Skeleton yang dikendalikan oleh Maji kini tengah mengamuk menghancurkan apapun yang ada didepan mata, hingga sudah tidak terhitung berapa rumah dan korban yang termakan oleh ulah Maji dengan begitu brutal.
Aku dan Rafel, ketika itu sedang mengejar langkah raksasa skeleton tersebut yang makin lama semakin mendekat ke istana Eclipse
Dan bisa dipastikan jika terlalu lambat Putra dan Rafel menghentikan, Maji akan menghancurkan kerajaan tersebut,
Saat itu aku dan Rafel berlari di pinggir jalan berusaha mengikuti langkah raksasa tersebut. Sementara Maji, dia sedang berdiri di atas pundak monster sambil terus tertawa sadis
"Rafel, aku punya ide" ujarku disaat aku dan Rafel masih berlari berdampingan
"Ide apa itu?" Tanya Rafel. "Kita berpencar dan bagi tugas"
"Maksudnya" Rafel terlihat bingung dengan ucapanku. "Aku bakal mengincar pengendaliannya, sementara kamu buatlah formasi sihir untuk menghentikan pergerakan raksasa ini, karena jika dibiarkan semakin lama, maka korban semakin tak terhingga"
"Kamu benar, baiklah kalau begitu, kamu harus hati-hati" ucap Rafel
Akhirnya aku dan Rafel berpisah, dimana aku langsung menghilang dan muncul kembali di atap rumah namun masih terus berlari
Sementara Rafel berlari di pinggir jalan untuk mengejar langkah raksasa yang terus menjauh
"Sekarang waktunya untuk aku mencoba sihir terbang" gumamku. Kemudian tubuhku diselimuti oleh aura api yang kuat dan penuh dengan konsentrasi.
Woosh..
Aku tanpa ba-bi-bu langsung melesat terbang menuju Maji yang sedang asik merusak.Bahkan kedatanganku tidak disadari, sebelum jarak diantaranya, sudah sangat dekat
Ketika itu Maji baru sadar dengan keberadaan ku disaat jarak sudah 5 meter sebelum aku berhasil mendaratkan pukulan
Dan ketika ia berbalik badan. Terlihat wajahnya sangat terkejut, kedua matanya terbelalak dan mulutnya sedikit membuka namun tidak bersuara.
Dapat dilihat kalau Maji sangat terkejut hingga secara tidak sadar ia sudah terkena sebuah pukulan dariku tepat di pipinya
Buak...
Sebuah pukulan berhasil mendarat ke target sehingga dalam satu pukulan, Maji terjatuh dari tempatnya berdiri.
Dia terjatuh dari pundak raksasa hingga ke atap rumah hingga saat itu Maji langsung menghancurkan atap bangunan milik penduduk, beruntung sebelum jatuh ia sudah menyelimuti dirinya dengan auranya, sehingga ketika ia jatuh dia tidak menerima luka fatal
Tapi saat itu Maji masi terkejut bahkan matanya masih membulat menatapku yang sudah tiba setelah mendarat dari atas langit
"Siapa kamu?" Tanya Maji
"Maksudmu?" Aku justru malah bertanya balik, karena bingung akan ucapan lawanku
"Siapa kamu!! Kenapa kamu bisa menguasai sihir terbang!?"
"Ah.. tadi bukan sihir terbang melainkan sihir kecepatan, mungkin kamu salah melihat" ujarku sedikit berdalih
"Cih.. Omong kosong macam apa itu, jelas-jelas aku melihat sendiri kalau kamu terbang menggunakan sihir, dan aku juga tidak merasa kamu memiliki artefak, sebenarnya kamu ini apa? Dan lagi sihir terbang adalah sihir legenda, bagaimana mungkin kamu mendapatkannya!"
"Benarkah!"
"Tentu saja, sihir melawan hukum gravitasi adalah sihir langkah yang sudah ada ribuan tahun yang lalu, dan sihir tersebut sudah lama terpendam, aku tahu itu sebab aku sendiri yang membuang ilmu sihir tersebut setelah tahu kalau aku tidak bisa menggunakannya"
"Ribuan tahun yang lalu!!, berarti kamu sudah hidup selama itu?" Tanyaku
"Jangan bodoh itu adalah sihir generasi ku, dan tidak mungkin ada di masa kini, lagian jika seandainya adapun, mana mungkin ada orang yang bisa mempelajarinya, aku saja yang dijuluki sebagai penyihir agung, tidak bisa mengendalikannya"
"Mungkin aku hanya sedikit berbakat" jawabku dengan polos dan entengnya
"Ck.. jangan berkhayal, kau perlu tahu seorang penyihir membutuhkan waktu lama untuk bisa menciptakan satu sihirnya"
"Buset.. lalu aku ini apa, jika penyihir bertalenta saja butuh belajar untuk membuat sihir" batinku yang bertanya-tanya
"Aku tidak mengerti siapa kamu, tapi sepertinya kamu adalah sosok kuat disini" ujar Maji kembali berdiri dengan memancarkan aura kuat dari tubuhnya
"Aku hanya seorang anak kecil yang kurang pengetahuan, kok"
Duar..
Secara tiba-tiba muncul sebuah bayangan berbentuk tentakel yang muncul dari balik bayangan bawah kaki Maji. Tentakel itu meluncur secara Horizontal dan mengarah ke arahku
Beruntungnya aku berhasil menghindari serangan tersebut dengan insting, karena jika tidak nasibku akan sama seperti atap rumah yang bolong karena tajam nan kuatnya bayangan tersebut
"Kau hanya beruntung, karena setelah ini kau tidak akan bisa menghindar lagi" ucap Maji menyeringai sinis
"Sepertinya aku sudah salah berurusan dengan seorang musuh"
Dalam ketenangan aku mulai memfokuskan diri memperhatikan tentakel yang kini mulai berkelebat seperti cambuk mengelilingi Maji, bayangan itu dapat diterka jika itu adalah sihir yang kuat
Wooosshh....
Duar..
Suara dari tentakel yang mulai mengincar ku, aku yang kebingungan hanya bisa berlari menghindari setiap serangan yang datang
Tanpa memperdulikan, sihir yang akan aku gunakan untuk melawan balik
Karena memang saat itu fokusku hanya untuk menghindari setiap serangan, sebelum aku menemukan sebuah cela
Dimana aku merasa kalau mungkin ada peluang untukku bisa menang melawan Maji. Setelah sekian lama aku berlari kesana kemari aku mulai merasa ada sesuatu yang sedang menghampiri
Tekanannya sangat kuat dan firasatku langsung berkata kalau itu 'berbahaya'
Booomm..
Tiba-tiba dari atas kepala muncul sebuah tangan skeleton yang berusaha untuk memukulku, walau sebenarnya jika kena aku tidak hanya babak belur, mungkin seluruh tulangku bisa dibuatnya remuk
Aku lagi-lagi berhasil menghindari serangan dari tinju skeleton tersebut, karena jika telat sepersekian detik saja, sudah tidak terbayangkan kalau aku akan ikut remuk bersama rumah penduduk
Tetapi karena itu aku bisa melancarkan sebuah serangan balasan, dimana ketika debu masih menutupi jarak pandang antara aku dan Maji
Aku mengalirkan sihirku menjadi aura hingga ketika itu kobaran api mulai membara. Dan karena hal itu Maji dapat melihat kalau aku akan menggunakan sihir
"Hmm... Kamu pikir aku bisa kau kelabui" gumam Maji berusaha untuk berjalan mendekati Putra yang masih berusaha untuk mengeluarkan sihir
Blasshh..
Dari balik debu muncul sebuah bola api yang terarah pada Maji. Tentu Maji yang melihat itu hanya tersenyum remeh, kemudian menahannya dengan membentuk sebuah tangan yang menghalangi kontak antara api ku
"Kau pikir kau bis-." Belum sempat menyelesaikan kata-kata
Aku sudah muncul di belakangnya dengan membawa sebuah bola api di tangan
Maji ketika itu masih terkejut dan bingung bagaimana bisa lawannya menghilang secepat itu padahal dia adalah orang yang terkenal jauh lebih unggul dalam merasakan keberadaan seseorang
Dan ternyata memang benar, Putra tahu jika dirinya tidak mungkin bisa menghilangkan diri secepat itu dan muncul dibelakang lawan tanpa terdeteksi
Jadi saat debu masih bertebaran aku menciptakan bola sihir untuk mengalihkan perhatian Maji. Kemudian memaksakan diri menggunakan dua sihir sekaligus dimana ruang dan waktu dan bola api di waktu bersamaan
Jadilah seperti sekarang, aku berhasil berdiri di titik buta Maji.
Dimana aku langsung memukulkan sebuah bola api di tangan ke arah punggung Maji, hingga dalam waktu sesaat Maji terhempas menabrak dinding bangunan dan menyebabkannya hancur seketika itu juga
Duar..
"Serangan yang bagus" ujarku. Dimana tubuh mulai sempoyongan, karena memang untuk sekarang aku masih belum bisa mengontrol penuh sihirku
Jadi disaat raksasa Skeleton hendak memukulkan kembali kepalan tangan ke arahku, tanpa kusadari serangan tersebut telah berhenti di atas kepala dengan jarak 1 meter sebelum aku terhantam
Karena sebelum kena tinjuan raksasa, Rafel berhasil menciptakan sihirnya yang membuat skeleton tersebut diam mematung di waktu yang tepat.
Saat itu Rafel berlari ke arahku dan melontarkan sebuah pertanyaan. "Kamu baik-baik saja?" Tanyanya dengan wajah cemas
"Aku baik-baik saja, terimakasih Rafel, mungkin jika kamu tidak tepat waktu aku sudah dipastikan menjadi geprek oleh tangan raksasa ini" ujarku kemudian aku dan Rafel menjauh dari tangan raksasa tersebut
Setelah aman, Rafel kembali bertanya. "Dimana pengendaliannya?"
Aku tidak mengatakan apapun, melainkan hanya menunjuk ke arah dimana Maji sudah tertimpa oleh puing-puing bangunan yang hancur
"Kamu mengalahkannya?" Tanya Rafel sedikit tertegun ketika melihat arah yang aku tunjuk
"Haha.. aku hanya sedikit beruntung" jawabku sembari tersenyum
"Hahahaha.." suara tawa yang begitu nyaring terdengar dari balik puing-puing bangunan. Sesaat setelah itu terlihat Maji tengah keluar dari timpaan sambil mengusap-usap bibirnya yang mengalir darah
"Dia masih hidup!" Ketika itu aku terbelalak kaget, bagaimana tidak aku sudah melepaskan pukulan dengan sebuah sihir bola api tetapi dia masih dapat berdiri bahkan dirinya terlihat masih bersinergi
"Luar biasa, sudah lama aku tidak merasakan rasa sakit ini, kau adalah orang yang aku segani, anak muda" ujar Maji
Aku masih terbenam dalam rasa ketakutan, hingga mata masih terbuka lebar menatap sosok yang begitu kuat dan mengerikan
"Putra, ini bahaya" ujar Rafel berbisik padaku. Aku tahu sesuatu yang mustahil tidak mungkin bisa kita dapat dalam cara yang mudah, butuh perjuangan dan pengorbanan yang ekstra
Mungkin aku memang kuat secara akal, tetapi aku terlalu cepat untuk melawan seseorang yang sudah diperhadapkan perang dan kematian selama berkali-kali
Jauh dari kata kuat, dia adalah sosok yang tidak bisa dipandang sebelah mata, Maji yang sudah menghadapi berbagai situasi dan keadaan yang mengharuskannya berada diambang kematian
Berhasil membuatnya memiliki insting dan naluri yang siap bertempur.
Jadi aku yang sempat berpikir bisa mengalahkannya dengan satu sihir, sungguh terlalu naif dan terlalu dungu.
"Sepertinya kita akan segera tamat" ujar ku masih berdiri disamping Rafel yang sama denganku, sama-sama mengerutkan kening.
"Jangan menyerah" sahut Rafel. "Tapi tenagaku sudah habis"
"Aku yang akan menggantikan mu, bertarung dengannya" serunya. "Tidak, dia terlalu kuat dan sihirnya juga berbeda denganmu"
Ketika kami masih bertukar kalimat secara tiba-tiba Maji muncul di hadapan kami berdua dan menatap tajam ke arahku sembari berkata. "Apa yang kalian bicarakan!" Ucapan memancarkan aura mengerikan yang disertai senyuman sadis
"Rafel" teriakku
Belum sempat aku dan Rafel menghindar, kami berdua sudah lebih dulu terkena serangan dari sebuah tinjauan Maji
Buagh..
"Ukuh.." kami berdua sama-sama merintih kesakitan ketika perut kami tertekan dengan kepalan tangan yang begitu kuat.
Alhasil kami terjungkal ke belakang dengan terbanting hingga 5 meteran. Kala itu aku sudah tidak bisa bergerak, karena posisi sedang dalam keadaan tak berdaya
Apalagi ditambah dengan keadaan Rafel yang terluka, tentu aku semakin bingung harus berbuat apa, mungkin aku bisa menggunakan seluruh tenagaku untuk melakukan sihir ruang dan waktu jenis teleport tetapi bagaimana dengan Rafel.
Tetapi saat itu secara tiba-tiba muncul dalam benakku seseorang yang berkata dengan nada berat dan asing.
"Kenapa kau menjadi lemah, putra? Kenapa kamu memiliki simpati terhadap seseorang!, apa kamu lupa dengan dendammu?"
Suara itu muncul ketika raksasa Maji mulai terlepas dari segel formasi Rafel dan berusaha untuk menyerang kami ketika kami masih tergeletak tak berdaya.
Saat itu aku merasa ada sebuah tinjauan besar yang mengarah kearah pada ku
Tetapi aku tidak tahu jelas ke mana serangan tersebut akan mendarat, sebab aku sudah terbenam dalam keadaan yang sangat mengenaskan
Pandanganku kabur dan kepalaku berputar-putar, ditambah keningku meneteskan darah membuatku seperti sudah berada diambang kematian yang hanya bisa terbaring lemah menanti ajal menjemput ku.
Bersambung…
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments