Eps 19

Upaya kelima pasukan Eclipse tidak semudah yang dipikirkan, karena ke-limanya sebelum mendekati Putra, mereka sudah mendapatkan serangan dari bola api yang berkobar-kobar dengan ganas melesat dengan jumlah puluhan, walaupun begitu ada satu prajurit yang berhasil menghindari serangan frontal Putra dan berusaha untuk memukul

"Sadar brengs*k" umpat salah satu prajurit Eclipse yang berhasil selamat dari hujan bola api

Tetapi sebelum mengenai ku, aku telah lebih dulu menciptakan perisai api yang menahan serangan tersebut hingga serangan tersebut berhenti karena himpunan api milik ku

Doomm...

Pukulan kesatria itu berhasil terhenti dan ketika itu mimik wajahnya terlihat begitu terkejut dan tak menyangka dengan kecepatan ku dalam membuat sihir yang begitu cepat, bahkan sihirnya bisa dirasakan jika sihir perisai bukan sihir sembarang

Dengan cepat kesatria itu menghilang dari hadapan ku dan kembali muncul di belakang dengan posisi siap memberikan memukulku tepat di tengkuk.

"Kamu pikir kamu bisa menghentikan ku" ucap sosok kedua yang ada dalam tubuh ku, dan kalimat tersebut diucapkan sebelum serangan ksatria tersebut berhasil mendarat

Karena kejadian itu akhirnya konsentrasi dari ksatria itu menghilang dan segera ia bergerak mundur untuk menjauhi ku mengurungkan niat untuk menyerang

"Sialan, aura apa tadi" gumamnya sembari memperhatikan ku dengan tatapan tajam penuh selidik

Belum sempat ia menenangkan diri, tiba-tiba dari balik debu yang bertebaran satu ksatria lagi muncul dan bergerak ke arahku dengan cepat

Langkahnya begitu cepat hingga suaranya hampir senyap tak terdengar, tetapi bagiku langkah itu masih kurang atau jauh dari kata super cepat, karena sebelum dia menyerang, aku sudah lebih dulu menghilang dari hadapan dua orang ksatria tersebut

"Kemana dia?" Tanya pria yang baru tiba, seraya mengedarkan pandangannya

Tetapi kedua ksatria itu tidak langsung mendapatkan posisi ku, bahkan saat itu tanpa aba-aba, aku langsung muncul di antara mereka dalam keadaan kaki tidak berpijak pada permukaan

"Sial" gumam kedua ksatria itu bersamaan. Saat itu aku sudah berada di atas kepala mereka dengan menciptakan dua pedang himpunan api yang terbang di antara kedua sisi

Melayang dengan menciptakan kobaran api yang ganas nan membara

‘Menghindar' satu kata itu lah yang muncul sebelum pedang api langsung melesat ke arah dua ksatria yang masih tertegun.

DHUAR....

Langsung meledak ketika pedang api itu menyentuh permukaan, walau mereka tidak terkena serangan secara langsung akan tetapi ledakannya sudah memberi efek kuat dalam memberi kerusakan kepada keduanya

Bahkan saat itu kedua ksatria langsung terjatuh dan menerima luka yang cukup fatal, sampai-sampai keduanya tidak bisa kembali berdiri maupun melanjutkan pertarungan

Aku yang melihat keduanya sudah tumbang, dengan segera menciptakan satu pedang dari himpunan api yang kuat di genggaman, dengan rencana untuk menebas lawan

Tetapi sebelum aku melakukan itu secara tiba-tiba muncul di bawah kaki sebuah lingkaran sihir yang ketika itu sihir tersebut sudah bersinar yang menandakan akan segera aktif

Tanpa berpikir panjang, aku langsung bergerak mundur untuk menjauhinya namun siapa sangka jika sihir tersebut bukan serangan maupun perangkap

Karena setelah sihir tersebut sudah aktif, ternyata sihir itu tidak membawa sebuah ledakan maupun yang lainnya, karena sihir tersebut hanya tertuju pada kedua ksatria yang sudah tergeletak

Sebab setelah sihir itu aktif keduanya ksatria itu menghilang dan tergantikan oleh seorang pria yang menggunakan jubah putih dengan gaya seperti dokter, dia berdiri di hadapanku

Tatapannya begitu datar, tidak ada arti apapun di dalam sorotan matanya, Benar dia adalah Rafel dengan kondisi tubuh penuh luka dan memar tetapi ia tetap memaksakan diri untuk tetap berdiri menatap ku

Aku yang merasa heran hanya bisa mengernyitkan alis dan memasang mimik muka penuh tanda tanya terhadap Rafel yang sebenarnya saat itu aku tidak sadar kalau pria tersebut adalah Rafel, karena aku sendiri sudah dalam pengaruh sisi kegelapan yang mana seluruh indera telah dibutakan

"Ra-ra-fel" ucapku dengan gelagapan bahkan saat itu salah satu mataku sempat kembali menghitam walaupun hanya sesaat

"Putra sadarlah!!" Ujar Rafel

Namun saat itu aku kembali berada di dalam kendali kegelapan, hingga perkataan dari Rafel tidak di gubris sama sekali

"Baiklah kalau begitu, siapapun makhluk yang ada didalam diri Putra, aku ingin kau segera keluar dari raga putra, sekarang" ujarnya kemudian ia menciptakan segel tangan dengan cepat

Hingga di bawah kaki tepat antara aku dan Rafel muncul sebuah lingkaran sihir yang sudah bersinar kuat

Saat itu aku ingin segera bergerak mundur, tetapi sayangnya itu tidak berhasil, karena di saat yang bersamaan sihir Rafel sudah aktif hingga ketika hendak bergerak pergelangan kaki ku langsung terhenti mematung

Tentu aku langsung terkejut dan memasang wajah siaga memperhatikan Rafel dan sihir secara bergantian.

"Ini adalah sihir cahaya, jika kamu tidak ingin musnah segera keluar dari tubuh Putra, iblis" cerca Rafel memasang wajah penuh tatapan tajam

Akibat sihir Rafel akhirnya sosok yang mengendalikan tubuhku langsung goyah hingga keadaan dalam diriku mulai tidak stabil karena gejolak dua kekuatan antara cahaya dan kegelapan membuat alam bawah sadar tidak stabil

Dengan kekuatan Rafel akhirnya sosok dalam diriku langsung mengamuk dan segera melancarkan serangan secara kuat ke arah Rafel

Rafel yang terkejut segera memperkuat sihir sembari berkata. "Mari kita bertaruh, antara aku yang terkena serangan mu atau kamu dulu yang lenyap" ucap Rafel menyeringai

Sampai sebuah ledakan kuat mulai berdentum kuat hingga terjadi gelombang dari kekuatan dahsyat yang membuat orang disekitarnya mulai merasakan kekuatan yang mengerikan

Akan tetapi saat itu mereka mempertajam pandangan ke arah ledakan itu berada yang ketika terjadi ledakan debu bertebaran menutup pandangan mereka yang ada di luar area radius gelombang sihir.

Setiap detik debu yang bertebaran mulai menghilang secara perlahan hingga disaat itu pandangan mereka mendapati dua pria yang begitu familiar

Dua pria itu tak lain adalah Putra dan Rafel yang sedang berhadap-hadapan dengan keadaan keduanya sama-sama bengong menatap satu sama lain

Tentu muncul di benak mereka yang melihat, mengenai apa yang terjadi saat itu, bahkan saat itu Noya terlihat sedang berjalan mendekat tidak peduli dengan resiko ia berlari ke arah Rafel untuk melihat situasi

Karena setelah gelombang kekuatan tersebut beradu dan menciptakan ledakan super kuat, tercipta sebuah atmosfer yang begitu menekan sekitar mereka semua dan Noya tahu persis dua kekuatan itu, karena kekuatan tersebut bisa dipastikan adalah kekuatan yang berlawanan yaitu Cahaya dan Kegelapan

Sementara dilain tempat. Setelah ledakan kuat disertai gelombang super, menghantam tubuh kedua pria itu

Mereka saling menatap untuk sesaat, saat itu putra menatap Rafael dengan tatapan tertegun dan membulat secara lebar melihat kalau tubuh temannya sudah dipenuhi luka bakar dan memar di setiap sekujur tubuhnya

Bahkan tanpa disadari, ternyata Rafel sudah memuntahkan seteguk darah, karena ternyata ia mengalami luka fatal yang berhasil merusak organ dalam

"Uhuk... Uhuk.." Rafel terbatuk mengeluarkan darah sembari menatap ku

"A-apa yang terjadi?" Tanyaku. Perasaan ku saat itu begitu bingung dan di waktu yang bersamaan luka-luka di tubuh membuat ku sulit bergerak

"Syukurlah kamu sadar" ucap Rafel yang ketika itu menghela nafas dihadapan ku persis. "Apa yang terjadi, Kamu kenapa?"

"Tidak, aku nggak apa-apa, hanya sedikit lelah, oh iya.. Putra, tolong ingatlah untuk tidak memberikan tubuhmu kepada makhluk lain lagi, apapun situasinya!, karena itu tubuh mu dan itu milikmu, jadi jangan biarkan orang lain atau sosok lain masuk ke dalam dirimu, oke" ujar Rafel seraya tersenyum di hadapan ku dengan tatapan hangat

Setelah mengatakan hal tersebut secara tiba-tiba tubuh Rafel terjatuh dan tak sadarkan diri begitu saja, bahkan aku saja sampai tidak bisa berkata-kata ketika melihat kejadian tersebut.

Mulai saat itu keadaan Eclipse mulai tidak stabil setelah di porak-porandakan oleh Marvel beserta pasukannya

Bangunan penduduk hingga penduduk itu sendiri menjadi korban atas keganasan fraksi Ragnarok yang membabi buta membumihanguskan Eclipse, tetapi saat itu yang paling terluka adalah anggota kerajaan, karena saat itu seluruh istana berkabung atas meninggalnya raja Eclipse sekaligus ksatria yang sudah dengan gagah berani melawan Ragnarok

Yang semestinya mereka ketahui kalau melawan Ragnarok hanya akan berujung kematian, tetapi mereka tetap setia dan ingin mengambil resiko untuk melindungi negeri dan kerajaan mereka dari invasi musuh

Untuk itu saat ini kerajaan Eclipse walau masih diambang kehancuran tetap mengenang jasa dan pengorbanan ksatria mereka yang sudah gugur dengan gagah berani

Akan tetapi saat itu yang paling membuat seluruh orang bersedih atas meninggalnya seorang raja yang bijaksana dan berhati baik, yaitu Omend yang rela mengorbankan nyawanya demi anak dari seorang teman

Itulah teman sejati, dimana mereka yang mau membantu ketika seorang teman sedang dalam kesulitan apapun kesulitan tersebut tetaplah membantu, jangan terbesit untuk menjadi orang yang dipandang baik melainkan jadilah orang yang bermartabat dalam pergumulan dan biarkan orang menilaimu sebagai logam mulia yang bersinar di antara tumpukan logam lainnya

Perasaan sedih yang tak bisa ditahan akhirnya membuat seluruh orang menangis melihat orang terdekat mereka sudah berada di liang lahat

Terutama Shiina yang ketika itu harus diterpa kenyataan bahwa ayahnya telah meninggal dalam pertempuran, Noya, Moon dan Kaguma juga merasa bersalah atas meninggalnya Omend, andaikan saja mereka bisa melindungi sang raja, mungkin tangis Shina tidak histeris seperti saat ini

"Hiks.. ayah, kenapa ayah meninggalkan kami secepat ini, kami masih membutuhkan mu, ayah" Isak tangis Shina disaksikan oleh banyak orang tidak terkecuali aku yang saat itu berdiri di barisan paling belakang sembari menundukkan kepala untuk mengenang Rafel yang sudah tiada akibat diriku sendiri

Aku sedih atas semuanya tetapi entah mengapa aku tidak merasakan sesal sama sekali, padahal jelas-jelas Rafel mati karena dia berusaha untuk menolongku dari pengaruh kegelapan

Tapi kenapa perasaan dalam hatiku tidak menerima hal tersebut

Dan karena hal itulah akhirnya aku mulai berpikir dan merasakan kembali aura ku yang semula padam karena sihir cahaya Rafel, dan saat itu yang muncul

sebuah suara dari sosok yang merasuki tubuhku

"Haha.. manusia-manusia lemah sudah sepatunya mati dengan tragis, bukankah begitu Putra?" Ucap sosok kegelapan yang bersemayam dalam tubuh

"Diam!! Kau tahu karena ulahmu aku harus kehilangan Rafel, temanku..!!"

"Teman? Memangnya kita membutuhkan yang namanya teman, dan apakah kita memang ditakdirkan untuk memiliki teman, tidak Putra, ingat kita bisa bertahan hidup di kehidupan sebelumnya karena diri kita sendiri, kita tidak membutuhkan orang lain ataupun istilah teman dalam kehidupan, lagian kamu tahu bukan manusia adalah makhluk yang suka berubah-ubah, untuk apa memiliki teman yang pada akhirnya akan berkhianat"

Aku terdiam mendengar ucapannya, karena memang aku seperti sudah ditakdirkan untuk tidak memiliki teman, karena apapun yang aku lakukan ujungnya aku sendiri yang akan disingkirkan dari lingkungan

Apalagi sekarang ini aku sudah dicap bersalah karena semua yang kulakukan, aku membunuh Rafel dan 2 prajurit elite Eclipse. Tentu karena hal itu nantinya aku akan dihakimi, dan siapa yang akan membelaku disaat aku dihakimi

Manusia hanya memikirkan perasaannya masing-masing dan mengabaikan orang lain, baginya kebahagiaan mereka adalah yang paling utama dari segalanya

Tentu apapun bakal mereka perbuat agar bisa mencapai kebahagiaan tersebut, meskipun harus berlumuran darah dan pengkhianatan.

Aku kembali tersadar dari lamunan dan segera berpaling dan meninggalkan kelompok yang saat itu masih berduka, terutama Shina yang masih menangis meratapi makam ayahnya

Ketika itu aku berpaling dan berjalan menuju makam Rafel yang masih begitu basah, karena waktu penguburan tidak terpaut jauh dari pemakaman sang raja yang kini disaksikan oleh banyak penduduk dan anggota kerajaan

Namun tidak dengan raja dari kerajaan lain, karena setelah kejadian itu mereka langsung kembali ke tempat asal mereka, melupakan perjanjian dan meninggalkan tanggung jawab mereka, karena takut dengan Ragnarok

Itukah yang disebut sebagai teman? Konyol sekali, melihat mereka yang kabur disaat Omend sedang diperhadapkan dengan kesulitan, bagiku itu adalah etika pertemanan yang buruk.

"Rafel, aku tidak tahu harus apa?" Gumamku menatap makam Rafel dengan tatapan sayu.

Bersambung…

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!