Bab 11 ** Ketiduran**

🌸 Cinta 49 Cm 🌸

Part 11

** Ketiduran **

waktu berlari dengan begitu cepat. Tetiba saja kilau jingga sudah menyapa, pertanda senja akan segera tiba.

Gadis mungil, berwajah manis itu terlihat resah.

Sudah pukul 05.00 sore, ia harus segera pulang. Banyak tugas sekolah menantinya dirumah.

Aila menoleh kesana kemari mencari keberadaan sang pemilik rumah. Gadis itu mencari kesetiap ruangan, namun nihil. tidak ada sosok Leon dimanapun. Tinggal satu ruangan yang belum ia masuki, yaitu kamar Leon.

Pintu Kamar tersebut terlihat sedikit terbuka.

Aila terlihat ragu untuk mengetuk pintu kamar tersebut.

" Ngapain kamu disitu?" Tanya Leon tiba tiba.

Lelaki itu memicingkan sebelah matanya heran dengan sikap Aila yang sedang mondar mandir didepan pintu kamarnya.

Aila terperanjat kaget ketika indra dengarnya menangkap suara Leon.

Gadis itu segera berbalik.

" Em...sayang, aku harus pulang karena besok sekolah." Ucap Gadis itu, sembari menunduk. Malu.

Jujur saja ia belum terbiasa dengan panggilan "sayang" ini. Bukankah itu terdengar begitu menggelikan ditelinga?

" Iya, nanti aku antar." Ucap Leon santai, sembari memasukkan kedua tanganya didalam saku celana.

" Engak usah sayang, aku bisa pulang sendiri." Ucap Aila mencoba menolak. Gadis itu harus pulang sekarang, bukan nanti.

" Kenapa buru buru?" Tanya Leon penasaran.

Lelaki itu membungkukkan badanya agar ia bisa melihat dengan jelas wajah yang sedang tertunduk didepanya itu.

Aila mundur dengan gugup, karena sikap Leon.

" Banyak tugas yang sekolah yang harus dikerjakan." Ucap Aila berusaha menjelaskan.

" Nanti jam tujuh, aku antar pulang." Jawab Leon singkat. Kata katanya bukan untuk dibantah.

" Tidak sayang, maksudku sepertinya kamu lelah ja....." Gadis itu tidak menyerah. Namun belum juga selesai dengan kalimatnya tiba tiba terdengar

bel apartemen Leon berbunyi.

Leon terlihat mengerutkan kening, berpikir.

" Siapa yang datang? mengganggu saja." Leon berdecak kesal.

Lelaki itu kemudian melangkah kearah pintu depan, kemudian ia memencet tombol untuk melihat siapa yang datang melalui kamera pintu.

Mengetahui siapa yang datang, Leon memutar bola matanya, malas.

Tamu yang datang tanpa diundang ternyata Deni, menejernya.

Leon kemudian membuka pintunya dengan malas.

" Ngapain loe kesini?" Tanya Leon sinis.

Sedang yang ditanya tidak menjawab, malah langsung nyelonong masuk.

Lelaki kemayu itu malah celingak celinguk seperti mencari seseorang.

" Tadi, Yu nyuruh Eike belanja kan? apa Oma kesini?" Tanya Deni.

" Yang bilang Oma kesini siapa?" Jawab Leon malas.

" Teyuuuus, yu nyuruh beli sayuran satu erte buat apa cinnn?" Tanya Deni sembari memandang Leon penuh selidik.

" Ya buat masak lah." Jawab Leon santai.

Deni memicingkan mata, Lelaki itu terlihat tidak percaya. Leon mana bisa memasak. Jika bukan Oma lalu siapa?

Leon terlihat mencurigakan.

" Apa?! " Tanya Leon, risih dengan sikap Deni.

Di saat bersamaan, Aila keluar.

Gadis itu menyusul Leon, karena Lelaki itu begitu lama. Sedang ia harus segera pulang.

Deni yang menyadari ada orang Lain dirumah Leon, langsung menatap tajam kearah Leon penuh selidik.

" Ah sial! kenapa tuh cewek malah keluar?" Gumam Leon kesal.

Aila membulatkan matanya, kaget. Ketika Netra coklat miliknya menangkap sosok lelaki dirumah Leon.

Siapa dia?

Ah ! harusnya ia tidak keluar tadi.

" Siapa Ciiin? " Tanya Deni.

Demi apa?! Aila langsung menutup mulutnya yang mengangga, karena terkejut.

Gadis itu mengira, orang didepanya itu adalah laki laki. ternyata Bagindong gaeeess. Jangan jangan Leon? Aila bergidik ngeri sendiri.

" Apa yang kau pikirkan? aku lelaki normal."

" Dia menejerku." Sungut Leon yang mengerti maksud dari sikap Aila.

Aila mengulum senyum. Gadis itu malu dengan apa yang baru saja ia pikirkan.

" Ini pacar Gue." Ucap Leon kearah Deni. Ketika mengucapkannya ada getar hangat yang Leon rasakan didalam dadanya, entah apa itu.

" Pacar?! " Tanya Deni kaget. Leon memang selalu penuh kejutan. Tapi pacar? itu lucu kawan. Lelaki didepanya itu berganti wanita hampir setiap hari. apa gunanya pacar?

Deni mendekati Aila, Ia menatap Aila intens dari ujung rambut sampai kaki.

Leon pikir Deni akan percaya begitu saja? aktingnya sungguh buruk. Jika ingin berbohong cari kek yang lebih bohay dikit.

" Eike gak percaya bok. " Ucao Deni sembari mengangkat satu alisnya menatap Aila lekat.

Dari ujung kaki hingga rambut, Aila jelas bukan tipe Leon.

Lihat saja Gadis itu seperti anak baru gede, dan tingginya? akan sangat lucu jika mereka berjalan bersama.

" Terserah, tapi Gue Serius ." Ucap Leon sembari mengangkat bahunya tidak peduli. Apa pentingnya pendapat Deni.

" Dan jangan pernah ganggu dia. " Ancam Leon, nadanya terdengar serius.

" Serius bok? " Tanya Deni. Waria itu terlihat ragu dengan pendapatnya sendiri sekarang.

Deni tidak percaya begitu saja. Waria itu mendekati Aila.

Deni bahkan memegang pundak Aila, kemudian memutar tubuh gadis itu untuk meyakinkan bahwa matanya tidak salah.

mau bagaimanapun, Aila terlihat sangat sederhana. Badanya bahkan sangat pendek, sangat kontras dengan badan Leon.

" Hei, hentikan itu. Jangan sentuh dia ! " Bentak Leon kesal, sembari menarik Aila dalam pelukanya. Posesif.

Raut muka Leon benar benar terlihat lucu saat melakukan itu. Tingkahnya benar benar mirip seorang anak kecil yang sedang kesal karena permen miliknya diambil paksa.

" Eh, Eike cuma pegang dikit kali ciiin." Ucap Deni kaget sekaligus heran dengan reaksi Leon.

Aila hanya diam menyaksikan tingkah kedua orang didepanya itu.

Diam diam Aila melirik pada wajah Leon yang terlihat kesal. Gadis itu terlihat menarik sudut bibirnya. Entah apa yang sedang ia pikirkan.

" Ngapain Loe kesini?" Tanya Leon ketus. Ia hampir saja lupa dengan maksud kedatangan Deni.

" Tadi, Eike sudah ketemu sama orang yang mau pake Yu. Semua sudah beres, Yu tinggal tanda tangan aja." Ucap Deni menjelaskan maksud dari kedatanganya, tapi matanya masih menatap Aila. waria itu masih belum percaya dengan apa yang dilakukan artisnya itu.

" Taruh aja berkasnya dimeja." Perintah Leon.

Hemm. Deni tidak bisa pergi gitu aja. Ada sesuatu yang harus dia pastikan.

" E tapi, Eike laper ciiin. Yu punya makanan kan?" Ucap Deni sambil nyeloning kedapur. Sebenarnya itu hanya sebuah alasan.

" Gue gak ada makanan. Beli aja sono." Ucap Leon bohong, sembari mengikuti langkah Deni agar tidak masuk kedapur.

Terlambat Deni sudah membuka tudung saji dan melihat didalamnya ada banyak lauk pauk disana.Deni memang lapar, tapi ia tidak ada rencana makan di tempat Leon. Lelaki itu tidak suka barang barangnya disentuh orang Lain.

Namun melihat ada makanan diatas meja, Deni jadi tidak tahan menahan liurnya.

Capcus. Deni langsung ambil piring dan nasi beserta lauknya.

" Hei! jangan Makan itu." teriak Leon.

" Kenapa? ini sangat banyak. Eike cuma ngambil sedikit iihh." Ucap Deni heran.

" Kembalikan! " Perintah Leon tajam. Lelaki itu terlihat marah. Kenapa?

" Ta..tapi ciin.." Ucap Deni gugup.

" Cepat kembalikan!" Bentak Leon.

Seketika Deni gemetar ketakutan. Deni tidak menyangka jika Leon akan begitu marah karena Ia mengambil makananya.

" Itu bahkan hanya makanan kampung." Batin Deni.

Aila yang melihat Deni ketakutan merasa kasihan.

Aila tidak habis pikir dengan sikap Leon.

kenapa hanya karena makanan sisa, Leon bisa semarah itu?

" Sayang, biarkan saja kak Deni memakanya. Itu juga masih banyak kan? Besok akan kumasakkan lagi. Hem? " Ucap Aila mencoba menenangkan Leon.

" Gak!" Ucap Leon masih menatap tajam Deni.

Deni yang merasa ditatap jadi gugup.

Aila kasihan dengan pria didepanya itu.

" Baiklah, Aila akan masak untuk kak Deni." Ucap Aila memberi solusi.

Leon kaget mendengar ucapan Aila.

" Hei, kenapa mau memasak untuknya?" Tanya Leon sembari menunjuk kearah Deni, nadanya terdengar tidak suka.

" Kakak bilang, kak Deni gak boleh makan itu, jadi akan Aila buatkan lagi saja." Ucap Aila polos.

" Aaaarrgh! Ok.Ok. Kau boleh makan itu." Ucap Leon kesal kearah Deni.

" Dan jangan memasak untuknya." Ucap Leon tajam Kearah Aila.

Aila dan Deni hanya bisa saling bertatapan tidak mengerti dengan sikap Leon.

Leon benar benar berlebihan hanya untuk sepiring makanan kampung.

Tapi lihat? tiba tiba melunak hanya karena Aila akan memasak untuk Deni.

" Mana berkasnya. Gue mau tanda tangan." Ucap Leon mengalihkan perhatian.

Ah! bisa bisa meledak dia. Kenapa gak peka banget sih tuh cewek.

Dengan segera Deni mengambil berkas tersebut dan menyerahkanya pada Leon, Lelaki itu kemudian berlalu keruang tengah.

Meninggalkan Aila Dan Deni yang masih terheran heran dengan sikapnya.

Aila menghela napas lega, setelah kepergian Leon. Gadis itu kemudian duduk di depan Deni.

" Kakak makan aja, gak papa kok." Ucap Aila tersenyum kearah Deni.

Deni mengangguk, wakaupun Ia sudah tidak lagi selera karena insiden tadi.

Aila jadi merasa kasihan dengan Deni. Pria itu pasti sangat tersiksa bekerja dengan Leon. Tempramenya sungguh buruk.

" makasih ya gadis kecil." Ucap Deni.

Aila mengangguk kemudian tersenyum.

" Yu sudah lama kenal Leon?" Tanya Deni.

" Belum " Jawab Aila singkat.

Deni manggut mangut.

" Yu tau kan Leon itu public figure, Kalau dia pacaran sama cewek pasti akan jadi skandal.." Deni tidak melanjutkan kalimatnya ketika melihat Aila menunduk.

" Maaf sayang, bukan maksud Eike..." Ucap Deni bingung harus bicara apa.

Deni tau ucapanya akan membuat Aila sedih, tapi semua demi kebaikan karir Leon.

" Aila tau kok maksud kakak." Ucap Aila mengerti maksud Deni. Gadis itu terlihat menunduk. Ada gurat kesedihan disana. Memang tidak seharusnya ia masuk kedalam kehidupan Leon.

Ia hanya cewek miskin dan jelek yang tidak pantes berada disamping Leon, Aila mengerti itu.

" Jangan mengancamnya dengan alasan Karirku Deni." Teriak Leon Dari ruang Tengah.

Deni tergagap. Dari mana Leon tau Apa yang mereka bicarakan.

Tidak mungkin kan Leon mendengar percakapan mereka?

" Jika Dia meninggalkanku, maka aku juga akan meninggalkanmu Deni !." Ucap Leon, dengan nada mengancam.

Tiba tiba Leon sudah berada di didepan ruang makan. Entah kapan datangnya.

" Baiklah, baiklah.." Ucap Deni Takut dengan ancaman Leon.

Deni kemudian menarik kursi mendekat kepada Aila. Lelaki itu terlihat memajukan tubuhnya kearah Aila.

" Kau dengar kan? jangan tinggalkan dia oke? atau dia akan memecatku." Bisik Deni mengiba pada Aila.

Aila mengangguk, kemudian tersenyum kepada Deni.

" Jika kau sudah selesai, cepat pulang. Aku mau tidur." Ucap Leon kearah Deni.

" Iya, iya isshh." Jawab Deni kesal merasa di usir.

" Kenapa diam saja? ayo berdiri. Aku sudah ngantuk." Ucap Leon kearah Aila.

" Hah! aku? " Tanya Aila tidak mengerti maksud Leon.

" Iya, cepet " Perintah Leon dengan nada bariton.

Aila mengerutkan keningnya, Gadis itu benar benar tidak paham maksud Leon.

" Dia yang ngantuk, kenapa Aku juga harus ikut tidur?" Gumam Aila heran.

Leon kesal melihat sikap Aila yang malah bengong, Lelaki itu kemudian mendekat dan mengendong Aila, seperti koala dengan satu tanganya sebagai tumpuan pantat Aila.

" Aaaakh ! " Aila terpekik kaget dengan sikap Leon.

Sontak saja Gadis itu langsung mengalungkan tanganya ke leher Leon.

" Takut jatuh Hem? " Ucap Leon terkekeh.

" Apa yang kakak lakukan?"

" Turunkan Aila." Ucap Aila berontak.

Leon tidak menanggapi ucapan Aila, Lelaki itu terus membawa Aila kekamar.

" Kakak turunkan Aila!" Pinta Aila kesal dan terus berontak.

Leon menghentikan langkahnya tiba tiba.

Lelaki itu mendekatkan wajahnya ke wajah Aila.

" Diamlah! atau Ku gigit bibirmu." Ucap Leon tajam.

Seketika Aila langsung diam menurut. Gadis itu kemudian menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Leon, takut tiba tiba diserang.

Hangat napas Gadis itu menyapu leher Leon.

Desahan napasnya membuat darah Leon berdesir, menimbulkan sensasi aneh dalam tubuhnya.

Sial ! detik berikutnya lelaki itu meruntuki ulahnya sendiri.

Deni yang menyaksikan adegan tersebut hanya bisa melongo keheranan. Selama Ia bekerja dengan Leon tidak pernah sekalipun Leon memperlakukan wanita seperti itu.

Apakah ini artinya Sang singa telah menemukan pawangnya? semoga.

***********

Dengan hati hati Leon menurunkan tubuh Aila diranjang king size miliknya, kemudian Ia ikut menjatuhkan dirinya disamping Aila.

Merasa sudah terlepas dari cengkraman Leon, Aila segera melompat keluar dari ranjang king size Leon.

" Apa yang kau lakukan? cepat kemari. " Perintah Leon sembari menepuk ranjang empuk disampingnya.

" Gak mau! apa yang akan kakak lakukan? " Tanya Aila curiga.

" Ya tidurlah, emang mau ngapain? "

" Atau kamu ingin melakukan yang lain? " Ucap Leon sembari tersenyum nakal.

" Apa?! ti...tidak!" Ucap Aila gugup sembari memalingkan wajahnya memyembunyikan pipinya yang merona.

" Dasar mesum." Gumam Aila.

Leon bangkit dari posisi tidurnya menjadi duduk.

" Kemarilah. " Pinta Leon mencoba tetap sabar.

" Gak. Em....maksud Aila, Aila temani kakak tidur disofa saja. " Ucap Aila berusaha menyelamatkan diri.

Leon tersenyum miring kearah Aila dan menatap tajam gadis itu.

" Benar, tidak mau? " Ucap Leon.

Aila menggeleng cepat.

Leon menarik salah satu ujung bibirnya. Gadis kecilnya itu sepertinya butuh sedikit didikan supaya tidak nakal.

" Kalau gitu, Aku akan panggil orang untuk menagih hutang kepada wanita hamil tadi. " Ucap Leon santai, namun jelas ia sedang mengancam.

" Ta..tapi, tadi kakak bersedia membantu mereka." Ucap Aila kaget.

" Aku memang membantunya, tapi aku tidak bilang itu gratis." Ucap Leon santai.

Aila membulatkan matanya tidak percaya, ternyata Leon mau menolong hanya untuk mengancamnya. Ah ! dasar laki laki psikopat.

" Bagaimana sayang? " Ucap Leon sambil tersenyum.

Aila menghela napas pelan, lalu membuangnya.

Apa yang bisa ia lakukan selain Menyerah?

Aila menyeret kakinya naik keatas ranjang king size milik Leon dengan malas.

Gadis itu mengerucutkan bibirnya kesal.

Aila membaringkan tubuhnya di pinggir ranjang jauh....jauh dari tubuh Leon.

Leon tersenyum melihat sikap Aila, Lelaki itu kemudian mengeser tubuhnya mendekat kearah Aila.

Aila kembali menggeser tubuhnya menjauh, tapi terlambat Leon dengan cepat menarik tubuh gadis itu kedalam pelukanya.

Aila kaget, Gadis itu berusaha berontak.

" Tenanglah, aku tidak akan melakukan apapun." Ucap Leon, entah kenapa terdengar begitu lembut ditelinga. Membuat Aila menyerah.

Percuma juga ia berontak, tenaganya bahkan tidak ada separuh dari tenaga Leon.

Dengan jarak yang sedekat itu, Aila bisa dengan jelas mencium aroma maskulin dari tubuh Leon.

Aila bisa merasakan dada Leon yang bidang dan tanganya yang kekar. Bahkan detak jantung Lelaki itu terdengar begitu jelas ditelinganya.

Berada dipelukan Leon seperti itu entah kenapa membuat Aila merasa sangat terlindungi dan nyaman.

" Sayang..."

" Hem."

" Jangan menagih uang itu dari Mbak Wati ya?" Ucap Aila memohon.

" Itu semua tergantung sikapmu sayang, kalau kamu nurut dan tidak nakal semua akan baik baik saja." Ucap Leon lembut, sembari memainkan anak rambut Aila.

" Aku janji akan nurut." Ucap Aila patuh.

Leon tersenyum sambil memainkan rambut Aila.

Wangi rambut gadis itu menyeruak kedalam indra penciuman Leon, seperti wangi lavender. Menenangkan.

Aila membiarkan Leon memainkan anak rambutnya, percuma juga Leon dilarang, laki laki itu akan tetap melakukanya.

Entah kenapa ia mulai terbiasa dengan semua perlakuan Leon.

" Sayang, boleh aku tanya? " Ucap Aila.

Tidak ada jawaban.

" kakak sudah tidur? " Tanya Aila lagi.

Tidak ada jawaban.

" Dia pasti sudah tidur." gumam Aila pelan.

" Apa benar Kakak benar benar menyukaiku? kenapa? badanku sangat pendek dan aku tidak cantik. Aku juga miskin tidak punya orang tua, jadi apa yang kakak sukai dariku? " Ucap Aila terus mengoceh sendiri.

" Jangan membuat Aila bingung dengan sikap Kakak, jika terus begini Aila takut akan benar benar menyukai kakak. Aila takut jika itu terjadi dan kakak meninggalkan Aila, hati Aila pasti akan sangat sakit. Saat itu Aila akan menangis sedih sendirian, karena Aila tidak punya siapapun di dunia ini. Sebelum semua terjadi Aila mohon kasihani Aila dan berhentilah....." Aila berhenti dari mengocehnya.

" Berhenti apa?" Tanya Leon yang ternyata belum tidur. Leon senenarnya ingin tidur tadi, tapi Aila terus mengoceh membuat Leon tidak bisa tidur.

Aila tidak menjawab.

" Hei, apa kau tidur?. " Tanya Leon sembari menguncang tanganya yang Aila pakai sebagai bantal.

Tidak ada jawaban

Leon kemudian membalikkan tubuh Aila yang semula membelakanginya menjadi terlentang. Benar saja gadis itu sudah tertidur lelap sekali.

Leon menyingkirkan rambut yang menutupi wajah Aila.

" Dasar gadis bodoh. Bisa bisanya tertidur disaat seperti ini." Ucap Leon sembari mengelus pipi Aila dengan lembut.

Bersambung....

Hai, hai Readers cantik..

Yang suka cerita ini koment dong, siapa tau bisa jadi inspirasi bagi author.

koment yang panjang, jangan cuma naxt next ya hehehe

kalau perlu KRL bawa noh. hahaha

Maaf ya, jika masih banyak typo, masih belajar juga soalnya.

Ok deh, happy reading ya gaeess...

Terpopuler

Comments

Hilmi Miluri

Hilmi Miluri

Alhamdulillah ktemu jga ini novel kangen bnget aku...ini novel terpaporitku sukses buat KA autornya ya aku suka banget novelmu sampai aku car2i baru ktemu smlem🥰🤭

2024-11-21

2

Har Tini

Har Tini

gitu deh klo singa sdh bertemu pawang ny😊

2022-12-27

1

Julio Stevaning

Julio Stevaning

ih Leon bikin termehek-mehek,,,pemaksa tapi gemesin 😍😍😍

2022-10-08

0

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 98 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!