Bab 10 **Memasak**

Akhirnya, sampai juga mereka ketempat yang tidak pernah ingin dikunjungi oleh siapapun. Namun jika waktunya tiba mauntidak mau kau harus pergi kesana. Apalagi? jika bukan Rumah sakit.

Beberapa orang berseragam putih keluar menyambut sang pasien. Mereka adalah para perawat muda yang sepertinya baru saja lulus dari sekolah profesiny profesinya.

Dengan sigap para perawat tersebut membawa tubuh Mbak Marni masuk ruang UGD. Ruangan yang disebut banyak orang sebagai ruangan maut.

Wajah mbak Wati terlihat sudah sepucat kertas, karena menahan sakit yang teramat dalam. Sakit yang dianggap lumrah oleh sebagian masyarakat. Bahwa setiap wanita tentu saja akan merasakanya. Namun taukah kaliaan? sakit yang dianggap lumrah tersebut merupakan pertarungan hidup dan mati?

Terlihat Aila dan Leon pun ikut masuk kedalam ruangan tersebut.

" Siapa namanya Bu?" Tanya seorang perawat dengan ramah.

" Saya Wati Suster." Jawab Si Mbak sedatar mungkin.

" Sejak kapan Ibu sudah merasa mulas?" Tanya Suster.

" Sudah sejak tadi malam Suster." Jawab Mbak Wati sambil meringis menahan sakit.

" Oo, sudah lama ya? kenapa baru kerumah sakit sekarang?" Tanya Suster.

" Tadi sudah ke bidan Desa Suster, Tapi dirujuk kesini." Jawab Mbak Wati.

" Oh gitu. Suami Ibu Wati yang mana?" Tanya suster sembari mengedarkan pandanganya.

" Saya Suster." Jawab Suami Mbak Wati sembari mendekat.

" Ditunggu sebentar ya, Dokternya masih diruang operasi, sebentar lagi selesai. Oh iya, kapan istri anda melakukan USG?" Tanya Suster.

Suami Mbak Wati terlihat ragu untuk menjawab. Yerlihat gurat kesedihan di wajahnya.

" Belum Pernah Suster." Jawab Suami Mbak Wati lirih.

Suster terlihat menghela napas perlahan, seperti sudah tau saja alasanya.

Alasan klasik banyak orang. sebuah keadaan bernama kemiskinan.

" Kita akan Melakukan USG dulu ya pak." Ucap Suster.

" Tolong Mas dan Mbak tunggu diluar dulu." Ucap Suster melanjutkan, sembari melihat kearah Aila dan Leon.

Aila mengangguk mengerti sedang Leon diam dan hanya mengekor Aila keluar.

Aila dan Leon duduk di kursi tunggu UGD, tidak ada percakapan diantara keduanya. Mereka sibuk dengan pikiran masing masing.

Leon memang laki laki yang dingin, sedingin es abadi dikutub selatan. Namun tetap saja Ia punya segumpal daging bernama hati. Ia jadi teringat sosok Mama yang telah lama pergi meninggalkanya.

Apakah dulu ketika melahirkanya, Mamanya juga sesakit itu? Ah ! tiba tiba saja Leon rindu Mamanya.

" Tenang saja, Dia akan selamat." Ucap Leon datar.

Lelaki itu bukanya tidak mengerti, jika wanita yang akhir akhir ini memenuhi pikiranya itu sedang cemas.

Aila diam, Gadis itu dak menyangka jika Leon tau apa yang sedang ia pikirkan.

Terlihat pintu UGD terbuka, Suster yang tadi menanggani Mbak Wati keluar diikuti Suami Mbak Wati dari belakang.

Suami Mbak Wati terlihat sangat lesu dan sedih.

" Suster bisakah istri saya melahirkan normal saja?" Terlihat suami Mbak Wati bertanya pada suster.

Suster tadi terlihat berhenti dan memutar tubuhnya kearah Suami Mbak Wati.

" Tadi kan Bapak sudah dengar sendiri dari dokternya. Istri bapak harus dioperasi secepatnya. Kalo tidak bayi bapak akan keracunan air ketuban." Ucap Suater menjelaskan.

" Tapi saya tidak punya uang untuk jaminan operasinya, Suster." Ucap Suami Mbak Wati dengan nada sedih.

" Bapak punya BPJS?" Tanya Suster.

" Tidak Suster." Ucap Suami Mbak Wati menggeleng lemah.

Sang suster terlihat menghela napasnya. Ini bukan kali pertama baginya menghadapi dilema pasien soal keuangan. Namun mau bagaimana lagi? operasi harus dijalankan sesuai dengan peraturan rumah sakit.

Aila yang mendengar percakapan kedua orang didepanya itu segera bangkit dan menghampiri Suami Mbak Wati.

" Ada apa Mas?" Tanya Aila.

" Istri saya harus dioperasi mbak, tapi butuh jaminan untuk melakukan operasinya. Saya tidak punya uang sebanyak itu Mbak." Ucap Suami Mbak Wati sedih.

Aila diam. Gadis itu ingin sekali membantu, tapi ia sendiri pun tidak punya uang. Untuk mencukupi kebutuhanya sendiri saja ia kesulitan, bagaimana ia bisa membantu orang laen.

Aila menatap kearah Leon yang masih duduk dengan santai dikursi tunggu.

Mungkin lelaki itu mau membantu?

" Apa?" Tanya Leon yang sadar dengan tatapan Aila.

Aila mendekati Leon dengan ragu. Ah ! ia setidaknya ia harus mencobanya kan?

" Kakak... bisakah..." Aila belum selesai dengan kalimatnya.

" Mintalah dengan baik." Ucap Leon santai.

Aila diam, Gadis itu terlihat berpikir. Ia tidak mengerti maksud Leon.

" Mintalah." Ulang Leon menatap Aila.

Mungkinkah?...

" Em...sayang, bisakah kau menolong biaya operasi Mbak Wati?" Ucap Aila memohon, sembari menunduk.

" Apapun untukmu sayang." Jawab Leon tersenyum nakal sambil mengelus puncak kepala Aila.

Aila melongo. Hah ! semudah itu? dia sedang tidak salah dengar kan?

Aila takjub dengan keajaiban kata katanya sendiri.

Leon terlihat mendekat kearah suster.

"Saya akan membayarnya, dimana letak administrasinya?" Tanya Leon pada suster.

Suster terlihat mengerutkan kening, tidak mengerti.

" Saya yang akan bertanggung jawab untuk biayanya. " Ulang Leon.

" Oh, Mari saya tunjukkan." Jawab Suster menunjukkan jalan.

Suami Mbak Wati diam terlihat belum mengerti.

" Mas tenang saja, pacar saya akan bantu untuk biayanya." Ucap Aila kepada Suami mbak Wati.

" Yang Benar Mbak?" Tanya Suami mbak Wati ragu.

Aila tersenyum dan menganguk.

Mereka lalu berjalan mengikuti Leon dari belakang.

Sampailah mereka di depan loket administrasi.

" Disini Mas, silahkan." Ucap Suster.

Leon mengangguk mengerti.

" Saya mau melakukan pembayaran atas nama Wati mbak, pasien yang baru tiba untuk operasi melahirkan." Ucap Leon pada Mbak kasir.

" Sebentar ya mas, saya cek dulu." Jawab si Mbak

Leon mengganguk.

(..............)

" Karena pasien akan di operasi maka hanya perlu membayar biaya jaminan setengahnya dulu mas, sisanya kalau pasien sudah boleh pulang." Ucap si Mbak.

" Bisa transfer via Bank ya Mbak?" Tanya Leon.

" Oh bisa Mas, ini nomer rekeningnya dan ini jumlah yang harus dibayar." Ucap Si Mbak sembari menyerahkan sebuah kertas.

" Makasih Mbak, oh ya berikan kamar VIP untuk pasien tersebut." Ucap Leon

" Baik mas." Jawab si Mbak tersenyum.

Leon mengambil Hp dari saku celananya dan terlihat menghubungi seseorang.

" Lakukan pembayaran di rekening Xxxx_ Bank xxxx, sebesar 30 juta. Sekarang." Ucap Leon singkat, kemudian menutup telfonya.

Aila hanya melihat Apa yang sedang Leon lakukan dengan tatapan tidak mengerti.

" Silahkan Mbak cek, saya sudah mengirim 30 juta, sisanya untuk pembayaran sampai pasien pulang." Ucap Leon.

" Baik mas." Jawab si Mbak.

" Kami akan melakukan operasi istri bapak secepatnya, karena Mas ini sudah melunasi biaya operasinya. " Ucap Suster menjelaskan kearah suami mbak wati, karena lelaki tersebut terlihat belum mengerti sedari tadi.

Tiba tiba wajah suami mbak Wati berubah, terlihat kelegaan didana.

" Terimakasih banyak Mas sudah mau bantu saya. " Ucap Suami mbak wati penuh syukur.

" Tapi istri saya dikasih kamar yang biasa saja ndak papa mas, nanti habisnya banyak. Gimana saya gantinya nanti." Ucap suami mbak Wati terlihat takut.

Leon tidak menanggapi ucapan suami Mbak Wati.

Lelaki itu terlihat masih sibuk dengan ponselnya.

" Berikan pelayanan yang terbaik untuk pasien, jika ada yang apa apa hubungi saya." Ucap Leon kearah si Mbak, sembari menyerahkan kartu namanya.

" Baik mas." Ucap si Mbak, sembari melihat kartu nama yang Leon berikan.

Wanita itu terlihat tengah berpikir.

Kemudian Leon berjalan ke luar.

" Hei, ayo pulang. Cepat!" Teriak Leon pada Aila.

Aila kaget, namun Gadis itu segera mengumpulkan nyawanya, sebelum Leon kesal.

" Emang udah selesai? cepet banget." Gumam Aila.

Jadi orang kaya memang enak, butuh uang tinggal nyuruh nyuruh.

Aila segera pamit pada Suami mbak Wati kemudian berlari menyusul Leon, sebelum lelaki marah.

" Terimakasih banyak Mas, Mbak." Ucap Suami Mbak Wati teriak kearah Aila dan Leon, terlihat berkaca kaca.

Sedang Leon tidak menanggapi dan terus berjalan, hanya Aila yang berbalik dan menganguk kearah suami mbak Wati.

" Sikapnya begitu buruk, bagaimana dia bisa menjadi artis? " Gumam Aila yang heran dengan sikap Leon temprament itu.

_____________________🌸🌸🌸🌼🌼🌼🌼🌼_________________

" Karena kamu, Aku sudah berbaik hati menolong orang hari ini, apa kau tidak ingin berterimakasih?" Tanya Leon ketika sampai didalam mobil.

Bukan salahnya jika ia tumbuh menjadi orang yang miskin empati, toh tidak ada yang mengajarkanya untuk berderma.

Apa? jadi tadi Leon menolong Mbak wati karena permintaanya? bukan karena kasihan? apa maksudnya itu?

" Terimakasih kakak.." Aila belum selesai dengan kalimatnya.

" Berterimakasihlah dengan benar." Potong Leon cepat.

" Terimakasih sa...sayang." Ucap Aila malu malu.

Leon menarik salah satu sudut bibirnya,tersenyum dengan sangat Lebar.

Entah krnapa, tiba tiba rasa laparnya hilang. Cinta memang bisa bikin orang kenyang.

" Mulai sekarang panggil dengan itu, jika kau memanggilku kakak lagi maka akan ku cium." Ucap Leon tersenyum nakal.

Aila diam tidak menjawab, ia hanya menunduk sambil meremas jarinya.

" Dasar mesum." Gumam Aila.

" Sebagai ucapan terimakasih maka kamu harus memasak untukku, karena menolong orang tadi, aku kelaparan sekarang." Ucap Leon santai.

" Me...memasak?" Tanya Aila gugup.

Leon menganguk cepat.

" Di..dimana?" Tanya Aila tidak mengerti.

" Di Apartemenku, Sayang." Ucap Leon santai.

Mata Aila membulat, kaget.

" Ini berarti aku akan kerumahnya? akan bertemu dengan keluarganya? Aila, apa lagi yang akan kau hadapi kali ini." Gumam Aila sambil menggigit bibir bawahnya cemas.

Leon menatap Aila dan tersenyum, entah kenapa moodnya tiba tiba membaik.

" Untung saja, aku tadi sudah menyuruh dani untuk belanja." Gumam Leon.

************

Tidak butuh waktu lama mobil Leon sudah sampai didepan Apartement megah miliknya.

Leon menekan pasword pintu Apartemennya.

" Perhatikan pasword pintunya dan ingat." Ucap Leon sambil meraih tangan Aila untuk menekan kode pintu apartemen Leon.

" Ke...kenapa ...." Aila belum selesai dengan kalimatnya.

" kau akan membutuhkanya kelak." Ucap Leon santai.

Aila mengerutkan kening tidak mengerti.

" kenapa Dia ingin aku mengingat kode pintunya?" Gumam Aila.

Aila tercengang ketika ia masuk kedalamnya, Apartemen leon benar benar mewah. Terlihat dari desain interior disetiap ruangan yang simple tapi terkesan tegas. Setiap furniture di dalamnya terlihat elegan namun berkelas.

Leon yang melihat ekspresi wajah Aila yang terheran heran hanya tersenyum.

Entah kenapa terasa sangat sepi, apakah dia hanya tinggal sendiri?

" Kenapa sepi kak? dimana keluarga kakak?" Tanya Aila.

" Aku tinggal sendiri." Ucap Leon singkat.

" Itu dapurnya, kau bisa masak disitu." Ucap Leon sambil menunjuk letak dapurnya, mengalihkan pembicaraan. Leon terlihat seperti tidak senang dengan pertanyaan Aila.

Lagi lagi Aila kagum dengan dapur Leon, tidak berbeda dengan ruangan sebelumnya, simple namun mewah. Semua Yang Aila inginkan ada disitu.

" Tapi Aila hanya bisa masak masakan kampung kak." Ucap Aila sambil menunduk.

" Ehem." Leon berdehem menatap Aila tajam.

" Ingin dicium?" Tanya Leon tersenyum miring.

Refleks Aila menutup mulutnya.

" Disini bahkan tidak ada orang, kenapa harus panggil sayang?" Gumam Aila.

" Mak...maksudnya sayang, aku tidak bisa masak makanan yang mewah, hanya makanan kampung." Ucap Aila gugup.

" Apapun yang kamu masak aku akan memakanya." Ucap Leon.

Aila menganguk mengerti. Gadis itu sudah masuk dalam permainan Leon.

" Aku mau mandi, jika ada yang kau butuhkan bilang saja." Ucap Leon sambil melangkah kearah kamarnya.

Aila menghela napas lega sambil memegangi dadanya, yang sedari tadi berdegup sangat kencang. Jantungnya pasti sudah tidak normal.

Aila segera melangkah menuju dapur dan melihat lihat. Aila membuka kulkas besar milik Leon dan tercengang dengan isinya, semua yang Aila butuhkan untuk memasak ada disitu.

Gadis itu mulai menyiapkan semuanya, tidak lupa ia memakai celemek dan mengikat rambutnya, cepol keatas agar tidak kegerahan ketika memasak.

Aila akan memasak Lodeh, sambal teri , kerang asam manis dan tumis kangkung.

Aila meracik semua bumbu masakan tersebut dengan begitu lincah dan cekatan.

***********

Leon baru saja selesai dengan ritual mandinya, ia mandi sedikit lebih lama dari biasanya. Badanya terasa sangat lelah hari ini. Lelaki itu segera menuju kamar ganti pakaianya yang sudah mirip dengan toko baju tersebut, hingga bau harum masakan begitu wangi menggugah selera tercium dihidungnya.

Leon memang sejak siang tadi belum makan.

Lelaki itu segera pergi kedapur tanpa berganti pakaian dulu, ia hanya menggunakan handuk yang terbalut dipinggangnya saja.

Lagi lagi Leon terpana melihat Aila yang sedang sibuk memasak. Entah kenapa saat memasak gadis, Gadis itu terlihat begitu seksi.

Leon terus mendekat kearah Aila.

Dengan jarak yang begitu dekat Leon bisa dengan jelas melihat leher putih Aila basah oleh keringat.

Leon menelan salivanya kasar sembari memalingkan wajahnya.

Sial !Jika kemaren dirumah Meli ia bisa menahan hasratnya tapi kali ini Leon ragu, apalagi disana hanya ada mereka berdua.

Leon membungkukkan wajahnya hingga begitu dekat dengan leher belakang Aila dan....

Cuuuuuup!!

Aila kaget dan segera berbalik.

Gadis itu memegangi lehernya dengan salah satu tanganya, namun belum reda kekagetanya Aila dibuat kaget sekali lagi dengan tubuh Leon yang hanya memakai handuk dipinggangnya tersebut.

Jarak mereka yang begitu dekat membuat Aila bisa dengan jelas melihat dada bidang Leon yang putih, lenganya yang kekar dan perutnya yang rata dengan lipatan lipatan seperti roti sobek.

Aila terpana dengan pemandangan didepanya. Ya, itu jelas karena Aila juga wanita yang normal. Beberapa detik kemudian ia segera sadar dari bengongnya.

" A...apa yang kakak lakukan?!" Teriak Aila terkejut, kemudian memalingkan mukanya. Malu.

" Keringat kamu manis." Jawab Leon santai, sembari menjilati sisa keringat dibibirnya.

Sebenarnya Leon sendiri gugup, namun dengan cepat ia memasang gaya sok coolnya untuk menutupi kegugupan tersebut.

" Aaaaakh sial! kenapa loe bisa lepas kendali Leon?" Gumam Leon memaki dirinya sendiri.

" Apa?" Ucap Aila tidak mengerti.

" Ma..manis katanya? Dasar mesum." Gumam Aila kesal sekaligus malu.

" Mana makananya? aku sudah lapar." Ucap Leon sambil mendekat kearah meja. Leon sengaja mengalihkan pembicaraan untuk meredam suasana aneh tersebut.

" Gak boleh. kakak harus pakai baju dulu." Ucap Aila menghentikan Leon sembari memalingkan wajahnya.

Leon tidak menuruti Aila malah mendekatkan wajahnya dan tersenyum miring.

" Sepertinya kamu benar benar ingin dicium?" Ucap Leon menyeringai.

Aila langsung mundur dengan cepat ketika menyadari kesalahanya.

" Sayaaaang, tolong pakai baju dulu." Ucap Aila dengan senyum dipaksakan.

Kalau saja Leon tidak melakukan banyak perbuatan baik hari ini, Aila tidak akan mau dipermainkan seperti ini.

Leon tersenyum dengan sangat lebar, sembari melangkah kedalam kamarmya.

Aila menghela napas lega sembari menenangkan jantungnya yang sedari tadi seperti berlompatan ingin keluar.

Sesampainya dikamar Leon tersenyum sendiri sambil meraba bibirnya.

" Gue bisa gila, kalo lama lama kaya gini." Gumam Leon sembari menuju keruang ganti.

Leon menggenakan pakaian santai dengan celana panjang dan kaos berwarna putih, kemudian ia menyemprotkan parfum favoritnya.

Tidak butuh waktu lama, Lelaki itu sudah terlihat rapi dan bersiap untuk makan.

Aila masih terlihat sibuk menyiapkan masakanya, namun lagi lagi ia kesulitan mengambil piring saji dilemari atas dapur.

Aila menoleh kesana kemari untuk mencari kursi, namun tidak ada kursi.

Tidak kehilangan akal, Gadis itu naik keatas dapur lalu membuka lemari dan mengambil beberapa piring disana.

" Ini lebih mudah ternyata, ketimbang pake kursi." Gumam Aila sembari tersenyum riang.

Aila segera berbalik untuk turun dari dapur, namun Leon ternyata sudah didepanya.

" Kenapa tidak meminta tolong. Hem?" Ucap Leon sembari mengangkat tubuh mungil Aila. Leon menurunkan tubuh Aila dengan hati hati.

Aila menunduk menyembunyikan pipinya yang merona karena malu, ia ketahuan memanjat dapur Leon.

Dengan cepat Aila menata menu yang sudah ia masak di meja makan, sedang Leon terus menatap intens Aila dengan kesibukanya itu.

Aila sadar jika Leon sedang menatapnya, dan itu membuat Aila menjadi tidak fokus dengan kegiatanya.

" Silahkan dimakan." Ucap Aila malu malu.

Leon segera mengambil nasi dan sayur yang Aila masak. Semua yang Aila masak memang terlihat sederhana dan Leon jarang memakan masakan kampung seperti ini.

Aila cemas menanti komentar Leon setelah cowok itu mengambil suapan pertamanya.

Enak. Itulah yang Leon rasakan ketika memakanya, ia tidak menyangka jika masakan yang begitu sederhana bisa begitu enak dilidahnya. Mungkinkah karena ia sedang lapar? kenyataanya ia belum pernah makan dengan nikmat seperti ini.

" Duduklah, dan makan." Perintah Leon.

" Apakah enak?" Tanya Aila cemas.

" Duduk dan makanlah." Perintah Leon.

Aila diam, ia menduga mungkin saja masakanya tidak enak. Aila duduk dengan wajah sedih dan mulai makan masakanya sendiri.

Leon tau apa yang dipikirkan Aila.

" Masakanmu enak." Puji Leon tulus.

Aila kaget, kemudian mengangkat kepalanya."

" Terimakasih." Ucap Leon.

Aila bingung harus menjawab apa, ia hanya tersenyum. Entah kenapa ketika mengucapkan terimakasih, mata Leon menyiratkan suatu kepedihan yang mendalam, namun Aila tidak mengerti karena apa.

Selanjutnya mereka makan dengan diam, hingga Leon sudah selesai dengan makananya.

Leon terlihat berdiri.

" Habiskan makananmu, sisanya taruh saja dimeja." Ucap Leon sembari melangkah menuju ruang kerjanya.

Aila mengangguk mengerti.

Setelah selesai dengan makananya, Aila membereskan sisa makanan di meja seperti pesan Leon, kemudian ia mencuci semua peralatan makan dan dapur yang sudah digunakan dan mengembalikan ke tempat asalnya.

Setelah semua bersih dan rapi, Aila melihat jam di Hpnya yang ternyata sudah menjelang malam. Aila harus pulang karena besok ia harus sekolah, sedangkan ujian kelulusan tinggal seminggu lagi.

Bersambung....

Terpopuler

Comments

Har Tini

Har Tini

lanjutt

2022-12-27

1

Julio Stevaning

Julio Stevaning

ceritanya bagus gak ngebosenin,,, maraton baca ni

2022-10-08

0

Juriani Ijur

Juriani Ijur

blm bs move on dr leon dn aila,,
udh smpek 10x bca ny ulang2 trs,,,brhrap bngt ad season 2 ny😭😭😭😭😭

2021-04-14

0

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 98 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!