan pintu. Meri tidak bisa membayangkan wajah Leon ketika melihat Aila nanti. Cepat cepat meri keluar dari apartemen Leon. Ia bisa dilempar dari lantai dua jika Leon tau dirinya mendandani Aila dengan gaya menggoda.
Tak. Tak. Tak.
Bunyi high heels yang Aila pakai mengejutkan Leon. Pria itu segera berbalik.
Leon terpukau untuk sesaat melihat tampilan Aila ketika gadis itu mendekat. Aila memakai dress biru laut selutut dengan model round neck. Membuat dada putih gadis itu terlihat jelas. Belum lagi rambutnya yang digelung keatas menampakkan leher mulus miliknya.
Kejutan puncaknya adalah bibir Aila yang terlihat seksi dengan lipstik warna merah maroon yang mencolok.
Leon menelan salivanya dengan kasar.
" Shit! malah pengen gue bawa ketempat tidur tuh bocah, ketimbang ke pesta. Meri emang sialan! " Maki Leon dalam hatinya.
Sebaliknya Aila juga tidak kalah terpesonanya dengan tampilan Leon. Pria gagah bermata biru dengan jambang tipis itu, memakai setelan jas berwarna biru dongker dengan kemeja biru laut didalamnya. Benar benar serasi dengan dress yang Aila pakai. Leon terlihat sangat tampan saat ini.
" Hem, kemarilah." Perintah Leon.
Aila menurut, gadis itu berjalan sembari menunduk. Terlihat jelas ia masih kesulitan memakai heels.
" Turunkan rambutmu, tampilanmu benar benar aneh. " Ucap Leon bohong. Ia tidak mau leher miliknya itu jadi konsumsi publik.
" Be...benarkah? kak Meri bilang itu bagus."
" Dia bohong. Cepat turunkan."
Aila diam. Gadis itu terlihat ragu untuk menuruti kemauan Leon.
" Cepatlah. " Ulang Leon.
Aila menggeleng. " Tidak. "
Aila khawatir ia tidak bisa menata rambutnya lagi jika mengubahnya.
Leon menyeringai sembari melangkah mendekat. Gadis kecilnya itu mulai berani membantah sekarang.
" Tidak mau menurut? " Leon tersenyum miring sembari terus melangkah mendekat.
Aila bingung, tidak tau harus bagaimana selain terus mundur. Namun sial, dirinya terjebak. Dibelakang sudah tembok.
Leon menempelkan badanya pada Aila, kemudian meraih dagu gadis itu.
" Masih tidak mau? "
Aila menggeleng.
Tiba tiba Leon mengangkat pinggang Aila keatas, membuat gadis itu berjinjit.
Cuuuup. cuup.
Leon menyesap leher Aila dengan kuat, meninggalkan bekas kepemilikan disana.
Aila terpekik kaget.
" Ap...apa yang kakak lakukan? "
" Itu hukuman untukmu karena tidak menurut. "
Aila mengusap lehernya yang terasa perih dengan kesal.
" Itu tanda yang bagus sayang."
Aila diam, gadis itu memalingkan wajahnya. Malu.
Kemudian Leon melepaskan hiasan rambut yang digunakan untuk menggelung rambut Aila. Rambut ikal Aila sekarang tergerai begitu saja.
" Begini jauh lebih baik sayang. "
Aila diam, pipinya terlihat merona sekarang.
Leon menatap Lekat wajah Aila. Ah! bibir Aila yang merah menggoda benar benar menganggu pikiranya.
" Satu lagi, warna lipstikmu benar benar norak. "
" Ta..tapi kata Kak Meri bagus. "
Meri lagi, meri lagi. Awas kau meri!
" Sudah ku bilang, dia bohong sayang. Hapus itu." Perintah Leon sembari melemparkan tisue.
Kali ini Aila menurut, dari pada terjadi hal hal yang membuatnya enak. Eh, hal hal yang tidak diinginkan maksudnya.
Bersambung....
Maak, kadang aku tu suka ngakak so hard lho pas baca koment. Masak ada yang bilang namanya kevinlah, Aliyah lah dan masih banyak lagi. lha kuwi sopo? ha ha ha
Tapi aku tetap syuka baca komentar kalian, apapun itu.
Banyak banget yang chat aku, tapi belum bisa balas.
Aku ucapin makasih banyak, karna kalian sudah mau jadi bagian hidup aku.
halaaah opo seh? emboh lah.
Ok, happy reading aja lah.
Dannnnn,, maaf jika masih banyak typo.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
elly fitriyatun
Amazing kalo mnrt Q ini cerita/Drool/
2024-06-16
0
Dewi
keren banget lah thor👍
2022-11-27
1
Julio Stevaning
lembur bacanya,,, kenapa baru sekarang nemu cerita novel sebagus ini
2022-10-08
1