Tidak lama terdengar suara motor seseorang berhenti di depan rumah Lana.
Bibi Maya langsung berdiri karena mengetahui siapa yang datang. "Selamat datang, Tuan Muda Noah, mari silakan masuk." sambut Bibi Maya dengan senang.
"Terima kasih, Bi." Noah datang ke sana dengan Danang.
Noah berjalan masuk dan melihat sekilas pada Lana yang juga menangkap tatapan Noah.
"Lana, menikah dengan cucuku."
"Seperti yang aku bilang sama Nenek tadi, aku tidak mau menikah dengan Noah." Lana menatap tajam pada Noah.
"Lana, apa yang terjadi dengan kamu dan cucuku adalah hal yang tidak bisa dianggap sepele. Kalian berdua harus segera menikah."
"Tapi, Nek. aku tidak mau menikah dengan cucu nenek yang playboy itu."
"Bagaimana jika kamu hamil anak dari cucuku karena kejadian malam itu?"
"Apa?" Noah dan Lana sama-sama terkejut mendengar apa yang baru saja Nenek Key katakan.
"Apa? Lana hamil?"
Tiba-tiba suara Sasa terdengar di depan pintu rumah Lana.
Semua orang seketika melihat ke arah Sasa.
"Sa? Kamu kenapa ada di sini?" tanya Lana heran.
Sasa berjalan masuk dan dia menyapa semua yang ada di sana. "Maaf, kalau aku tiba-tiba datang, aku tadi mengkhawatirkan kamu, Lana. Makannya, setelah selesai kegiatan di kampus aku datang ke sini. Eh, Lana, tapi apa kamu beneran hamil anaknya Noah?" tanya Sasa melihat serius pada Lana.
"Lana tidak mungkin bisa hamil secepat itu, Nona yang manis. Nanti setelah tiga Minggu setelah kejadian malam itu, baru bisa dipastikan, atau dua Minggu setelah Lana terlambat datang bulan, itupun harus dicek darah guna benar-benar memastikan Lana hamil atau tidak," Danang malah dengan gamblang menjelaskan masalah itu.
"Kenapa kamu pandai sekali tentang masalah seperti ini, Danang?" tanya Noah heran.
"Taulah, mba Dila dulu pernah mengajakku untuk memeriksakan dirinya di dokter kandungan dan aku mendengar dokter kandungan menjelaskan banyak hal, termasuk waktu pembuahan itu terjadi."
"Tapi Lana tidak mungkin hamil, Nek. Aku dan dia hanya sekali saja melakukan hal itu."
"Jangan bicara seperti itu, Noah. Hal itu bisa saja terjadi apa lagi jika waktu itu adalah waktu subur Lana. Aduh!" Danang malah mendapat lemparan ponsel milik Noah.
"Kamu itu temanku, atau musuh dalam selimut?"
"Aku hanya coba menjelaskan apa yang aku tau, Noah."
"Lana, kalau sudah seperti ini memang seharusnya kamu dan Noah harus menikah." Tangan Bibi Maya mengusap lengan tangan Lana.
Lana tampak terdiam sejenak. Dia memikirkan juga perkataan nenek tadi.
"Lana, saya mohon untuk kamu memikirkan hal ini baik-baik. Selain tentang nama baik keluarga Ruiz, saya juga ingin Noah bisa bertanggung jawab dengan apa yang sudah dia lakukan."
Tiba-tiba nenek Key memegang dadanya dan wajahnya terlihat menahan rasa sakit.
"Nek, apa Anda baik-baik saja? Obatnya sudah Nenek minum 'kan?" tanya Paman Arya yang seketika khawatir melihat keadaan Nenek Key.
"Aku baik, Arya. Lana, bagaimana?"
"Nek," panggil Noah.
"Diam, Noah!" Nenek Key sembari memegang dadanya menatap tajam pada cucunya itu.
Lana sekali lagi hanya bisa terdiam. Dia bingung harus mengatakan apa?
***
Terlihat seorang gadis sedang duduk di atas tempat tidur yang sudah dihias sedemikian rupa indah.
"Aku mau menikah dengan Noah, tapi dengan syarat, Nek."
"Katakan saja apa yang ingin kamu ajukan Lana?"
Lana menatap datar pada Noah yang hanya bisa terdiam. "Aku dan Noah akan menikah, tapi jika dalam beberapa bulan ke depan, aku tidak hamil, aku mau bercerai dengan Noah."
"Setuju," jawab Noah cepat.
Nenek Key menarik napasnya panjang. "Kenapa harus seperti itu? Kalaupun kalian tetap menjadi suami istri selamanya juga nenek akan senang."
"Aku tidak mau memiliki suami yang sama sekali tidak bisa menghormati seorang wanita, apa lagi dia suka sekali berbuat arogan dan suka sekali mabuk," terang Lana dengan kedua mata tetap menatap tajam pada Noah.
"Kamu pikir, aku juga mau memiliki istri seperti singa betina seperti kamu?"
"Noah!" seru neneknya marah.
Lana seketika sadar akan lamunannya setelah mendengar suara Bibinya masuk ke dalam kamar.
"Kamu cantik sekali, Lana. Bibi tidak menyangka jika impianku melihat kamu menikah dengan orang yang tepat akan terwujud."
"Dia bukan orang yang tepat, Bi. Bibi juga harus ingat, jika pernikahan ini terjadi hanya sampai beberapa bulan ke depan saja. Kalau aku tidak hamil, aku akan meminta cerai langsung sama Noah.
"Ih! Coba itu bibi tidak dipakai lipstik, sudah bibi tampar. Pernikahan kamu ini bukan main-main, bagaimanapun juga kamu dan Noah menikah secara serius dan sah.
Lana kembali terdiam dan sekali lagi melihat dirinya pada cermin. Lana seolah mengasihani dirinya sendiri saat ini.
Di lantai bawah, Noah tampak menyesap rokoknya, dia sepertinya sedang mencoba menenangkan dirinya.
"Noah, kamu sudah menghafalkan ijab qobulnya? Kamu, kalau bisa hanya sekali tarikan napas saja saat mengatakan ijab qobul karena kalau tiga kali salah, nanti kamu dan Lana batal menikah," terang Danang.
"Malah itu yang aku harapkan," ucap Noah enteng.
"Hush! Jangan bicara begitu, kamu tidak kasihan sama nenekmu kalau acara pernikahan ini sampai batal? Lihat saja kemarin di rumah Lana dia terlihat jantungnya sakit."
Noah mencoba menahan rasa kesal dan sesak yang sekarang dia rasakan.
Waktu sudah menunjukan pukul delapan pagi. Semua yang hadir di sana mulai merapat pada tempat ijab qobul.
Pernikahan Noah dan Lana saat ini dilaksanakan secara kekeluargaan saja dan di rumah besar milik Noah. Noah dan Lana setuju jika mereka menyembunyikan pernikahan ini dari orang-orang dan bahkan teman kampus mereka. Hanya Sasa dan Danang yang mengetahui pernikahan mereka.
"Lana ...! Akhirnya kamu sah menjadi istri dari Noah. Huah! Aku jadi pengen nangis saja! Stok idolaku sudah sold out dan dia sama sahabatku."
Sasa berjalan masuk ke dalam ruangan di mana Lana menunggu sampai Noah selesai mengucapkan ijab qobul.
Ada sesuatu yang saat itu menusuk tajam pada hati Lana. Kenapa dia harus mendapatkan hari bahagia dengan pria yang sama sekali tidak dia inginkan? Seharusnya tidak seperti ini, tapi lagi-lagi takdir hidupnya terasa sangat menyakitkan.
"Lana, ayo kita turun ke bawah dan kamu bisa bertemu suamimu!" Sasa malah yang seolah dialah pengantin wanitanya.
"Apa harus bertemu, ya?"
"Tentu saja harus bertemu dan nanti kalian akan menandatangi buku nikah kalian. Ayo!" Tangan Bibi Maya menggandeng lengan Lana.
Lana tampak malas untuk berjalan turun, kalau bisa mereka tidak perlu bertemu dan saling hidup berpisah sampai nanti Lana tau dia hamil atau tidak.
"Noah, lihat itu istrimu, dia cantik sekali memakai kebaya pengantin itu. Warna putih itu cocok sekali dengan kulit putihnya Lana.
Noah niatnya hanya melihat sekilas, tapi matanya malah tidak mau pergi dari sosok wanita yang sedang turun dari anak tangga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Defi
udah deh Noah mengaku saja jangan tutupi lagi kalau sudah mulai ada hati pada Lana 😄
2023-12-10
2
Defi
yuk kuat yuk Lana, semoga saja Noah sadar dan bisa menjadi sosok suami yang baik untuk kamu
2023-12-10
1
Siti Mariatun
Alhamdulillah..
udah sah mudah2 an Lana hamil
2023-12-10
1