Lana dan Sasa tampak menikmati mie ayam langganan mereka yang ada di kantin kampus.
"Enak sekali ini!" Sasa sampai mengelap keringatnya karena kepedasan.
"Jangan kebanyakan sambal, nanti kamu sakit perut, Sa."
"Sakit perut? Apa itu?" Sasa kembali menikmati mie ayamnya, dan sesekali dia meneguk es jeruknya.
"Sa, minum air putih dulu, biar tidak terasa terlalu pedas di mulutmu!" Lana memberikan botol minumnya.
"Iya! Ya ampun! Kamu ngalah-ngalahin mamaku saja!" Sasa meneguk botol minum Lana sampai setengah botol. "Enak sekali! Setelah ini aku mau makan bakso Mang Usup. Kamu mau juga?"
"Kamu kesurupan jin apa sih, sampai makan banyak banget hari ini?"
"Aku tadi belum sarapan pagi, Lana. Mamaku jam tiga pagi berangkat sama ayahku ke rumah nenekku karena nenekku sakit. Coba ada kamu, pasti ada yang buatin sarapan pagi ."
"Kalau begitu aku menginap saja di rumahmu?"
"Jangan! Kamu itu sudah menikah dan tidak sepantasnya tidur terpisah sama suamimu. Kecuali kalau suamimu pergi keluar kota, baru boleh menginap di rumahku."
"Keluar kota? Aku berharap Noah pergi ke luar angkasa sekalian saja."
"Ahahah! Memangnya ada tiket ke luar angkasa? Kamu mau bakso apa tidak? Biar aku pesankan."
"Aku sudah kenyang, apa lagi setelah melihat si Anoa itu."
Sasa beranjak dari tempatnya dan pergi ke stand penjual bakso kesukaannya.
"Hai, Lana!" sapa Bruno yang tiba-tiba berada di sana.
"Iya, Bruno," jawab Lana datar.
Bruno tanpa meminta izin langsung saja duduk di depan Lana. "Lana, nanti malam kamu ada acara tidak? Kalau tidak ada, aku mau mengajak kamu keluar. Aku jemput ke rumahmu."
"Eh, jangan!" seru Lana cepat. "Maksudku, aku tidak bisa pergi sama kamu soalnya aku mau membantu bibiku membuat kue. Bibiku dapat pesanan kue untuk besok pagi," Bohongnya Lana.
Wajah Bruno tampak kecewa. "Lana, katanya, kamu akan tetap menganggap aku teman, tapi kenapa kamu seolah menghindar dariku terus?" Bruno menunjukkan wajah melasnya.
Lana jadi merasa tidak enak melihat hal itu. "Tapi memang aku tidak bisa, Bruno. Bagaimana kalau lain kali saja saat aku memang tidak ada keperluan penting?"
"Benar, ya? Lain kali kamu harus mau aku ajak pergi. Eh, itu ada sisa makanan di bibirmu." Bruno tiba-tiba mengusap lembut tepi bibir Lana.
"Oh iya! Terima kasih." Lana reflek kaget sampai ikut memegang tepi bibirnya.
Sasa yang berdiri di dekat penjual bakso itu tampak tidak suka melihat Bruno mendekati sahabatnya itu. "Dia itu memang tidak pantang menyerah. Lihat saja nanti kalau dia tau Lana sudah menikah dengan Noah. Aku yakin dia akan nangis gulung-gulung." Sasa terkekeh.
"Tidak ada dadar gulung di sini, Non," celetuk si penjual bakso.
"Siapa yang cari dadar gulung? Oh ya! Aku pesan satu mangkuk lagi, tapi yang kuahnya banyak. Cepetan!"
***
"Aku kira Lana itu gadis yang baik, ternyata dia munafik. Katanya tidak suka pada Bruno dan malah menolak saat Bruno menyatakan cintanya, tapi sekarang dia malah berduaan sama Bruno. Sok menolak, padahal dia ingin terlihat dikejar-kejar sama cowok setajir Bruno," ujar Tania yang ke kantin bersama dengan Noah.
Noah pun seketika melihat ke arah Lana dan lelaki yang pernah berduel dengannya.
"Tania, aku berubah pikiran, aku tidak jadi makan di kantin." Noah melepaskan pegangan tangan Tania kemudian berjalan pergi dari sana.
"Loh, Sayang, kamu kenapa malah pergi?" Tania berlari mengejar Noah.
Tidak lama Sasa kembali dan dia membawa dua mangkuk bakso. "Eh ... eh! Awas!"
"Auw! Shit! Kamu bodoh sekali sih, Sa! Kenapa bisa sampai tumpah di bajuku?" Bruno berdiri dengan marah saat kuah bakso yang dibawa Sasa tumpah sebagian tepat di baju Bruno.
"Maaf, tadi tanganku tidak kuat bawa dua mangkuk bakso. Aku ganti deh baju kamu. Ini aku kasih uang untuk beli baju baru lagi." Sasa malah mengeluarkan dompetnya.
"Tidak perlu! Aku tidak butuh uangmu! Lagi pula aku cukup kaya untuk membeli baju sendiri."
Bruno dengan marah berjalan pergi dari sana. Lana masih kaget dengan apa yang terjadi barusan.
"Sa, kamu ceroboh sekali, sih!"
"Siapa yang ceroboh? Itu disengaja, Lana." Sasa malah duduk dengan santai setelah mengelap meja dan bangkunya yang kotor karena kuah bakso.
"Apa? Disengaja?" Lana tampak kaget.
"Em ... maksud aku ... iya itu kecerobohanku."
"Sa!" Lana mendelik.
Sasa malah meringis menunjukkan deretan giginya. "Iya, aku sengaja. Habisnya dia itu masih saja ngejar kamu, padahal kamu itu sudah menikah, Lana."
"Tapi dia itu tidak tau tentang pernikahanku, Sa."
"Oh iya, ya. Ya sudahlah! Ayo makan baksonya."
Lana melihat ada dua mangkok bakso. "Tapi aku tidak pesan bakso."
Sasa pun menarik mangkuk bakso Lana. "Ya sudah, aku makan semua saja."
"Wah bener-bener kesurupan jin kamu, Sa." Lana kembali mengambil mangkuk baksonya.
"Katanya tidak mau!"
"Aku kasihan sama cacing di perutmu kalau kebanyakan makan, nanti dia bisa gendut." Lana terkekeh dan kemudian mereka menikmati bakso pedasnya.
Beberapa menit kemudian. Kedua mata Sasa menangkap hal yang mencurigakan antara Noah dan Disya. Terlihat Disya menarik tangan Noah dan mengajaknya berjalan menuju area gudang kosong di belakang kampus.
"Lana, aku pinjam ponsel kamu, ya? Ponselku lupa aku taruh di kelas.
"Ambil saja," ucap Lana sembari menikmati baksonya.
Sasa mulai mengotak atik ponsel Lana, tapi dia merasa kesal karena hal yang dia cari malah tidak ketemu.
"Lana, kamu tidak menyimpan nomor suamimu?"
"Siapa? Si Anoa itu?" masih sibuk dengan pentol baksonya.
"Ya iyalah! Suami kamu siapa lagi memangnya kalau bukan si prince Noah?"
"Ada! Nenek Key yang menyuruhku menyimpan nomor si anoa, katanya kalau butuh apa-apa bisa langsung menghubungi dia. Huft! Malas sekali."
"Tapi kontaknya kok tidak ada?"
"Kamu mau kontaknya si anoa? Kalau mau tidak apa-apa, sekalian saja kamu rayu dia, biar dia jatuh cinta sama kamu dan menceraikan aku," ucap santai Lana.
"Wah! Kayaknya kamu yang kesurupan jin. Bicaranya tidak karuan. Enak saja aku disuruh merayu suamimu, aku ini bukan valakor." Sasa masih sibuk mencari sesuatu di ponsel Lana. "Lana, siapa nama Noah di kontak kamu?"
"Raja Iblis," jawab Lana enteng.
"Hah? Raja iblis? Keterlaluan kamu. Kontak suami di ponsel itu diberi nama sayang, cinta atau my hubby. Ini malah iblis. Jangan-jangan, nama kamu di kontak Noah, ratu iblis. Ahahahaha!" Sasa malah tertawa dengan senangnya.
Di dalam gudang kosong itu. Noah dan Disya sedang asik saling berciuman. Sampai akhirnya ponsel Noah berbunyi.
Noah membiarkan Disya menciumi bibirnya, sedangkan kedua mata Noah melirik pada layar ponsel karena dia ingin mengetahui siapa yang menghubunginya.
"Singa Betina?" ucap Noah dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Defi
kapan sadarnya ini si Noah, lihat Lana dengan Bruno marah. kalau dia boleh dengan semua orang 😜🤣
2023-12-16
2
sella surya amanda
next
2023-12-14
1
Hanisah Nisa
lanjut
2023-12-14
1