Bab19

🌸 Cinta 49 Cm 🌸

Part 18

** Cinta **

POV Hendra.

Semarak pesta nyatanya tidak mampu memberi keceriaan didalam hatiku. Sebaliknya, hingar bingar musik didalam ruangan malah membuat ku ngilu. Di sana, di sudut hatiku.

Tidak pernah ku sangka malam ini akan menjadi mimpi buruk yang akan selalu ku sesali.

Sejak pagi, aku seperti orang bodoh. Berangan angan akan menyatakan cinta pada gadis yang kusukai sejak lama. Ya, aku menyukainya hampir tiga tahun.

Dan malam ini aku ingin mengakhirinya, dengan menyatakan perasaanku.

Namun pesta sialan ini merusak segalanya.

Ingin ku maki segala yang ada, namun apa dayaku?

Bahkan gadis yang ku suka tidak membalas rasaku.

Gadis itu, Aila. Dia lebih memilih sahabatku ketimbang diriku.

Gadis pendiam yang sederhana namun peka.

Ketika ku taya kenapa memilihnya? jawabanya membuatku tercengang. Katanya, " Cinta itu bukan logika yang harus ada jawabanya. Cinta itu dirasa, dan mencintai harusnya tidak membutuhkan pertanyaan dan jawaban. Jadi kenapa aku mencintainya? aku sendiri tidak tau. "

Aku mengatakan padanya bahwa sahabatku, Leon. Adalah orang suka mempermainkan wanita, dan suatu saat nanti dirinya juga pasti akan ditinggalkan.

Namun lagi lagi jawabanya membuatku tercengang.

Katanya, " kakak sudah mengenalnya selama sepuluh tahun bukan? tapi apa kakak tau, jika kak Leon punya trauma dimasa kecilnya hingga terbawa sampai hari ini? dan dia begitu tersiksa disetiap malamnya? "

Aku diam, setahuku Leon baik baik saja.

Aila kembali tersenyum, " Berarti kakak tidak mengenalnya, jadi dari mana kakak tau jika dia akan mempermainkanku?"

Jawaban Aila membuatku kaget sejaligus malu, aku memang bersahabat dengan Leon namun kenyataanya aku tidak tau sama sekali tentang traumanya dan deritanya.

Aila adalah gadis yang cerdas dan peka. Umurnya memang masih 17 tahun tapi pemikiranya terkadang lebih baik dari mamaku.

Aku masih ingat, Aila mengetahui jika aku alergi pada telur hanya dari melihatku saat makan. Gadis itu ternyata selalu mengamatiku, kenapa aku tidak pernah mengambil semua olahan yang menggunakan telur.

Aila memang sering membantu bik Marni memasak ketika sedang main kerumah.

Awalnya ku kira gadis itu membantu memasak karena dia memang suka memasak. Namun ketika ku amati, Aila membantu bik Marni memasak hanya supaya wanita itu bisa cepat pulang, untuk merawat suaminya yang lumpuh.

Padahal dirinya sendiri punya banyak pekerjaan sampingan yang harus dikerjakan. Namun Gadis itu masih memikirkan orang lain.

Aku sudah sering menyuruh mama untuk menambah asisten rumah tangga supaya bik Marni tidak terlalu repot, namun mama selalu menolak. Mama tidak terlalu suka jika banyak orang asing dirumah, jadilah mama hanya mempekerjakan dua orang saja meskipun lambat tidak jadi masalah buatnya.

Aku pernah bertanya kepadanya setelah lulus apakah ingin melanjutkan ke universitas? Gadis itu menjawab tidak. Aku kira karena biaya. Namun ketika aku mengutarakan ingin memberinya beasiswa untuk program perusahaan, diapun menolak. Bukan karena tidak enak. Dia memang tidak ingin melanjutkan ke universitas.

Ketika aku tanya kenapa? bukankah dia pintar? Lagi lagi jawabanya membuatku tercengang.

Katanya, " Pintar saja tidak membuat orang menjadi bahagia. Banyak orang yang mengorbankan waktu untuk mengejar impian, namu ketika sudah meraihnya orang tidak punya waktu untuk menikmatinya."

Dan ketika aku bertanya apa yang di inginkanya, jawabanya sederhana.

Dia hanya ingin bekerja di toko bunga, atau jika tuhan mengijinkan dia hanya ingin punya toko bunga, lalu berkeluarga dan hidup dengan bahagia.

Kenapa harus toko bunga? tanyaku.

Jawabnya, " Karena bunga selalu memberi kebahagiaan bagi yang memberi dan menerima. "

Bagaimana bisa aku tidak menyukainya? gadis itu begitu luar biasa didalam kesederhanaanya.

Jika sepintas saja melihatnya, kau mungkin hanya akan mengira dia sebutir kerikil yang terserak dipinggir jalan. Namun jika kau jeli, dialah berlian yang sesungguhnya.

Dan Leon salah satu orang yang beruntung karena sudah menemukanya.

*********

POV Author.

Aila meninggalkan Hendra sendirian setelah mereka selesai bicara ditaman belakang.

Hendra memang orang yang baik, sangat baik malah. Namun apa mau dikata, bicara soal cinta bukan kita yang bisa menentukan kemana rasa itu harus berlabuh dan kepada siapa.

Dan Aila memilih melabuhkan rasanya pada Leon. Lelaki yang lebih pantas disebut seorang penjagal ketimbang kekasih, karena sifatnya yang pemaksa dan posesif.

Gadis itu melangkah dengan tertatih menuju ruang pesta. Kakinya yang perih karena lecet sebab heelsnya membuatnya jadi susah berjalan. Aila terlihat merambat pelan dengan berpegangan pada tembok, namun langkahnha terhenti ketika netranya menangkap sosok Leon yang sedang bersandar pada sebuah pilar didepanya.

Aila segera membetulkan sikapnya, ia tidak ingin Leon tau bahwa kakinya tengah terluka.

Lelaki itu terlihat menatap intens kearah Aila, tatapanya terlihat sangat dingin.

" Lepaskan heelsnya. " Perintah Leon tiba tiba.

Aila diam, gadis itu terlihat sedang berpikir.

Apakah dia melihat ketika dirinya berjalan dengan tertatih tadi?

Karena tidak ada reaksi dari Aila, Leon kemudian mengendong Aila kearah kursi taman dengan satu tanganya.

Pria itu mendudukkan Aila diatas pangkuanya.

Aila diam menurut, raut wajah Leon terlihat sangat dingin. Apa dia sedang marah?

Leon melepas heels di kaki Aila dengan diam.

Setelah semuanya terlepas, Leon kemudian melingkarkan satu tanganya dipinggang Aila, menariknya agar lebih dekat dengan tubuhnya.

Sekarang tubuh mereka terlihat seperti menempel antara satu dengan yang lain.

Aila tergagap, kaget. Namun gadis itu memilih diam. Tubuhnya mulai panas dingin kala nafas hangat dari mulut Leon menyapu puncak kepalanya.

" Tatap aku. " Perintah Leon, Jika biasanya pria itu akan langsung menarik dagu gadisnya itu, namun entah kenapa ia ingin kali ini Aila yang menatapnya sendiri.

Aila terlihat diam untuk sesaat, sebelum akhirnya mendongakkan kepalanya dan mempertemukan netra mereka.

" Kau mencintaiku? " Tanya Leon.

Lagi lagi Aila tergagap. Pembicaraan inilah yang selalu ingin ia hindari. Bukan apa apa, cuma takut jantungan saja.

" Ya. " Ucap Aila pelan, kemudian buru buru menunduk.

Tidak kuat rasanya bertatapan dengan jarak yang begitu dekat dengan posisi yang aneh seperti itu.

" Jangan menunduk. " Perintah Leon tegas.

Aila buru buru menegakkan wajahnya.

" Kenapa? "

Aila menggeleng. " Tidak tau. "

" Kau percaya padaku? "

Alih alih menjawab, gadis itu malah mengerutkan keningnya. Sejak tadi sikap Leon terlihat aneh dan sekarang pertayaanya juga aneh aneh. Bukankah biasanya pendapatnya tidak terlalu penting baginya?

" Jawab. " Tuntut Leon, pria itu mulai meraih dan menarik tengkuk Aila.

Lagi lagi Aila tergagap. Darahnya tiba tiba saja berdesir.

" Ya. "

" Kenapa? "

" Tidak tau. "

Leon kemudian mengambil tangan kanan Aila dan menempelkanya tepat didadanya.

" Kau merasakanya? "

Aila tidak paham dengan maksud Leon, tapi detak jantung pria itu terasa sangat kuat.

" Dia, selalu seperti itu saat bersamamu. " Ucap Leon sembari menatap manik mata Aila.

Aila diam, tidak tau harus berkata apa. Namun entah kenapa tanganya malah menikmati degupan jantung pria itu.

Saat sedang Asik menikmati irama jantung Leon, pria itu tiba tiba menariknya kembali untuk merapat.

" Aakh! "

Satu tangan Leon menarik pinggang Aila sedang tangan yang Lain mengunci tengkuknya. Gadis itu tidak bisa melakukan apapun selain menerima perlakuan Leon. Bibir pria itu yang mulai menyusuri setiap lekuk wajahnya.

Aila memejamkan matanya.

Sial, tubuhnya seakan tidak mau menuruti kemauan otaknya.

Sebebarnya Ia sangat khawatir akan ada yang melihat apa yang sedang mereka lakukan, tapi gejolak rasa didalam dadanya membuat Aila buta.

Gerakan bibir Leon berhenti ketika sampai pada bibir Aila. Gadis itu terlihat sudah memejamkan matanya pasrah, dan itu membuat Leon semakin ingin melakukanya.

Leon sudah tidak peduli lagi jika nantinya akan kebablasan, sudah kepalang tanggung. Otaknya tidak lagi bisa berpikir jernih jika mereka tengah berada pada sebuah pesta.

Dan lagi pria itu sedang sangat kesal sekarang karena melihat Aila bersama dengan Hendra tadi di taman belakang. Walaupun kenyataanya Leon juga mendengar apa yang mereka bicarakan, namun entah kenapa ia tidak bisa melihat gadisnya bersama pria lain di depan matanya.

Leon ingin merangkup dan menyesapnya, ketika suara langkah tiba tiba mengagetkan mereka berdua. Buru buru Aila bangun dari pangkuan Leon sembari membenarkan dressnya. Sedang Leon masih santai dengan duduknya sembari berdecak kesal.

" Ups! Apa aku mengganggu? " Ucap Tasya dengan ekspresi tanpa dosa.

" Ya, kau menganggu. " Jawab Leon kesal.

" Ha ha ha. Ok aku pergi. " Ucap Tasya terbahak. Gadis itu kemudian melangkah hendak pergi, namun entah kenapa gadis itu berbalik lagi.

" Ada yang lihat Hendra? " Tanya Tasya.

" Di taman belakang. " Ucap Leon singkat menahan kesal.

" Ok, ok. Silahkan lanjutkan. " Ucap Tasya menahan tawanya kemudian berlalu.

Lein berdecak kesal. Matanya menatapmAila yang sedang berdiri disampingnya. Gadis itu terlihat menunduk menahan malu.

" Arrrrrgh! " Teriak Leon sembari menjambak rambutnya sendiri. Leon bingung apakah ia harus berterima kasih karena Tasya menggagalkan ulahnya, atau harus kesal karena ciumanya gagal. Leon tidak tau, tapi yang pasti dia kesal sekarang.

" Ayo ku antar pulang. " Ucap Leon sembari berlalu, wajahnya terlihat sangat kesal.

Aila tergagap, namun gadis itu buru buru memungut heelsnya dan mengikuti Leon dengan kaki telanjang.

" Aakh! " Lagi lagi Leon berdecak kesal, kemudian berbalik kearah Aila.

Tanpa bicara pria itu segera merebut heels dari tangan Aila dan mengendong Aila dengan satu tanganya.

" Kakak tidak perlu menggendongku, aku bisa jalan sendiri. " Ucap Aila.

Dirinya tampak aneh jika Leon sedang menggendongnya.

Dan jika ada yang melihat mereka bagaimana?

" Diam! " Bentak Leon.

Aila angsung diam seketika. Gadis itu tau jika Leon sedang sangat kesal sekarang.

_____________________🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻______________

" E hem. "

Hendra mendongakkan wajahnya kearah sumber suara.

" Boleh duduk disitu?. " Ucap Tasya.

Hendra mengangguk.

Tasya kemudian duduk disamping Hendra.

Hening.

Tasya melihat kearah Hendra, Hendra ternyata masih sama seperti dulu. Masih saja bersikap dingin terhadapnya.

Ini adalah pertemuan pertama mereka setelah tiga tahun, dan haruskah dia bersikap sedingin itu? memang apa salahnya?

" Tentang perjodohan itu, aku sama sekali gak tau Dra. " Ucap Tasya, suaranya tercekat. Ada ngilu di dalam sana, di hatinya. Hendra pasti mengira dirinya terlibat dalam rencana ini.

" Aku tau kok Sya, tenang aja. " Ucap Hendra mencoba tersenyum.

" Baguslah, kalo kamu tau. " Ucap Tasya sedatar mungkin.

" Kamu tau kan perasaanku sama kamu? semua masih tetap sama Sya, gak ada yang berubah. " Ucap Hendra dingin.

" Tenang aja. Aku tau kok. " Ucap Tasya sembari tersenyum, menutupi hatinya yang perih.

" Makasih Sya, kamu udah bisa ngerti. "

" Aku bakal ngomong pelan pelan ke orang tuaku Dra. Jadi kamu gak perlu khawatir. " Ucap tasya menutupi sesak didalam dadanya.

Hendra mengangguk. " Makasih. "

" Ok, aku masuk dulu ya. Disini dingin. " Ucap tasya sembari menyilangkan kedua tanganya didepan dada karena kedinginan.

Hendra mengangguk.

Tasya bangkit dari duduknya, kemudian gadis itu buru buru melangkah meninggalkan Hendra.

Butiran kristal di pelupuk matanya memaksa untuk keluar, sekuat tenaga gadis itu menahanya agar air matanya tidak pecah.

" Sya. " Panggil Hendra menghentikan langkah tasya.

Tasya berhenti dari langkahnya, namun gadis itu tidak membalikkan badanya.

" Maaf. " Ucap Hendra lirih.

Nyatanya kata sesingkat itu lah yang terkadang membuat hati begitu terluka.

Tasya tidak menjawab ucapan Hendra. Gadis itu melanjutkan langkahnya dengan berurai air mata.

Hendra tau, semua sikapnya pada Tasya jelas akan melukai gadis itu. Namun Hendra harus melakukanya, supaya Tasya tidak banyak berharap padanya. Pada hatinya.

_______________________ ________🌸🌸🌸🌸🌸🌸_____________

POV Tasya.

Ketika mama mengajakku untuk datang ke pesta ulang tahun sahabatnya, aku sempat menolak. Tapi ketika mama bilang, sahabatnya itu punya anak yang seumuran denganku, aku jadi tertarik. Aku kira anaknya perempuan. Jujur di Indo aku tidak punya banyak teman, selain Clara. Ya, sejak lulus SMA aku langsung kuliah di milan dengan mengambil jurusan fashion design. Sudah lima tahun aku disana, hingga Papa menyuruhku pulang untuk dikenalkan pada anak sahabatnya.

Aku memang jarang punya teman lelaki, tentu saja selain Niko dan Leon yang sudah aku kenal sejak kecil. Sehingga ketika papa menyuruhku untuk cepat menikah aku bingung, menikah dengan siapa? pacar saja tidak punya.

Tiga tahun lalu aku pernah menyukai seorang pria, pria itu sahabat dari Leon dan Niko. Merekalah yang mengenalkanya padaku.

Namanya Hendra. Hendra adalah pria yang pendiam, sopan dan juga pintar tentunya. Pria itu cenderung kalem, berbeda dengan Niko dan Leon yang cenderung bad boy.

Aku memendam rasaku padanya begitu lama hingga akhirnya ku beranikan untuk mengutarakan rasaku padanya.

Namun seperti dugaanku, Hendra menolakku. Lelaki itu sudah memiliki tambatan hatinya sendiri. Perih memang, tapi aku coba menerimanya.

Aku tetap mencoba berteman denganya, Hingga tiba saatnya dia harus pulang ke Indo untuk membantu Papanya meneruskan bisnis keluarganya. Kami pun berpisah sejak saat itu, walaupun raga kami terpisah namun perasaanku padanya tidak berubah sama sekali.

Hingga datanglah hari ini, Tuhan mempertemukan kami kembali. Namun lagi lagi kami bertemu dalam keadaan yang tidak tepat.

Aku datang kepesta sahabat Papaku yang ternyata adalah ayahnya Hendra. dan tanpa sepengetahuanku, mereka menjodohkanku dengan Hendra anaknya. Laki laki yang selama ini mencuri hatiku.

Aku sangat kaget, Namun juga senang mengetahui Hendrapun ternyata masih sendiri. Namun ketika mengetahui kenyataan bahwa sampai saat ini dia masih menutup hatinya untukku, hatiku terasa sakit.

Sebenarnya gadis seperti apa yang sudah memikat hatinya? aku ingin sekali bertemu denganya.

Bersambung....

Di part ini, hanya ada satu kata AMBYAR. Lagi lagi aku bingung Maak gimana nulisnya.

Jadi semoga kalian paham, dan maaf jika masih banyak kesalahan dalam kepenulisanya.

Terpopuler

Comments

Aisyah Ajamu

Aisyah Ajamu

Manna video. nopelnya

2023-11-26

1

Har Tini

Har Tini

lanjut thor kasihan hendra harus menerima keputusN orang tua nu

2022-12-27

0

Julio Stevaning

Julio Stevaning

ayo ndra buka hatimu buat Tasya

2022-10-08

0

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 98 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!