EPISODE 19

"Tuaann.... Jangaann..." Kata Laura menangis.

Aaron memeluk dan mencengkram dagu Laura dari belakang, ia mencium bahu kecil Laura yang seputih susu, dan kemudian menggigitnya kecil.

"Tuaannn... Tolong lepaskan saya..." Kata Laura.

Laura masih berjuang melepaskan diri dari kungkungan Aaron, namun kekuatan Laura tak sebanding dengan kekuatan Aaron yang besar.

Tangan Aaron kemudian meluncur turun dan menaikkan rok milik Laura.

"Tidaakkk!!!" Tangan Laura langsung menahan tangan Aaron namun, Laura juga tak bisa membuat tangan Aaron mundur.

Tangan kuat Aaron langsung menarik underware putih milih Laura dan menurunkannya dengan kasar.

"TUAANNN JANGAAANNN!!!" Teriak Laura sembari menangis tergugu.

Kemudian tangan Aaron masuk dan menyentuh bagian sensitif milik Laura.

"Tuuuuaan.... !!!" Suara Laura melemah tubuhnya menjadi aneh ketika tangan kekar itu membelai dan memutar, menggosok dan memijat bagian sensitif itu.

Laura kemudian menahan tubuhnya dengan mencengkram sprei, ia menahan tubuhnya agar tak hanyut dalam permainan itu.

"Tidak... Jangan..." Kata Laura mulai lemah.

Tangan Aaron masih bermain di sana, cairan bening mulai keluar dari bagian sensitif milik Laura membuat Aaron tahu, Laura mulai menikmatinya.

"Tuaaan .... " Suara Laura sudah seperti mendesaah, dan kemudian Aaron menarik tangannya, ia melihat jarinya sudah penuh dengan cairan milik Laura.

"Kau bilang tidak tapi kau menikmatinya..." Kata Aaron kemudian memutar tubuh Laura yang lemah.

"Tok!! Tok!! Tok!!!" Pintu di ketuk.

"Tuan Aaron, saya tidak bermaksud mengganggu, tapi di depan mansion ada Tuan Douglas, dia ingin masuk dan bertemu." Kata Hensen.

"Jadi, selama ini dia sudah ada di Negara Mex, cepat sekali dia datang." Kata Aaron kemudian menjilat jarinya.

"Meski kau menangis darah, dan meminta kakekkmu untuk membawamu, kau tidak akan pernah ku berikan. Dia harus tahu rasanya terluka." Kemudian Aaron mengambil ponselnya, dan mengarahkan kameranya pada Luara dimana Aaron masih memeluk dari belakang dan mencengkram dagu Laura.

Saat itu baju Laura sudah sobek dan terlihat kulit mulus serta bra miliknya yang berwarna putih.

"Buat wajahmu sesedih dan semenderita mungkin." Bisik Aaron.

Aaron menjepret mereka dan terlihat bagaimana Laura menangis di bawah kungkungan Aaron dengan hanya memakai bra.

Kemudian Aaron turun dari ranjang dan memungut kemejanya, ia memakainya kembali dan melihat Laura yang lemah hanya menangis dengan memeluk tubuhnya di atas ranjang Aaron.

Aaron sudah selesai memakai kemejanya, dan ia pun meninggalkan Laura dengan tatapan dingin dan sinis.

Saat keluar Hensen ada di luar kamar Aaron.

"Tempatkan beberapa anak buah di sini agar Laura tidak bisa kabur." Perintah Aaron.

"Baik tuan."

Aaron kemudian pergi menemui Douglas, setelah Aaron memberikan perintahnya untuk membuka gerbang, dan anak buah Aaron membawa Douglas kesebuah ruangan, dimana Aaron sudah menunggu.

Saat Douglas masuk, Aaron sudah duduk dengan santai, dan mempersilahkan Douglas untuk duduk.

"Duduklah" Kata Aaron.

"Mana cucu ku, aku yakin kau sudah menerima email itu." Kata Douglas.

Lalu Douglas menaruh koper besar miliknya ke atas meja dan membukanya.

"100juta dollar." Kata Douglas.

Aaron langsung tersenyum sinis, dan senyuman itu dengan cepat menghilang.

"Tapi adikku tidak bisa di bandingkan dengan sebanyak apapun uang." Kata Aaron.

"Jangan berbelit-belit apa maksudmu!" Kata Douglas.

Aaron kemudian mengambil sesuati dari dalam jasnya, dan melemperkannya ke depan, liontin itu bergerak maju dan membentur koper berisi uang yang sangat banyak.

Seolah koper berisi uang itu tak bisa di bandingkan dengan liontin yang sudah di tinggal mati oleh empunya.

"Kau yang menjualnya di pelelangan." Kata Aaron.

Douglas menelan ludahnya dan mengambil liontin tersebut dengan tangan gemetar, ia tak tahu jika ternyata anak buahnya memasukkan liontin tersebut dalam pelelangan.

"Melihat wajah dan reaksimu, kau pasti sudah mengerti maksudku."

"Aku tidak tahu dia adikmu...." Kata Douglas meremas liontin itu dengan gemetar.

"Tidak tahu? Tapi aku tidak bilang jika itu milik adikku, bagaimana kau tahu liontin itu milik adikku?" Kata Aaron.

Douglas kembali kalut.

"Maksudku, aku... Aku... Baiklah! Aku tidak tahu jika itu adalah adikmu, aku tidak tahu jika gadis itu adikmu!! Jika aku tahu, aku tidak akan melakukannya!!" Kata Douglas.

"Kau mengatakan bahwa kau memperkossa gadis hingga dia mati gantung diri dan tidak tahu itu adalah adikku? Kau bahkan melihat berita kematian adikku berseliweran di mana-mana, tak ada jejak apapun di sana, apa yang sudah kau lakukan pada adikku...!!!" Kata Aaron.

Keringat Douglas mulai keluar, tubuhnya gemetar, satu yang ia takutkan adalah, Laura. Mata Douglas melihat kekiri dan ke kanan ia mulai panik, ia tak tahu dimana Luara berada, rasanya Douglas ingin segera mengeluarkan Laura dari sangkar berbahaya ini.

"Aku tidak tahu apapun." Kata Douglas pada akhirnya, dan menaruh liontin itu di atas meja.

"Aku akan menanyakannya pada para anak buahku, mereka mendapatkan liontin ini dari mana." Kata Douglas.

Aaron menahan emosinya, hingga nafasnya naik dan turun, karena Douglas mengatakan hal yang rancau dan tidak jelas, Aaron tahu kini pikiran Douglas kacau, Aaron tahu Douglas ingin segera membawa cucu nya pergi, Aaron tahu bahwa Douglas lah pelakunya dan kini Douglas sedang membuat alasan, ia pun kemudian mengeluarkan ponsel miliknya dan mendorong ponsel itu dari atas meja di dekatnya, hingga ponsel itu membentur Liontin.

"Kau lupa? Bahwa cucu mu ada di tanganku." Kata Aaron.

Dengan tangan gemetar, Douglas mengambil ponsel itu dan melihat, itu adalah foto Laura yang baru saja Aaron ambil, kondisinya sudah sangat membuat Douglas ingin berteriak dan memaki dirinya sendiri. Kebodohannya membawa malapetaka untuk cucunya.

Douglas menutup matanya, keringatnya membanjir, ia mencoba mengingat lagi kejadian itu, karena sudah sangat lama.

"Maafkan aku Aaron, saat itu aku sangat mabuk." Kalimat itu akhirnya terlontar dari mulut Douglas.

Dengan cepat Aaron maju dan meraih krah kemeja Douglas.

"BUGGGG!!! BUGGGG!!! BUGGGG!!!" Aaron memukul wajah Douglas hingga darah mengalir di mulutnya.

Emosi itu meluap ketika dengan mudahnya Douglas mengatakan maaf.

"Tidakk... Aku tidak akan membunuhmu, kau harus hidup dalam penyiksaanku." kata Aaron.

"Aaron... Jangan cucu ku, aku mencarinya hingga separuh usiaku, aku hanya ingin dia berada di sisiku di usia-usia terakhirku, kau boleh mengambil seluruh hartaku, anak buahku, semuanya, tapi jangan cucuku." Douglas merosot dan memegang kaki Aaron.

Nafas Aaron memburu, ia masih sangat mengingatnya, bagaimana adiknya gantung diri dan di perkosaa ramai-ramai.

"Aku akan membuat Laura hancur dan rusak seperti apa yang kau lakukan pada adikku."

"Aaron maafkan aku, ampuni aku... Jangan cucuku, aku saja... Bunuh aku, atau siksa akuuu... Aku yang melakukannya pada adikmu, saat itu aku dalam pengaruh alkohol dan obat, putriku meninggal akibat depresi kehilangan Laura yang di bawa badjingan gila itu, dan aku sangat terpukul, aku stress, aku depresi, aku gila, kehilangan putriku dan cucuku, maafkan aku Aaron, saat itu aku dan para anak buah ku mabuk dan dalam pengaruh obat. Ketika melihat adikmu berjalan sendirian....."

"AAAAAAA BRENGSEEKKK BADJINGANNN GILAAA!!!!!" Aaron kembali meraih krah baju Douglas dan memukul wajah Douglas berkali-kali.

"BUGGGG!!! BUGGGG!!! BUGGGGG!!!"

Tanpa sadar air mata Aaron mengalir, meski ia terus memukul Douglas, namun rasa sakitnya, rasa dendamnya, amarahnya, serta emosinya tak berkurang sedikit pun.

Hingga Aaron merasa lemas, tubuhnya tak berdaya karena ingatan adiknya yang mengenaskan, Aaron kemudian mundur dan melihat Douglas sudah lemas babak belur dengan darah di sekujur wajah dan membasahi pakaiannya, tentu tulang-tulang tubuhnya pun sudah remuk di pukuli Aaron.

Kemudian Aaron berjalan gontai dan membuka pintu, keringatnya mengucur, tangannya pun juga terluka karena pukulan-pukulan keras nya, tangan itu sudah di penuhi darah miliknya dan darah milik Douglas dan Hensen, ia kemudian melihat ke arah ruangan, Douglas sudah terkapar.

"Hubungi polisi, aku sudah merekamnya." Kata Aaron berjalan pergi tanpa melihat ke arah Hensen.

"Baik Tuan." Kata Hensen menundukkan kepalanya cukup lama.

Hensen menelan ludahnya, setitik air keluar dari sudut matanya, karena bagi Hensen Aurora juga sudah seperti adiknya yang ia sayangi.

Bersambung~

Terpopuler

Comments

JULLIETTE

JULLIETTE

Wow Aaron hebat, seorg mafia tpi berjiwa ksatria, gak lari dari sanksi hukum, mlah mnyerahkn video yg dia rekam sndri utk disrahkn ke polisi!! 👏👏 gak kyak si jendral Shampo yg ...., aah sudahlah 🙄😐

2024-02-24

0

@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸

@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸

semua punya luka masing-masing. tapi bukan berarti itu jadi alasan tuk menyakiti yg lain.

2024-02-09

1

Rida Wahyuni Wahyuni

Rida Wahyuni Wahyuni

adik seorang gangster masak iya jalan tanpa pengawal sopir kek aneh/Shame/ Aaron kuasa mu mana njaga adik aja g bisa

2024-01-27

3

lihat semua
Episodes
1 EPISODE 01
2 EPISODE 02
3 EPISODE 03
4 EPISODE 04
5 EPISODE 05
6 EPISODE 06
7 EPISODE 07
8 EPISODE 08
9 EPISODE 09
10 EPISODE 10
11 EPISODE 11
12 EPISODE 12
13 EPISODE 13
14 EPISODE 14
15 EPISODE 15
16 EPISODE 16
17 EPISODE 17
18 EPISODE 18
19 EPISODE 19
20 EPISODE 20
21 EPISODE 21
22 EPISODE 22
23 EPISODE 23
24 EPISODE 24
25 EPISODE 25
26 EPISODE 26
27 EPISODE 27
28 EPISODE 28
29 EPISODE 29
30 EPISODE 30
31 EPISODE 31
32 EPISODE 32
33 EPISODE 33
34 EPISODE 34
35 EPISODE 35
36 EPISODE 36
37 EPISODE 37
38 EPISODE 38
39 EPISODE 39
40 EPISODE 40
41 EPISODE 41
42 EPISODE 42
43 EPISODE 43
44 EPISODE 44
45 EPISODE 45
46 EPISODE 46
47 EPISODE 47
48 EPISODE 48
49 EPISODE 49
50 EPISODE 50
51 EPISODE 51
52 EPISODE 52
53 EPISODE 53
54 EPISODE 54
55 EPISODE 55
56 EPISODE 56
57 EPISODE 57
58 EPISODE 58
59 EPISODE 59
60 EPISODE 60
61 EPISODE 61
62 EPISODE 62
63 EPISODE 63
64 EPISODE 64
65 EPISODE 65
66 EPISODE 66
67 EPISODE 67
68 PENGUMUMAN
69 EPISODE 69
70 EPISODE 70
71 EPISODE 71
72 EPISODE 72
73 EPISODE 73
74 EPISODE 74
75 EPISODE 75
76 EPISODE 76
77 EPISODE 77
78 EPISODE 78
79 EPISODE 79
80 EPISODE 80
81 EPISODE 81
82 EPISODE 82
83 EPISODE 83
84 EPISODE 84
85 EPISODE 85
86 EPISODE 86
87 EPISODE 87
88 EPISODE 88
89 EPISODE 89
90 EPISODE 90
91 EPISODE 91
92 EPISODE 92
93 EPISODE 93
94 EPISODE 94
95 EPISODE 95
96 EPISODE 96
97 EPISODE 97
98 EPISODE 98
99 EPISODE 99
100 TAMAT
Episodes

Updated 100 Episodes

1
EPISODE 01
2
EPISODE 02
3
EPISODE 03
4
EPISODE 04
5
EPISODE 05
6
EPISODE 06
7
EPISODE 07
8
EPISODE 08
9
EPISODE 09
10
EPISODE 10
11
EPISODE 11
12
EPISODE 12
13
EPISODE 13
14
EPISODE 14
15
EPISODE 15
16
EPISODE 16
17
EPISODE 17
18
EPISODE 18
19
EPISODE 19
20
EPISODE 20
21
EPISODE 21
22
EPISODE 22
23
EPISODE 23
24
EPISODE 24
25
EPISODE 25
26
EPISODE 26
27
EPISODE 27
28
EPISODE 28
29
EPISODE 29
30
EPISODE 30
31
EPISODE 31
32
EPISODE 32
33
EPISODE 33
34
EPISODE 34
35
EPISODE 35
36
EPISODE 36
37
EPISODE 37
38
EPISODE 38
39
EPISODE 39
40
EPISODE 40
41
EPISODE 41
42
EPISODE 42
43
EPISODE 43
44
EPISODE 44
45
EPISODE 45
46
EPISODE 46
47
EPISODE 47
48
EPISODE 48
49
EPISODE 49
50
EPISODE 50
51
EPISODE 51
52
EPISODE 52
53
EPISODE 53
54
EPISODE 54
55
EPISODE 55
56
EPISODE 56
57
EPISODE 57
58
EPISODE 58
59
EPISODE 59
60
EPISODE 60
61
EPISODE 61
62
EPISODE 62
63
EPISODE 63
64
EPISODE 64
65
EPISODE 65
66
EPISODE 66
67
EPISODE 67
68
PENGUMUMAN
69
EPISODE 69
70
EPISODE 70
71
EPISODE 71
72
EPISODE 72
73
EPISODE 73
74
EPISODE 74
75
EPISODE 75
76
EPISODE 76
77
EPISODE 77
78
EPISODE 78
79
EPISODE 79
80
EPISODE 80
81
EPISODE 81
82
EPISODE 82
83
EPISODE 83
84
EPISODE 84
85
EPISODE 85
86
EPISODE 86
87
EPISODE 87
88
EPISODE 88
89
EPISODE 89
90
EPISODE 90
91
EPISODE 91
92
EPISODE 92
93
EPISODE 93
94
EPISODE 94
95
EPISODE 95
96
EPISODE 96
97
EPISODE 97
98
EPISODE 98
99
EPISODE 99
100
TAMAT

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!