Eps 18

Serangan kuat terjadi begitu cepat, hingga ketika itu Noya hanya bisa melihat ayahnya dibakar oleh api amarah oleh kapak legendaris yang dipegang oleh Marvel. Moon juga sama kagetnya kala itu, sampai ternganga kaget ketika melihat seorang yang dia kagumi dan ia layani harus meregang nyawa dihadapannya

"A-yah" gumam Noya saat itu hanya bisa menangis dalam diam sembari memperhatikan tubuh ayahnya yang sudah menjadi abu, bahkan pakaiannya pun hanya tinggal sebongkah besi armor yang telah gosong

"Hahaha... Lihatlah, tiada akhir yang baik bagi kalian yang sudah berani melawan ku"

Semua orang hanya terdiam sembari memperhatikan kejadian itu secara seksama, bahkan tidak jarang dari mereka langsung terkulai lemas karena takut dengan kekuatan dari senjata legendaris

"Apakah kita hanya akan mati jika melawannya" ucap salah seorang raja ketika itu menjatuhkan pedangnya.

Begitupun serdadu yang lain dan raja-raja dari kerajaan lain, mereka mulai menjatuhkan senjata dan bertekuk lutut dihadapan Marvel yang saat itu sedang dikelilingi oleh kobaran api

"Kalian jangan dengarkan dia, belum tentu kalian akan mendapatkan keselamatan setelah tunduk kepadanya" seruan Mamad disaat itu sedang menodongkan pedang ke arah Marvel

"Terserah kalian ingin percaya ataupun tidak, namun yang jelas lihatlah sendiri dengan mata kelapa kalian, apakah ada akhir baik bagi mereka yang melawan Ragnarok!!"

Akhirnya semua orang hanya bisa terdiam dan tertunduk di hadapan Marvel dengan raut wajah ketakutan.

"Dasar sampah" umpat Mamad kemudian berjalan mendekati Marvel yang sedang tersenyum senang di hadapannya

Noya dan Moon masih syok dengan apa yang mereka lihat, bahkan dari mulut mereka sudah tiada kata-kata yang mampu mereka keluarkan, lidah mereka kalut dan tatapan mereka kosong

Sementara Kaguma, dia hanya bisa terdiam sembari menatap Omend yang telah tiada. Dia tidak menyangka jika akhirnya seperti ini, dan dia sempat berpikir, apakah pengorbanan Omend pantas untuknya?

Mamad yang kala itu sedang bergerak mendekati Marvel mulai memasang raut wajah marah dan benci dihadapan Marvel

"Kau kenapa?"

"Kau bertanya kenapa? Setelah apa yang telah kau perbuat pada ayah dan kerajaan ku!!" Hardik Mamad tetapi Marvel tidak gentar sama sekali

"Kalian pantas untuk itu" jawab Marvel. sehingga ketika itu amarah Mamad langsung memuncak dan segera ia hunuskan pedang ke arah leher Marvel

Tetapi Marvel dengan mudahnya menghindari serangan tersebut dan berbalik menyerang, dengan melancarkan sebuah tendangan T ke arah Mamad dengan posisi berputar

Mamad yang tidak menduga kala itu, langsung terpental dan terjungkal beberapa meter hingga menghantam tanah dengan kuat.

"Apa maksudmu?" Tanya Marvel datar. "Ck.. aku bakal membalaskan perbuatanmu, Marvel"

"Begitu yah" ujar Marvel. Kemudian ia menghilang dan kembali muncul dihadapan Mamad persis, saat itu Marvel hendak mengayunkan kapak secara vertikal, disaat Mamad masih tergeletak tak berdaya

Tetapi di waktu yang tepat, Sulis datang dan menahan serangan Marvel dengan pedangnya.

"Ka-kau" ujar Mamad ketika itu terkejut dengan seseorang yang di hadapannya berdiri seraya menahan serangan Marvel

"Pergilah dari belakang hamba" pinta Sulis. Segera Mamad berlari menjauh sesuai yang diminta oleh Sulis. Dirinya pergi dari balik punggung Sulis

"Kenapa kau menyelamatkan raja ampas itu?" Tanya Marvel. Disaat yang bersamaan muncul kembali Jerry dengan mantra teleport, dia muncul tidak jauh dari Marvel

"Kerja bagus, Jerry" ucap Marvel. Sementara Jerry hanya mengangguk dengan mengelap bilah pedangnya yang telah berlumuran darah.

"Dimana Genah!?" Seru Kaguma ketika tidak melihat Genah tidak bersama Jerry

"Dia sudah kubunuh" ucap Jerry datar.

Bagaikan hati ditikam oleh pisau, saat itu hati Kaguma terguncang atas apa yang terjadi, Omend adalah seorang raja yang dihormati harus tewas karenanya dan kini Genah yang satu-satunya orang tersisa dari anggota kerajaan dan temannya, tetapi harus mati jua

"Gak, nggak mungkin!!" Teriak Kaguma hingga tidak sadar air mata menetes dari pelupuk matanya

Saat itu suasana benar-benar sudah tidak kondusif, kesatria-kesatria dari Aliansi dan Eclipse sudah jatuh dan raja beserta batalyon mereka malah tunduk kepada Marvel

"Sial,.. sial.." batin Noya yang hatinya terus-menerus mengumpat

Sulis yang sedang menahan serangan secara tiba-tiba muncul Jerry tepat di belakangnya. Jerry saat itu muncul dibalik punggung dengan posisi siap menebas

Hingga dalam satu ayunan dan benar saja, saat itu tubuh Sulis harus terbagi menjadi dua dikarenakan pedang Jerry yang terarah padanya dari ujung pinggang

Slassh...

Saat itu tubuh Sulis terjatuh dengan keadaan mengenaskan dalam kondisi setengah badan telah terpisah.

"Sulis" ucap Noya dan Moon serempak, saat itu mereka langsung teringat dengan semua kenangan mereka terhadap Sulis, dimana Sulis telah menemani mereka dari kecil bermain bersama dan menghabiskan waktu dengan canda dan tawa, khususnya

Noya, walaupun dia tahu kalau dirinya adalah seorang raja, dan sangat tidak etis jika ia menangisi bawahan tetapi Sulis berbeda, Sulis bukan sekedar bawahan melainkan seorang teman yang Noya sendiri sudah menganggapnya sebagai saudara

Noya melihat kematian Sulis, ia begitu tidak terima hingga dirinya bangkit dari kegagalannya mengangkat pedang ke atas langit sembari mengucapkan kalimat seperti ini

"Aku Noya, bukanlah tuhan maupun dewa tapi aku berjanji akan membunuhmu untuk menghakimi semua yang telah kau perbuat, Marvell...."

"Hahaha... Kau tahu, walaupun musuh ku adalah seorang dewa sekalipun, aku tidak akan gentar sedikitpun" tawa jahat Marvel sembari menginjak mayat Sulis yang sudah terbujur kaku

Usai Noya berkata itu, Kaguma, Moon, dan Mamad bangkit berdiri dan mengangkat pedang mereka masing-masing

"Wah.. wah.. Walaupun kalian mau menghadapi ku bersamaan pun itu tidak akan membuat ku kalah"

"Bangs*t kau Marvel...!!" Teriak Mamad dengan lantang. Ketika suasana masih begitu tegang, tiba-tiba muncul dari balik Marvel dan Jerry sebuah dentuman kuat yang dibarengi oleh hancurnya rumah penduduk

DHUARR...

Suara ledakan yang membuat debu bertebaran hingga menutup mata, tetapi dari balik debu-debu itu muncul dari dalamnya, seorang manusia yang sedang tertawa terbahak-bahak tetapi tubuhnya sedikit terluka

"Hahaha... Maju kau brengs*k" teriakan orang itu yang kemudian mendarat di sebelah persis tempat Marvel dan Jerry berdiri

"Maji, Ada apa?" Tanya Marvel. "Pake nanya, kenapa kamu gak kasih tahu kalau di Eclipse ada monster sepertinya"

"Hah?"

Marvel dan Jerry langsung bingung dengan maksud dari perkataan Maji tetapi dari balik debu-debu seorang pria yang sedang diselimuti oleh aura api terlihat dari jauh sedang berjalan ke arah mereka dan dengan ganasnya ia langsung melemparkan himpunan pedang api ke arah Maji tanpa basa-basi

Namun beruntung Maji berhasil menciptakan tangan bayangannya untuk menahan serangan, dia membuatnya tidak satu melainkan tiga sekaligus hanya untuk bisa menahan satu serangan dari pria api itu

"Putra?" Ucap Noya

"Zero?" Batin Marvel dengan waktu hampir bersamaan karena mereka langsung tahu setelah melihat pria yang keluar dari debu-debu itu.

Mereka yang mengenal dan sedang bingung, tidak membuatku bimbang, karena aku sudah dibutakan oleh kegelapan, sehingga dengan satu ayunan tangan, tercipta puluhan pedang yang langsung terarah ke depan, dengan jumlah banyak aku tidak tahu dengan arah yang bakal menjadi sasaran

Tetapi mereka yang melihat itu langsung kabur, tidak usah ditanya siapa!, tentu mereka raja-raja dari kerajaan kecil beserta prajuritnya, mereka pergi meninggalkan Medan perang yang kala itu sudah amburadul

Sementara yang masih ada di sana hanya ada 9 orang lagi 5 diantaranya adalah pasukan elite Eclipse dan sisanya Kaguma, Mamad, Moon, dan Noya

"Sial dia kenapa!!" Ucap Jerry langsung memasang posisi siaga. Di barengi itu aku sudah meluncurkan puluhan pedang hingga pedang-pedang terbang itu langsung melesat cepat ke arah mereka

Tidak terhitung jumlahnya tetapi paling banyak adalah ke arah Ragnarok. Sementara sisanya hanya ke arah rombongan Noya

Marvel dan Noya langsung menggunakan senjatanya untuk menangkis dan membelokkan arah dari serangan pedang api milik ku

Sementara Maji menggunakan sihir tentakel untuk membalas sihir hujan pedangku, suasana mencekam itu berlangsung secara singkat tetapi sudah meninggalkan kesan yang sangat mengerikan terutama Noya yang kala itu masih tak henti-hentinya gemetar seusai menahan dan menangkis pedang api milik ku

Disaat seluruh orang sedang bingung dan heran dari mana asal kekuatan itu didapatkan oleh ku, sampai-sampai aku mampu menciptakan sihir skala besar seperti itu

Tetapi Marvel dalam hati tengah tersenyum senang, akibat sosok dalam diri Putra sudah bangkit dan itulah yang diharapkan oleh dewa kegelapan

Bukan Putra melainkan sosok mengerikan dalam dirinya lah yang membuat dewa ingin membangkitkan Putra, karena yang dipikirkan oleh dewa kegelapan adalah untuk menjadikan Putra sebagai pion untuk melawan sosok bos terakhir mereka di masa depan

"Bagus... Akhirnya Zero yang sesungguhnya sudah bangkit" Batin Marvel menyeringai senang

"Putra apa yang terjadi?!" Tanya Noya. "Percuma kau berkata seperti itu, karena dia sudah di buatkan oleh kegelapan" sahut Maji ketika itu memalingkan pandangan ke arah Noya

"A-apa?"

"Sebaiknya kita pergi dari sini"

"Kenapa?" Tanya Maji. "Dia bakal merepotkan, daripada kita menghadapinya lebih baik kita gunakan waktu yang ada untuk mencari keberadaan senjata legendaris selanjutnya"

"Tapi dia bisa membahayakan kita dimasa depan" ujar Jerry

"Tidak Jerry, monster itu sudah gagal dia yang tidak bisa membedakan mana lawan dan kawan tidak akan membahayakan kita"

"Baiklah kalau begitu" jawab Jerry dan Maji bersamaan. kemudian setelah itu Marvel menciptakan sihir teleport yang akhirnya mereka berhasil menghilangkan diri dan perpindahan tempat dari posisi awal

Noya yang melihat musuhnya sudah pergi mulai bingung, karena saat itu Putra tidak sadar dan kala itu kondisi mereka sudah lemah dan tidak mungkin menghadapi sihir yang kekuatannya cukup besar

Mungkin jika masih ada Ragnarok, mereka bisa memanfaatkan Putra untuk melawan Ragnarok tetapi saat musuh mereka sudah tidak ada, maka mereka lah yang bakal menjadi lawannya

"Apa yang harus kita lakukan?" Bingung Kaguma

"Biarkan kami yang melawannya, karena sedari tadi kami tidak berbuat apapun, pangeran" usul salah satu dari pasukan elite Eclipse

" Tidak kalian bukanlah lawannya" ujar Noya. "Justru pangeran yang saat itu lah bukan lawannya, mari kita hentikan dia" usul nya kemudian mereka langsung pergi tanpa aba-aba dari Noya

"Tunggu!! Kalian ingin apa?" Seru Noya tetapi panggilannya tidak digubris, mereka berlima tetap melangkah kearah ku yang kala itu sudah dilahap oleh api

"Noya kita tidak bisa membiarkan mereka mati juga" sambung Kaguma. Walaupun Kaguma berkata seperti itu tetapi nyatanya mereka tidak bisa berbuat apapun yang sekarang sudah sangat lemah

Hingga mereka berempat hanya bisa melihat pasukan yang setia itu bergerak melawan maut untuk menghadapi ku, padahal jika mereka mau mereka bisa lari bersama raja-raja lainnya

Namun karena kesetiaan lah, mereka masih tetap bersama tuan mereka, karena mereka bukan kacang lupa kulitnya hingga tutup mata disaat orang yang sudah menghidupi mereka dalam bahaya

Apalagi mereka sudah sumpah setia untuk mengikuti raja Eclipse, walau raja mereka sudah tewas akan tetapi mereka masih ada Noya yang notabene adalah anaknya, tidak jauh berbeda kodratnya dengan tuan mereka.

Bersambung...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!