🌸 Cinta 49 Cm 🌸
Part 14
** Tentang Leon **
Aila masuk ke kamar Oma yang berada dilantai dua. Lagi lagi Gadis itu dibuat terkejut dengan desain interior kamar Oma yang tidak kalah mewah dari ruangan sebelumnya. Ruangan itu bernuansa emas, dengan jendela jendela yang tinggi dan tirai putih transparan yang menjuntai khas eropa. Disudut ruangan terdapat meja kecil klasik, diatas meja tersebut terdapat vas yang diisi dengan bunga mawar merah segar, sungguh kontras dengan nuansa ruangan yang berwarna emas.
" Berhenti terkagum seperti itu, dan cepat kemari. " Perintah Oma.
Aila mengagguk cepat, kemudian segera naik keatas ranjang empuk milik Oma.
Wanita tua itu tengah berbaring dan siap untuk dipijat.
" Pijat disini. " Oma menggerakkan kaki kirinya.
Aila mengangguk, Gadis itu paham jika Oma ingin dipijat kakinya.
Tangan mungil Aila memijat kaki Oma dengan pelan.Gadis itu walaupun kecil tapi pijatanya terasa nyaman. Oma tidak menyangka jika gadis mungil ini
mempunyai pijatan yang enak. Karena dalam memijat bukan tenaga yang terpenting, namun Lebih kepada tehnik memijatnya.
" Kau tinggal dimana sayang? " Oma mulai memejamkan matanya.
" Di kos Omah, dijalan Pandjaitan."
Oma terlihat mengerutkan keningnya.
" Di kos? dimana keluargamu? "
" Saya yatim piatu sejak kecil Oma, waktu kecil saya tinggal dipanti asuhan."
Waaw! Gadis ini penuh kejutan ternyata. Pantas saja gayanya kampungan, Dia memang gadis miskin yang malang.
Untuk sesaat Oma merasa kasihan dengan Aila.
" Lalu, sekarang kenapa tinggal dikos? "
" Aila pengen terus sekolah Oma, pihak panti sudah tidak bisa membiayai kami untuk Sekolah."
Hem ! Gadis ini punya tekad yang bagus juga.
" Kelas berapa sekarang? "
" 3 SMA, Oma."
Oma mengangkat kaki kananya keatas. Aila mengerti, dan segera memijat kaki kanan Oma.
" Lalu dari mana biaya hidupmu?"
" Aila bekerja paruh waktu Oma."
Oh God! kali Ini cucu tengiknya itu benar benar memberi kejutan.
" Sudah lama kenal Leon? "
" Belum Oma."
" Kau mencintai Leon? "
Aila tergagap mendengar pertanyaan Oma. Gadis itu diam, ia tidak tau apa yang harus ia katakan.
Oma terlihat menarik napas, dugaanya benar. Cucu sialan itu pasti yang terlebih dulu memaksanya.
" Kau tidak menyukai Leon, kenapa tidak menghindarinya? "
" Em....itu."
" Oma tau, pasti Leon yang maksa kamu kan? "
" Bukan seperti itu Oma...."
Ah! Aila bingung bagaimana menjelaskanya. Aila memang belum sepenuhnya menyukai Leon, tapi juga tidak membencinya. Aila tau sikap Leon buruk, tapi Pria bar bar itu selalu memperlakukanya dengan baik. Untuk masalah Cinta.....
Aila tidak tau.
Oma menghela napas, ia paham jika gadis belia dihadapanya ini belum mengetahui dengan pasti perasaanya.
" Leon tumbuh tanpa sosok kedua orang tuanya, Aku yang merawatnya sejak kecil."
Oma mulai bercerita tentang Leon.
Aila diam mendengarkan.
" Mamanya meninggal dalam sebuah kecelakaan tunggal, dan Leon melihat dengan mata kepalanya sendiri saat Mamanya meregang nyawa."
Oma menarik napas lagi sebelum melanjutkan ceritanya. Aila tau menceritakan kenangan buruk bukan sesuatu yang mudah.
" Sejak itu, Leon ikut denganku. Sedang papanya sudah menikah lagi. Ayah Leon adalah putraku, mereka sekarang tinggal di Boston. Dia meneruskan perusahaan yang ditinggalkan oleh suamiku."
Oh my God ! jadi Leon juga seorang ahli waris sebuah perusahaan? pantas saja sikapnya sangat angkuh.
" Hubungan Leon dengan papanya sangat buruk. Sejak kecil, hati Leon sudah banyak terluka oleh keadaan. Itulah kenapa sikapnya sangat buruk. Jika kau tidak ada keingginan sama sekali untuk berada disampingnya, sebaiknya cepat tinggalkan dia."
Aila diam, ia tidak tau apa yang harus dikatakan. benarkah jika dirinya tidak ada rasa dengan Leon? ah, entahlah.
Aila tidak menyangka jika Leon juga punya kenangan dan masa lalu yang buruk.
Oma bangkit dari posisi tidurnya menjadi duduk dan Aila membantunya.
" Ah, kakiku terasa sedikit nyaman sekarang." Ucap Oma sembari menggerakkan kakinya.
" Kaki Oma sering sakit? "
" Ya, Oma sudah tua lala."
" Aila Oma."
" Ya. Namamu kampungan."
Aila tersenyum.
" Aila bisa membuat minuman tradisional untuk rematik, dan kesemutan pada kaki. Oma mau? "
" kau pernah belajar?"
" Tidak Oma, Ibu panti yang mengajari."
Ya, Aila memang sangat dekat dengan ibu panti dan semua pegawai di pantinya dulu.
" Ok, buatkan Oma itu. " Ucap Oma. Sepertinya Ona juga perlu tau, apa saja keterampilan yang dimiliki gadis kampungan tersebut.
Oma meraih benda pipih panjang seperti remot, dan menekan salah satu tombol disana. Tidak lama setelahnya seorang pelayan masuk.
" Iya nyonya? " Ucap seorang pelayan. Terlihat seperti wanita paruh baya, namun tubuhnya tetap langsing.
" Meta, gadis ini akan membuatkanku minuman tradisional. Siapkan bahanya." Perintah Oma. " Baik, Nyonya."
Aila dan Oma kemudian turun menuju dapur, diikuti Meta dari belakang.
Dapur di rumah ini sangat luas, desainya pun tidak kalah mewah dari dapur Leon. Namun lagi lagi kenapa meja dapurnya selalu saja tinggi?
" Apa yang Nona butuhkan? " Tanya Meta.
" Aila, panggil saja begitu." Telinga Aila merasa aneh mendengar ada orang yang memanggilnya Nona.
" Tidak Nona, anda kekasih tuan muda. Sudah seharusnya kami memanggilnya begitu. " Ucap Meta dengan sopan.
Aila menghela napas, mengerti.
" aku butuh kayu manis, jahe, lemon dan madu. Apa bibi punya? "
" akan saya siapkan, Nona."
Sementara Aila sibuk dengan kegiatanya, Oma hanya mengamati dari ruang makan.
Tidak lama setelah itu Leon datang kemudian duduk didepan Omanya.
" Dia sedang apa? " Tanya Leon kepada Oma.
" Membuat minuman."
" Apa kau serius denganya?"
" Apa Oma juga perlu bertanya begitu?, Oma mengenal Leon lebih baik dari orang Lain."
Oma menghela napasnya perlahan.
" Dia tidak punya keluarga, Leon."
" Kita akan membuatnya bahagia Oma."
" Gadis itu baru saja besar."
" Memangnya kenapa? karna dia masih sangat muda, Leon bisa memakainya setiap tiga jam sekali."
" Apa? Astaga. astaga...kau pikir dia kuda?." Oma menggelengkan kepalanya.
Leon mengerdikkan bahunya. Tidak peduli.
" Dia seperti kurcaci."
" Ayolah Omaaaa. " Leon ingin menyudahi pembicaraan ini.
Aila membawa minuman tradisional yang baru saja ia buat untuk Oma, Gadis itu meletakkan tepat didepan Oma.
" Ini Oma. "
" Apakah bisa diminum? "
" Iya, Oma."
Dengan bergaya ragu Oma mulai meminumnya. Dan, Astaga rasanya enak dan menyegarkan. Namun wanita tua itu tidak mau memberikan pujian, karena gengsi.
" Rasanya aneh."
" Ah, benarkah? Aila kira sudah manis." Gadis itu terlihat mengerutkan kening. Apakah lidahnya yang salah?
" Kau bisa bermain piano?" Ucap Oma mengalihkan pembicaraan.
" Tidak Oma."
" Kau bisa berenang? "
Aila terlihat ragu untuk menjawab. " Tidak Oma."
" Oh, Astaga. astaga.... lalu apa yang kau bisa? " Oma memegangi kepalanya, berpura pura sakit.
Aila bingung harus menjawab apa. Dia memang tidak bisa melakukan apapun selain memasak dan bersih bersih.
" Aila bisa memasak dan bersih bersih Oma. "
" Ha ha ha ha. Leon kau ini sedang mencari istri atau pembantu? " Oma terbahak sembari menatap Leon. Namun yang di tertawakan tidak bergeming. Pria mengerdikkan bahu.
" Aku lapar Oma. " Ucap Leon.
" Kau belum makan?"
" Sudah tadi pagi, tapi hanya sedikit."
"Meta. Metaaa, siapkan makanan untuk mereka." Perintah Oma.
" Baik, Nyonya."
Tidak butuh waktu lama meja makan sudah penuh dengan hidangan yang menggugah selera.
Namun Leon malah berdecak kesal.
" Hanya ini? " Ucap Leon.
" Hei bocah tengik, apa matamu sakit? meja ini bahkan hampir penuh dengan makanan." Ucap Oma.
Leon terlihat mengamati lagi semua hidangan didepanya itu.
" Leon gak selera."
Oma menggelengkan kepalanya.
" Hei, kemarilah. " Ucap Leon pada Aila.
Gadis itu menurut.
" Ya? "
Leon menarik tangan Aila, agar gadis itu lebih dekat denganya.
Setelah benar benar dekat, Leon melingkarkan tanganya pada pinggang Aila. Walaupun Leon duduk dan Aila berdiri tapi tinggi mereka sama.
" Buatkan aku nasi goreng sayang, seperti tadi pagi. hem? " Ucap Leon sembari membenamkan wajahnya didada Aila.
Ah, Bayi besarnya itu berulah lagi.
Aila berusaha mundur dan melepaskan diri, tapi seperti biasa itu hanya sia sia. Aila malu kepada Oma. Tapi Oma seperti tidak peduli. Wanita tua itu tetap sibuk menikmati minumanya.
Didepan meja bahkan sudah penuh dengan makanan. Apa Leon ingin mempermainkanya?
" Ta..tapi, ini sudah banyak makanan sayang." Ucap Aila sembari menahan bahu Leon agar wajah Pria itu tidak menempel padanya. Namun pria itu tidak bergeming. Ia tetap membenamkan wajahnya, merasakan sensasi empuk disana.
Demi apa? Aila merasa sangat geli karenanya.
" Aku hanya ingin nasi goreng buatanmu, sayang." Ucap Leon. Pria itu menambah erat pelukanya, sebagai kode " Harus "
Dan Aila mengerti itu
" Iya, baiklah." Ucap Aila akhirnya, tidak papa jika dengan itu Leon mau melepaskanya.
seketika Leon melepaskan pelukanya, dan tersenyum dengan senang.
Gadis itu segera menuju dapur, untuk memenuhi permintaan Leon.
Oma menarik salah satu sudut bibirnya.
Oma tau, Gadis yang bisa menjadi pendamping Leon tentu saja harus sabar, pendiam dan penurut. Oma melihat Aila memiliki ketiganya.
"Metaaa. "
" Ya Nyoya? "
" Apa minuman ini masih ada sisanya?"
" Masih, Nyoya. "
" Simpan itu, aku akan meminumnya nanti." Ucap Oma.
Heloooow, bukanya tadi dia bilang rasanya aneh? tapi sekarang masih ingin menyimpan sisanya setelah gelas didepanya sudah tandas.
Sekarang Aila paham, dari mana Leon mendapatkan sikap Angkuhnya itu.
Leon menunggu masakan Aila dengan bermain gawai.
Tetiba saja ada notifikasi pesan masuk dari whatsapnya. Itu adalah nomor Hendra.
" Nanti datanglah kerumah, Papa ngadain pesta. "
Leon membaca pesan Hendra sembari tersenyum smirk.
Walaupun Hendra tidak mengundangnya, Leon akan tetap datang. Leon tidak mau mati penasaran, karena Leon yakin Hendra pasti akan menggunakan malam ini untuk mengutarakan isi hatinya pada Aila.
" ini." Aila meletakkan sepiring nasi goreng didepan Leon, persis seperti tadi pagi.
Leon tersenyum, kemudian mulai memakan nasi goreng gadisnya itu.
Oma menatap intens kelakuan cucunya itu. Leon itu sangat pemilih dalam hal makanan, tapi lihat? Cucunya itu makan seperti orang kelaparan selama sebulan.
Apa masakan gadi itu begitu enak? Oma jadi penasaran.
" Apa nasi goreng itu masih ada? " Tanya Oma pada Aila.
" Masih sedikit, Oma."
" Ambilkan untuk Oma."
" Oma. Dia hanya memasak untukku." Protes Leon.
" Ayo lala, ambilkan untuk Oma." perintah Oma, wanita tua itu tidak mengindahkan ucapan Leon.
" Baik Oma. " Aila segera menuju dapur.
" Omaaaaaaa."
" Diam kau ! cucu tengik."
Leon mendengus kesal. Ia tidak suka berbagi jika tentang Aila.
" Ini, Oma." Aila menyodorkan nasi goreng sisa tadi didepan Oma.
Oma mengambil sesendok nasi goreng kemudian menyuapkan kemulutnya. Wanita tua itu terlihat sedang menilai rasa masakan Aila. Dia bahkan lupa mengucapkan terimakasih. Nenek dan cucu sama saja.
Hem ! Lidah Leon memang tidak salah, masakan Aila memang enak.
Leon berdiri setelah ia menghabiskan nasi gorengnya.
" Leon mau tidur Oma." Ucap Leon kepada Oma.
Oma mengerutkan kening. " Tidur? ini masih pagi Leon."
" Semalam Leon gak bisa tidur." Ucap Leon.
Oma menggelengkan kepalanya.
Leon kemudian menarik tangan Aila.
" Eh ? "
" Temani Aku tidur." Ucap Leon.
" Kau bukan bocah Leon, tidur saja sendiri." Cibir Oma.
Leon tidak bergeming. Seperti biasa Leon segera menggendong Aila dengan satu tanganya.
Apa yang bisa Aila lakukan? ia sudah mulai terbiasa diperlakukan seperti itu.
Leon kemudian melangkah menuju kamarnya.
Oma terlihat kaget mengetahui kelakuan Leon terhadap Aila.
wanita tua itu segera berdiri.
" Apa yang kau lakukan bocah tengik? " Teriak Oma. Leon tidak menghiraukan Teriakan Oma. Pria itu tetap melangkah. " Apa lagi Oma? Leon mau olah raga panas dipagi hari."
" Kau gila Leon, dia masih bocah."
Leon terlihat mengangkat satu tanganya. Tidak peduli.
Oma tidak percaya dengan apa yang akan Leon lakukan. Wanita tua itu segera mengejar Leon dari belakang. Namun terlambat, Leon sudah masuk kamarnya bersama Aila. Pria itu kemudian mengunci pintu kamarnya.
Oma menggedor pintu kamar Leon.
" Awas saja jika Kau membuat bayi." Ucap Oma kalut.
" Kami tidak membuat bayi Oma, hanya akan bercinta. " Sahut Leon dari balik pintu.
" Kau gila, Leon. Hei Lala kau jangan mau bercinta denganya ok? dia sudah sering tidur dengan banyak wanita. Kau akan terkena AIDS. " Teriak Oma pada Aila.
" I..iya Oma." Sahut Aila.
Oma berkacak pinggang, kesal.
" Meta? "
" Ya Nyonya? "
" Sepertinya kita harus cepat menikahkan mereka. "
Meta tersenyum kemudian mengangguk.
********
Aila diam berdiri disisi ranjang. Gadis itu terlihat sedang asik mengamati desain interior kamar Leon yang klasik namun mewah.
" Kemarilah." Perintah Leon, menyuruh Gadis itu untuk naik.
Aila menurut, gadis itu kemudian naik.
" Bagaimana Oma? " Tanya Leon.
" Oma baik, Aila suka." Ucap Aila tulus. Oma memang ceplas ceplos tapi entah kenapa Aila menyukainya.
" Kalau aku? apa kau juga suka? "
Aila menatap Leon, namun kemudian gadis itu menunduk. Aila bingung harus menjawab apa.
Leon kesal melihat Aila malah diam. Pria itu kemudian menarik tubuh Aila untuk berbaring disampingnya. " Sudahlah, ayo tidur."
Leon kemudian memeluk Aila dan menyembunyikan wajahnya pada dada Aila. Lagi lagi Leon melakukan itu.
Aila diam berusaha menetralkan jantungnya.
Jadi sebenarnya bagaimana perasaanya terhadap Leon? Kenapa setiap berdekatan dengannya Aila selalu jantungan?
Bersambung....
Maaf ya gaees, jika masih banyak typo dan masih kaku peyampaianya. Aku juga masih belajar menulis. He he he
O iya, mulai besok up per dua hari sekali ya? mohon dimaklum, karena aku lagi banyak kerjaan juga.
Please koment yang panjang ok? sepanjang cintaku pada kalian gaees🌻🌻🌻🌻
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Har Tini
ingat cerita lily sm david, lily dulu OB di kantor david
2022-12-27
1
Parwati amiin Parwati
critanya bener " menarik tidak terlalu berat, lucu ngga bikin sakit kepala
2022-11-06
0
Julio Stevaning
keluarga oma seru banget,,,haha bikin ngakak 😂
2022-10-08
0