Bab15

🌸 Cinta 49 Cm 🌸

Part 15

** Hanya iseng **

Teng Teng Teng.

Jam dinding klasik khas Eropa kuno diruang tengah terdengar berdentang. Ini sudah yang yang ke - 3 kalinya jam tersebut berbunyi. Itu artinya Leon dan Aila sudah berada didalam kamar selama tiga jam.

Oma terlihat sedang mondar mandir dengan resah. Apa Leon benar benar melakukanya? ah ! bocah sialan itu...

" Metaaa. Metaaaa! "

" Ya Nyonya? " Jawab Meta setengah berlari.

" Mereka sudah tiga jam didalam kamar, apa mereka benar benar membuat bayi? "

Meta tersenyum. " Saya tidak tau Nyonya."

" Ambil kunci cadangan kamar Leon."

" Baik, Nyonya. " Ucap Meta sembari melangkah ke lantai atas.

Wajah wanita tua itu, terlihat cemas.

Cucu tengiknya itu benar benar akan membuatnya jantungan kali ini.

" Ini Nyonya." Ucap Meta sembari memberikan kunci cadangan kepada Oma.

" Ayo kita lihat apa yang mereka lakukan. "

Meta menganguk, kemudian mengikuti Oma melangkah kekamar Leon.

Oma berhenti sejenak didepan kamar Leon, Wanita tua itu terlihat sedang mempersiapkan jantungnya untuk sebuah kejutan yang mungkin akan ia lihat sebentar lagi.

Clik. Clik.

Oma memutar kunci dengan pelan. Kemudian membuka handle pintu dengan perasaan was - was.

Dan.....

Apa yang Oma takutkan, tidak terjadi. Mereka masih berpakaian lengkap, dan sedang tidur. Gadis mungil itu terlihat meringkuk dengan nyaman di pelukan Leon. Entah sejak kapan posisi mereka berubah.

Oma tersenyum senang. Terlihat ada kelegaan diwajah tuanya.

" Mereka sangat manis kan ? " Ucap Oma sembari berbisik.

" Iya, Nyonya."

" Ayo keluar Meta." Bisik Oma sembari terkikik pelan.

" Baik Nyonya."

Oma kemudian keluar diikuti Meta dari belakang, kemudian menutup pintunya dengan perlahan.

Sepeninggal Oma, Leon membuka matanya. Pria itu sebenarnya sudah bangun dari tadi, tapi ia pura pura tidur. Leon tidak mau Aila terbangun karena kedatangan Oma.

Dengan pelan Leon menyibakkan rambut Aila yang menutupi pipinya. kemudian Leon mengelus pipi itu dengan punggung tanganya. Lembut. Ia ingin segera merangkup dan melahap wajah gadis itu, tapi Leon menahanya. Leon ingin Aila sendiri yang menginginkanya suatu saat nanti.

Jadilah Pria itu hanya mengecup puncak kepala Aila saja. Namun aksinya itu justru membuat Aila bangun. Gadis itu mengercapkan matanya perlahan.

" Kau sudah bangun? "

Aila menganguk, kemudian bangun dari tidurnya.

" Cepat bersiap, kita akan ke butik. " Ucap Leon sembari melangkah ke kamar mandi untuk cuci muka.

Aila merapikan rambutnya yang sedikit berantakan.

Ah, kenapa ia jadi tukang tidur sekarang?

Gadis itu kemudian turun dari ranjang, lalu mendudukkan dirinya di kursi samping jendela untuk menunggu Leon. Ia malu jika harus keluar lebih dulu.

Leon mengernyitkan dahinya heran, melihat Aila masih didalam kamarnya.

" Kenapa masih disini? " Tanya Leon sembari mengeringkan mukanya dengan handuk.

Aila diam, gadis itu terlihat resah.

Leon mengangkat satu alisnya. " Kenapa? "

" Aila malu sama Oma. " Ucap Aila sembari menunduk.

" Malu? emang kita ngapain? cuma tidur doang." Ucap Leon santai.

Aila diam. Pria didepanya itu, sejak kapan punya malu?

" Ayo keluar. "

Aila masih diam, gadis itu terlihat ragu untuk melangkah.

" Mau digendong? "

Aila menggeleng cepat, kemudian segera melangkah keluar.

Leon tersenyum miring. Gadisnya itu benar benar menggemaskan.

Aila menoleh kesana kemari berharap tidak ketemu Oma. Namun sial, Oma sudah menunggunya di ruang tengah.

" Sudah bangun? "

Aila mengangguk malu.

" Kemari dan duduklah." Perintah Oma.

Aila menurut.

" Apa Leon melakukan sesuatu padamu? " Tanya Oma.

Aila tergagap mendengar pertanyaan Oma.

" Tidak Oma, Aila hanya tidur." Aila menggeleng kuat.

Oma menarik salah satu sudut bibirnya. Gadis didepanya itu sungguh polos.

" Oma tau itu sayang. Kau harus ingat, jika Leon mengajakmu membuat bayi jangan pernah mau ok? kalian harus menikah dulu, baru membuatnya." Ucap Oma.

Aila mengangguk kemudian menunduk, pipi gadis itu terlihat merah merona sekarang.

" Ayo pergi sekarang." Ucap Leon yang tiba tiba sudah berada didepan Aila dan Oma.

" Mau kemana? " Tanya Oma.

" Ke Hotel Oma, disini banyak yang menganggu." Ucap Leon sembari berlalu.

Apa tadi bocah itu tau jika tadi ia dan Meta masuk ke kamarnya?

" Awas saja kau bocah tengik! " Teriak Oma.

" Kau dengar itu? kau harus menolaknya ok? satu lagi, jika dia mengajakmu untuk menemaninya tidur kau harus menolaknya." Ucap Oma.

Aila diam tidak menjawab. Gadis itu terlihat ragu.

" I...itu Kak Leon akan marah."

" Jangan khawatir, Leon tidak akan bisa marah padamu lala, Dia sangat tergila gila padamu. Mengerti? "

Aila mengangguk kemudian tersenyum.

" Sekarang pergilah. Belilah baju yang banyak, habiskan uang pria angkuh itu." Ucap Om sembari tersenyum.

Gadis itu kemudian memeluk Oma dengan erat, Oma membalas pelukan Aila sembari mengusap punggung Aila.

********

Aila memperhatikan Leon yang sedang fokus menyetir. Gadis itu tidak pernah menyangka bisa mengenal sosok Leon, apa lagi menjadi pacarnya. Ya, Aila cukup tau diri untuk bisa bersanding dengan Leon, siapalah ia? hanya seonggok kerikil yang terserak di pinggir jalanan. Sedang Leon adalah sebuah berlian. Namun takdir selalu punya cara sendiri untuk menyatukan keduanya.

" Berhenti mengagumi wajah tampanku. " Ucap Leon sembari melirik Aila.

Aila diam, gadis itu kemudian menunduk.

Suasana kembali hening. Tidak ada percakapan diantara keduanya.

Hinga mobil sport milik Leon berhenti disebuah butik.

Leon turun lebih dulu ketimbang Aila, pria itu kemudian membukakan pintu untuk Aila. Tidak lupa Leon menempatkan telapak tanganya diatas kepala Aila, menjaga supaya kepala gadis itu tidak terbentur saat keluar dari mobil. Leon memang sering melakukan itu, hanya saja Aila tidak tau.

Mereka kemudian masuk kedalam butik tersebut. Terlihat seorang wanita paruh baya bertubuh gemuk meyambut kedatangan mereka.

" Hei tampan. Lama tidak bertemu. " Sapanya sembari memeluk Leon. Leon membalas pelukan wanita tersebut. " Ya, aku sibuk bekerja. " Ucap Leon singkat.

" Apa yang bisa ku bantu? "

" Berikan aku baju yang banyak untuknya." Ucap Leon sembari menatap kearah Aila. Wanita gemuk itu terlihat mengerutkan keningnya. " Siapa? "

" Calon istriku."

" kau sedang bermain drama? "

" Terserah, tanya saja Oma jika tidak percaya. " Ucap Leon sembari mendudukkan dirinya di atas sofa.

" Oma? whattt? Dia sudah tau? "

Leon mengangguk.

Sekarang wanita itu menatap Aila dengan heran. Gadis mungil didepanya itu, jelas berbeda dengan perempuan yang sering Leon bawa sebagai pemuas hasratnya.

Namun, jika Omanya sudah tau bisa jadi Leon serius.

" Kemarilah sayang. " Perintahnya.

Aila menurut.

Perempuan itu terlihat mengamati Aila sembari menggerak nggerakkan jarinya. Kemudian ia terlihat menarik napas berat.

" Bajuku tidak ada yang pas untuknya Leon, Dia terlalu pendek." Ucap Wanita tadi kearah Leon.

" Aku tau, itu kenapa Aku membawanya padamu Meri. "

" Hem,,Ok, akan kubuatkan khusus untuknya. Kau perlu berapa? "

" Berapapun Aku akan ambil semuanya." Ucap Leon santai. Wanita tadi terlihat kaget. " Kau mau buka toko?" Ucap wanita tadi sembari terkekeh.

Sedang Aila diam, sembari menatap Leon tidak percaya. Leon pasti sudah gila.

" Mata Oma sakit melihat penampilanya. " Ucap Leon.

" Ha ha ha " Wanita itu terbahak.

" Buatkan dia dress, kita akan kepesta malam ini."

" Malam ini ? kau gila Leon. Itu terlalu singkat. "

" Kau bisa Meri."

Meri menggelengkan kepala, bukan Leon namanya jika tidak memaksa.

" Apa kau akan memakai bajuku juga? " Tanya meri.

Leon terlihat berpikir, ia sudah banyak baju dirumah. Tapi menggenakan baju Meri sepertinya tidak masalah, biar saja supaya Meri bahagia.

" Ok, tak masalah." Jawab Leon.

" Aku usahakan selesai nanti sore."

" Bawakan ke apartemenku jika sudah selesai. Dan, bisakah kau carikan baju yang pas untuknya sekarang? "

Meri terlihat berpikir sembari mengamati koleksinya.

Wanita itu kemudian mengambil salah satu bajunya, kemudian menempelkanya pada badan Aila.

" Cobalah." Ucap Meri dengan ramah.

Aila menurut, kemudian masuk ke kamar ganti, diikuti Meri.

" Emm,,,saya bisa sendiri kok kak. " Ucap Aila sopan.

Meri tersenyum, ia tau gadis itu malu.

" Aku akan memberimu sedikit riasan, kau terlalu pucat sayang. Ketika berjalan disamping Leon kau harus tampak cantik." Ucap Meri memberi nasehat.

" Ada banyak wanita yang ingin menjadi kekasih Leon, bahkan untuk sekedar tidur denganya. Aku tau Leon menyukaimu, tapi tampil cantik untuknya tidak masalah kan? " Ucap Meri.

Aila diam, Gadis itu mencoba mencerna perkataan meri. Apa yang dikatakan Meri memang benar. Walau bagaimanapun Leon juga seorang laki laki normal yang senang dengan keindahan.

Eh, sejak kapan Aila mulai peduli dengan apa yang Leon rasakan?

Setelah mengganti bajunya, Meri memakaikan bedak tipis pada wajah Aila, merapikan Alis gadis itu, kemudian memberi lip gloss warna nude muda pada bibir Aila. Menambah bibir mungil tersebut menjadi begitu menggoda.

Meri juga memberinya pita kecil diatas telinga kirinya, rambut ikal Aila dibiarkan tergerai begitu saja.

Sungguh Aila tampak begitu imut dengan wajah baby facenya itu.

" Sekarang ayo keluar." Ucap Meri.

Aila terlihat ragu. Gadis itu sepertinya malu, jujur ia tidak pernah memakai riasan walau hanya bedak tipis.

Tapi akhirnya Aila menurut setelah Meri menarik tanganya.

" Hem." Meri berdehem untuk mengalihkan perhatian Leon dari gawainya.

Leon segera mengalihkan perhatianya kearah Meri, hingga netranya menangkap sosok Aila yang sedang berdiri disampingnya. Gadis itu menundukkan wajahnya karena malu. Leon terpesona untuk sesaat. Aila menggenakan sebuah blues berlengan pendek berwarna grey dengan rok selutut berwarna coklat kopi benar benar cocok untuk tubuh Aila yang pendek.

Gawai Leon bahkan hampir jatuh karena saking terpukaunya. Namun pria itu segera menguasai dirinya, kemudian memasang tampang sok coolnya agar tidak terlihat norak.

Meri diam diam tersenyum mengamati sikap Leon, ia tau bahwa pria itu jelas jelas terpesona dengan penampilan Aila.

" Bagaimana? " Tanya Meri pada Leon.

" Apanya? " Leon pura pura tidak mengerti maksud Meri.

" Ayolah Leon.."

" Lumayan." Ucap Leon sok acuh. Leon kemudian menatap Aila, gadis itu masih diam ditempatnya.

" Ayo pergi. " Ucap Leon kearah Aila.

" Ya? "

Leon mendengus kesal. " Oma benar, kau ini memang rada budek Aila. "

Aila diam, menunduk.

" Ayo pergi." Ulang Leon sembari menarik tangan Aila.

" Ta...tapi. "

" Apa lagi?. "

" Kita belum bayar."

" Bayar? kenapa aku harus bayar dibutikku sendiri? "

Aila membulatkan matanya kaget.

Apa katanya? butik ini miliknya?

Leon memasukkan Aila ke dalam mobil. Kemudian pria tersebut memacu mobilnya dengan kecepatan sedang.

Aila terlihat resah di kursinya. Ia harus pulang hari ini, pekerjaanya begitu menumpuk. Tapi apa yang harus ia lakukan?

" Emm,,,Aila harus pulang kak, hari ini....."

" Ikut saja dan jangan banyak bicara." Ucap Leon tegas.

Aila diam seketika.

" Besok Aku akan syuting di Dubai untuk iklan mobil selama seminggu, jadi hari ini jangan banyak membantah." Ucap Leon tajam.

Apa itu artinya Aila bisa bebas selama seminggu dari manusia es ini?

Tiba tiba saja hatinya merasa senang.

Leon melirik kearah Aila, wajah gadis itu tiba tiba menjadi cerah sekarang.

" Apa kau begitu senang karena aku pergi? " Ucap Leon kesal.

" Ti..dak. "

" Ya, kau senang. "

Aila diam, gadis itu tidak tau apa yang harus dikatakan.

" Karena kau begitu senang, maka akan aku batalkan kontraknya. " Ucap Leon santai.

" Apa? kenapa? "

" Apa lagi? Aku tidak mau meninggalkanmu begitu lama sayang. Aku takut Kau nakal Ketika Aku pergi." Ucap Leon menyeringai.

" Ti...tidak sayang, aku akan menurut. Jadi pergilah. Ok? " Aila kalut.

" Gak."

Pria ini pasti sudah gila. Bagaimana dia bisa membatalkan kontrak dengan begitu mudah.

" Sayang? " Aila merengek. Leon berdecak kesal. " Katakan kau akan merindukanku, dan mohonlah untuk cepat pulang. "

Aila menghela napas berat, dia harus melakukan itu atau singa besarnya itu akan ngambek dan tidak jadi pergi.

" Pergilah sayang, aku akan sangat merindukanmu jadi cepatlah kembali. " Ucap Aila setulus mungkin.

" Dan? "

" Dan aku tidak akan nakal. " Ucap Aila mengerti.

Leon tertawa mendengar ucapan dan tingkah gadisnya itu.

Membuatnya tertekan benar benar hiburan yang menarik baginya.

*****"**

Leon membawa Aila ke Arena pertandingan basket. Ya hari ini ada pertandingan antara tim Dragon dan tim pacifik cecar. Dimana salah satu tim yang menang akan melawan tim Leon. Dengan menyaksikan pertandingan mereka sedikit banyak Leon akan tau strategi dan pola pertandingan kedua tim. Banyak kabar beredar jika tim pacifik cecar sangat kuat, Leon jadi penasaran untuk melihatnya.

" Ini dimana? " Tanya Aila setelah turun dari mobil.

" Arena pertandingan basket."

" Ke...kenapa kesini? " Tanya Aila gugup.

Gadis itu paling malas melihat pertandingan basket, karena disana penuh dengan makhluk makhluk tinggi.

Dan lagi, bagaimana jika ada yang mengenalinya? bukankah akan menjadi berita heboh? seorang Leon melihat pertandingan basket dengan seorang gadis sepertinya? apa dia ingin menghancurkan karirnya sendiri?

Leon tidak menanggapi ucapan Aila, pria itu terus membawa Aila masuk kedalam.

" Duduk disini ya? " Pinta Aila sembari menunjuk kursi dekst pintu masuk.

" Tidak sayang, disini berisik. " Leon terus membawa Aila turun mendekati lapangan.

" Ta...tapi "

Leon berhenti. Pria itu berdecak kesal, karena Aila terus terusan protes. Leon kemudian berbalik dan meraih tengkuk Aila untuk menghadapnya.

" Kenapa tidak mau disana, hem? " Tangan Leon meraih dagu gadisnya itu.

" I...itu. "

" Apa? "

" Nanti ada yang melihat kita, bukankah itu tidak baik untuk karir kakak? " Ucap Aila tulus.

Leon mengangkat satu alisnya, menatap intens manik mata Aila. Ada kekhawatiran disana. Pria itu kemudian tersenyum menyeringai.

" Pekerjaanku sebagai foto model dan bintang iklan itu hanya iseng sayang. Jika aku keluar dari pekerjaan itu, tidak akan mengurangi sedikitpun dari kekayaanku. " Ucap Leon santai sembari membelai pipi gadisnya itu.

Apa katanya? cuma iseng? banyak orang yang ingin menjadi artis. Tapi bagi Leon hanya iseng?

" Aku menanam saham dimana mana, jarimu tidak akan cukup untuk menghitungnya sayang, jadi berhentilah khawatir. " Leon melanjutkan ucapanya. jari harinya masih bermain dipipi Aila.

Aila melirik dengan ekor matanya. Benar saja, sudah bnyak orang yang menatap mereka.

Namun Leon seperti tidak peduli.

" Jika kau memohon padaku untuk berhenti dari pekerjaan itu sekarang, Aku akan melakukanya sayang. Aku rasa, membuat film panas denganmu lebih menarik. " Leon tersenyum miring dengan gaya khas mesumnya.

Mendengar ucapan Leon, seketika pipi Aila merah karena malu.

Aila berusaha mendorong tubuh Leon, namun lagi lagi Gadis itu kalah kuat.

Leon semakin menmperkuat cengkraman pada tengkuk Aila. Ibu jarinya mulai meraba bibir Aila.

Sial ! bibir mungil Aila dengan lip gloss itu terlihat sangat menggoda. Tapi Leon harus menahanya. Dengan kasar Leon menghapus lip gloss yang meri pakaikan di bibir Aila.

Gadis itu memekik pelan. Jelas saja itu sakit.

" Dan Jangan pernah memakai ini lagi. Itu membuatku sulit bernapas. " Ucap Leon kesal sembari melepaskan cengkramannya, kemudian melangkah meninggalkan Aila.

Leon benar benar seorang pria yang dingin. Namun entah kenapa ia bisa memahami cara Leon memperlakukanya.

Aila diam untuk sesaat, Gadis itu terlihat sedang menetralkan perasaanya.

Kemudian mengikuti langkah Leon dari belakang.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

elly fitriyatun

elly fitriyatun

Aila srh lthn basket jg dung biar agak tinggian dkt
kshn dibully trs, ngomongnya pd nyakitin hati bgt

2024-06-16

0

Julio Stevaning

Julio Stevaning

hhhhhh Leon dah bucin banget ya

2022-10-08

1

Nazwa Aurela

Nazwa Aurela

Leon oh leon. km mang beda

2020-12-20

0

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 98 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!