Eps 02

   Beberapa detik aku menatap matanya dengan intens, tanpa ku duga aku memperlihatkan mimik wajah gelisah sehingga dengan cepat aku segera berkata seperti ini. "Mohon maaf jika saya lancang nona, tetapi saya tidak memiliki alasan untuk menjawab pertanyaan nona, lagian jikalau nona ragu dengan saya, saya bisa segera pergi" 

Ucapku kemudian berbalik badan untuk segera pergi dari sana, karena semakin lama aku disana maka semakin terlihat wajah gelisah ku

"Tunggu sebentar tuan!" sahutnya ketika itu menggunakan nada lantang 

"Ada apa?" tanyaku begitu acuh. "Maafkan saya jika perkataan saya menyinggung tuan, cuma karena kejadian akhir-akhir ini membuat saya harus penuh waspada" 

"Begitu yah" ucapku kembali berbalik dan berjalan secara perlahan. "Kalau berkenan sebagai permintaan maaf, bisakah saya memberi tumpangan kepada tuan?"

Kembali aku berbalik dan berkata. "Tidak perlu merasa bersalah seperti itu, karena mau bagaimana pun kamu punya hak untuk mengeluarkan pendapat, lagian wajar saja jika kamu curiga padaku, karena aku orang asing, aku hargai rasa kebaikan mu nona, semoga kita bertemu lagi di ibu kota"

"Bisakah tuan untuk tidak menolaknya?" tanya wanita muda itu membuatku akhirnya menyeringai senang, karena sandiwaranya berhasil, sekaligus kita bisa lihat dari logat wanita itu kalau dia memiliki sifat polos 

"Terimakasih kalau seperti itu" ujarku berbalik badan dan tersenyum 

Sementara sang pengemudi hanya mengernyitkan alis karena kesal. "Nona tetapi dia tidak memiliki uang untuk membayar jasa saya" potong pria paruh baya 

"Kalau begitu gunakan uang saya untuk membayar upah jasa paman" ucapnya menatap sang pengemudi kereta, kini dia mulai sedikit tersenyum walaupun itu hanya senyuman palsu 

***

Di dalam kereta kuda hanya ada aku dan wanita cantik nan jelita. Wanita dengan memiliki sifat yang baik dan polos, cocok untuk aku manfaat kan. Ketika itu aku duduk bersebrangan dengannya tetapi kami saling memandang dalam obrolan

"Nona, sekali lagi maafkan saya jika saya merepotkan nona" ucapku dengan senyum. "Haha.. Tidak perlu, anggap saja ini sebagai penebusan saya atas kesalahan saya" 

"Tapi sebelum itu saya ingin bertanya kepada nona mengapa nona begitu waspada? Dan apa maksud dari kejadian akhir-akhir ini" cerca ku 

"Sebelum itu perkenalkan, namaku Shina, jadi agar lebih akrab panggil dengan sebutan itu saja, oke" ujarnya menjulurkan tangan ke depan ku

"Baiklah" balasku yang menjabat tangannya dengan begitu spontan

"Untuk perkataan ku tadi mengenai kejadian ini, apakah kamu tidak tahu akan kabar kewaspadaan tingkat tinggi dari Kerajaan Sekutu?"

"Sayangnya saya tidak tahu akan hal itu Shina" balasku 

"Masa sih?, memangnya kamu tinggal dimana sampai nggak tahu kabar ini, lagian kabar itu juga sudah menyebar dan diberitahukan kepada seluruh kerajaan-kerajaan di penjuru benua"

"Maafkan saya karena saya juga tidak terlalu peduli dengan urusan kerajaan sekaligus pemerintahnya" 

"Jadi ada seorang buronan tingkat tinggi yang mengganggu keamanan kerajaan di berbagai tempat, sehingga aliansi berencana untuk memburu buronan tersebut dengan segala upaya"

"Kerajaan Eclipse juga ikut?" 

"Benar, kerajaan Eclipse juga ikut terlibat dalam perburuan tersebut" 

"Nggak salah lagi, buronan itu adalah Marvel, tapi aku gak nyangka jika wanita ini begitu polosnya hingga dengan gamblang memberitahu informasi kepada orang asing" 

"Jika saya boleh menyimpulkan, berarti ada seorang penjahat kelas dunia yang dapat membahayakan keamanan dunia, dan berita tersebut sudah tersebar ke seluruh benua, dengan harapan memudahkan mereka untuk menangkap sang buronan tersebut" penjelasan ku panjang lebar 

"Benar, dan katanya penjahat itu memegang sebuah senjata legendaris milik kerajaan Asgard yang sempat disegel selama ratusan tahun"

"Gak salah lagi senjata itu adalah kapaknya" batin ku 

"Lalu sudah apa saja yang dilakukan oleh penjahat tersebut selama menjadi buronan?" 

"Kurang tahu, tetapi ada isu yang simpang siur dari penduduk pribumi yang mengatakan kalau buronan tersebut membunuh dan membumihanguskan pemukiman masyarakat" 

Mendengar hal itu aku hanya bisa berkata dalam hati dengan sedikit Umpat, "Bohong, itu pasti hanya opini negatif dari pemerintah kerajaan untuk menjelekkan Marvel"

"Karena aku tahu entitas dari Marvel untuk apa, dan aku yakin dia gak mungkin melakukan genosida kepada manusia lemah yang tidak ternilai harga nyawanya, apalagi sampai membuang waktu untuk bersenang-senang" 

Ucapku dalam hati. Bahkan tanpa sadar aku sudah terdiam cukup lama sampai wanita itu mengejutkan ku. "Kamu baik-baik saja"

"Ah.. Iya aku gak apa-apa. Tapi ada hal yang membuat ku penasaran!" ucapku 

"Apa itu, siapa tahu aku bisa menjawab?"

"Apa jadinya jika seseorang punya sihir? Karena aku mendengar kalau orang-orang hanya bisa menggunakan artefak dalam perang" 

Entah mengapa pertanyaanku membuat Shina terdiam sesaat sebelum dia mengucapkan kalimat seperti ini. "Tentu saja, masa depannya menjanjikan hanya saja, terkadang menjadi manusia ahli sihir akan ada resiko, dimana kita akan selalu diincar" 

"..."

Aku terdiam sembari memalingkan pandangan dari wanita itu yang duduknya berseberangan. 

"Jangan-jangan kamu bisa sihir?!!"

"Tidak, tidak, aku hanya sedang mengandai-andai saja lagian, seseorang yang terlahir sebagai ahli sihir juga hanya segelintir"

"Yah.. Cuman gak salah, bagi mereka yang terlahir menjadi seorang penyihir, sudah dipastikan mereka akan menjadi orang penting nantinya, semua karena kelangkaan dari manusia pengendali sihir tersebut" 

"Bagaimana, jika seandainya aku memiliki sihir?" tanyaku 

Sesaat Shina terdiam, sebelum dia meraih tanganku dan berkata di depan wajahku persis. "Bagus dong, aku punya hubungan dengan raja Eclipse, mungkin aku bisa memasukkanmu kedalam anggota kerajaan"

"Yesss berhasil... Akhirnya aku punya relasi dengan orang kerajaan, dengan begini bukankah aku sudah selangkah lebih kedepan" batinku yang ketika itu begitu senang karena akhirnya tanpa perlu repot-repot 

Aku bisa masuk ke dalam lingkaran Eclipse dengan bermodalkan wanita polos didepanku, memang gak sia-sia aku memanfaatkannya. 

Itulah yang terpikir olehku ketika mendengar ucapan dari Shina. 

"Aku kurang yakin, lagian aku juga orang asing dari luar benua jadi gak mungkin bisa masuk kedalam kerajaan" ujarku dengan lirih. Sayang itu semua hanya sandiwara 

"Tidak apa-apa, kamu ada aku, aku bisa membantumu semaksimal mungkin" 

"Terimakasih" ujarku tersenyum dengan bahagia walaupun itu hanya topeng 

"Asalkan kamu bukan dari Ragnarok" seketika wajahnya berubah serius. Aku yang melihat secara respon terkejut tetapi juga heran, mengapa wanita di depan ku bisa berubah dengan seketika 

"Ragnarok, apa itu? Kerajaan kah?" tanyaku kebingungan bahkan kepalaku sedikit ku meringankan

"Ah.. Nggak kok, lupakan saja anggap aku tadi hanya sedikit mengigau" dalihnya 

Setelah kalimat itu wajah dari Shina langsung berubah menjadi senang bahkan dirinya terlihat begitu antusias

Berbeda dengan ku. Ketika itu wajahku langsung berkeringat, karena apa?

"Sialan hampir aku terjebak, ternyata wanita ini cukup berbahaya"

Mataku membulat karena terkejut bahkan mulutku seakan langsung membisu, karena tiada kata yang dapat ku utarakan setelah hampir masuk kedalam jurang

Ternyata wanita di depan Putra tidaklah polos yang seperti dipikirkan olehnya, karena kalimat terakhir adalah dimana jebakan yang mampu mendeteksi Putra dari pihak musuh ataupun tidak 

Karena jika Putra di pihak musuh, dirinya pasti akan memasang mimik wajah cemas dan gelisah, ketika mendengar kata Ragnarok muncul dari buah bibir mungil wanita tersebut

Tapi beruntung Putra tidak masuk ke dalam kalimat itu yang penuh dengan jebakan, mungkin jika Putra diberi tahu lebih awal oleh Marvel akan faksinya. Tamat sudah riwayatnya. 

Setelah kejadian itu suasana langsung canggung, baik aku maupun Shina, kami sama-sama diam karena sudah tiada yang bisa dibahas. Tetapi ketika itu yang dipikirkan oleh Shina*

"Dia seperti tidak tahu apapun tentang kejadian dan sisi dunia ini, dan semua yang keluar dari mulutnya tidak ada yang mengandung unsur kebohongan" batin Shina yang sesekali melirik Putra 

Tanpa diduga Shina membawa sebuah kalung yang merupakan artefak, kalung itu berwarna hijau dan sedikit berkilauan layaknya Giok 

Bahkan cincinnya pun mengeluarkan aura putih yang tipis. Semua bisa dilihat bahwasanya Putra hampir berurusan dengan orang yang sangat berbahaya mungkin bisa membuatnya mati seketika. 

Didunia ini yang kuat akan bertahan, dimana jika kamu lemah maka hidupmu tidak akan lama, namun jika kamu kuat kamu akan disanjung mau bagaimana pun disini hanya bersifat anarkis baik wanita maupun pria 

Mereka tidak boleh sampai terlihat lemah kecuali, jika ada sesuatu yang harus disembunyikan maka menjadi lemah adalah pilihan yang tepat 

Setelah beberapa menit dalam perjalanan mereka akhirnya membuka obrolan dengan serangkaian kata yang kebetulan Putra terlebih dahulu yang berkata-kata sebab di rasa suasana canggung tidak boleh dibiarkan terlalu lama 

"Sebenarnya Ragnarok itu apa? Kenapa kamu begitu serius ketika mengatakan hal itu?" 

Shina langsung terdiam dengan menghela nafas secara perlahan dan berkata dengan menatap mataku dalam-dalam 

"Sebelumnya maafkan aku karena sudah membuat suasana jadi tak enak, tapi biarkan aku jelaskan"

Saat itu Shina mulai menjelaskan bahwasanya setelah 1 minggu dari hilangnya senjata legendaris, buronan itu muncul, sebut saja dia Marvel 

Dia memporak-porandakan ibu kota dari Kerajaan asgard yang mana senjata itu disegel. Marvel menghancurkan rumah-rumah dan membunuh orang-orang dari Kerajaan 

Tidak tahu apa motifnya, cuman dia mendeklarasikan sebuah pernyataan bahwasanya ia telah mendirikan sebuah sebuah faksi baru yang akan melawan aliansi, yaitu Ragnarok 

Tidak ada yang tahu pasti berapa jumlahnya cuma seluruh penduduk dan anggota kerajaan memasang kewaspadaan dan mengidentifikasi kan kalau di dalam kerajaan tidak ada penyelundupan dari pihak Ragnarok

Dan entah bagaimana Shina beranggapan kalau Putra adalah Ragnarok, oleh sebab itu Shina membawa Putra dalam kereta kuda dan ngobrol dengan penuh keharmonisan

Semua karena Shina ingin mencari tahu atau ingin membongkar identitas asli dari pria asing di depannya itu, yakni Putra itu sendiri... 

Setelah Putra mendengar seluruh penjelasan dari Shina, entah bagaimana ia langsung ternganga kaget karena ternyata dirinya sudah masuk ke dalam jebakan seseorang, padahal dia sendiri baru hidup di dunia barunya 

Tapi entah apa yang dipikirkan shina, bisa-bisanya dia beranggapan kalau Putra adalah seorang mata-mata atau penyelundup yang merupakan anggota Ragnarok dari faksi Marvel

"Benar-benar bodoh kamu Marvel, apa yang sebenarnya kamu pikiran, sampai-sampai membuat kekacauan hingga membuat kocar-kacir aliansi begini" gerutu Putra dalam hati kecilnya

"Ah.. Yah memang kehadiran ku begitu mencurigakan, jadi sekali lagi maafkan aku Shina" 

"Nggak apa-apa kok, justru aku yang salah karena sempat curiga kepadamu" 

"Lagi-lagi aku tidak mendeteksi adanya kebohongan dari kalimatnya, mungkin memang benar aku sudah salah, karena mencurigainya" batin Shina ketika itu tersenyum manis kepada Putra 

"Sial.. Jangan senyum seperti itu dong, woi" batinku seketika salah tingkah saat melihat senyuman dari wanita cantik tersebut

"Maafin aku yah, sebenarnya aku gak ada maksud seperti itu sebelumnya" 

Entah apa namun secara tiba-tiba Shina kembali memegang tanganku dan menatapku dengan tatapan penuh penyesalan. "Iyah.. Iya gak apa-apa, la-lagian aku juga memaklumi kok" Ucap ku yang sedikit gelagapan

"Syukurlah kalau kamu tidak marah" 

Aku hanya mengangguk secara perlahan sebelum mendengar dari depan kereta, yaitu suara dari pria paruh baya yang berada di kursi pengemudi. Dia berteriak dengan lantang. "Kita sudah sampai nona, tuan"

"Syukurlah" Shina langsung berpaling dan melepaskan genggamannya dengan meninggalkan ku yang tengah terbujur kaku 

Kenapa aku seperti ini, semua karna di kehidupan sebelumnya, aku tidak bersosialisasi dengan lawan jenis sehingga berhubungan dengan Shina adalah suatu hal yang baru, apalagi wanita itu cantik dan seksi tentu pria mana yang tidak terpesona 

"Shina, sepertinya sampai disini saja deh" ujarku 

"Kenapa?" tanya Shina penasaran. "Soalnya ada seseorang yang harus aku kunjungi di luar gerbang, gak apa-apa kan?" Sesaat Shina menatap ku dengan intens sebelum... 

"Baiklah, paman bisakah kita berhenti sebentar" teriak Shina sehingga suaranya mampu didengar oleh pengemudi 

Dan benar saja, setelah itu kereta berhenti gerak dan aku segera turun dari dalam kereta sembari mengucapkan salam perpisahan pada Shina, awalnya Shina menawarkan untuk masuk kedalam ibu kota bersama-sama terutama untuk membahas perihal sihir dengan anggota kerajaan

Cuman aku berdalih dengan mengatakan bahwa ada hal yang harus aku lakukan sebelum masuk ibu kota, semua bukan karena tanpa alasan melainkan karena aku tidak punya tanda pengenal

Jadinya dari pada harus berurusan dengan para prajurit penjaga lebih baik aku menghindar dan mencari jalur alternatif lain untuk masuk ke ibu kota 

"Baiklah kalau begitu, kamu hati-hati yah Putra jaga diri dan kesehatan, dan semoga kita bertemu lagi di dalam ibu kota" ujarnya sembari tersenyum 

"Tentu, semoga kita bisa ngobrol panjang lebar lagi, dilain waktu, Shina"

Akhirnya kereta kuda itu kembali berjalan, meninggalkan aku seorang diri, walaupun sebelumnya aku sempat bertukar lambaian tangan dengan Shina 

Tetapi ada rasa yang mengganjal dalam hati, entahlah apa namun yang jelas aku meski meneruskan perjalanan walaupun saat itu meski berpikir kembali, untuk menemukan cara agar aku bisa masuk kedalam ibu kota yang tengah dijaga ketat oleh para prajurit 

Namun dibalik itu semua. Aku berhasil mendapatkan banyak informasi dari wanita itu walaupun tadi sedikit merasakan ketegangan karena wanita itu cukup berbahaya, dan aku merasa sudah seperti bermain di pinggir jurang. 

Bersambung... 

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!