Lana melihat lelaki di sebelahnya memperhatikan dirinya dari atas ke bawah dan tentu saja membuat Lana menjadi takut, apa lagi lelaki itu seketika fokus pada leher Lana.
"Totalnya Lima puluh empat ribu, Mba," ucap mas kasir.
Lana segera memberikan selembar uang seratus ribuan. Setelah mendapat kembalian, Lana segera berjalan keluar.
Lana sedikit berlari sembari menengok ke belakang, untuk memastikan lelaki itu tidak mengikutinya.
Bruk!
"Aduh!"
Lana yang tidak melihat ke arah depan malah menabrak tubuh seseorang.
"Mata kamu ke mana?" oceh pria yang Lana tabrak.
"Aku minta—." Bibir Lana seketika terdiam melihat siapa yang dis tabrak.
"Oh my God!"
"Hei! Ini." Tangan lelaki yang ada di dalam supermaket tiba-tiba menarik lengan Lana
Lana seketika ketakutan, bahkan wajahnya sampai pucat. Dia seolah teringat malam kejadian dengan Noah.
"Pergi!" usirnya dengan keras.
Noah yang melihat hal itu menarik lengan Lana sampai lelaki itu melepaskan pegangannya.
Noah menempatkan Lana tepat di belakangnya. "Kamu ada urusan dengan gadis ini?" tanya Noah tegas dengan menatap tajam lelaki di depannya.
"Kamu pacarnya? Aku minta maaf. Ini uang kembalian pacar kamu tadi jatuh." Lelaki itu tampak takut melihat alis tebal Noah yang hampir saja menyatu.
"Sini!" Noah mengambil uang itu dengan kasar. "Pergi sana!"
Noah berbalik dan melihat Lana memeluk tas plastik belanjaannya dengan wajah takut. Lana ini sebenarnya gadis yang pemberani dari waktu dia duduk di bangku sekolah, tapi sejak kejadian dengan Noah, dia seakan trauma kalau bertemu pria yang sekiranya tampangnya tidak baik.
"Ini uang kamu." Noah menyodorkan uang kembalian Lana, tapi Lana yang masih trauma melihat Noah seketika berlari dari sana. Noah hanya diam melihat sikap Lana. "Kenapa dia bisa di sini? Apa dia tinggal di daerah sini?
"Noah, kamu kenal dengan gadis itu?" tanya Danang yang memang ke sana bersama Noah.
"Aku tidak kenal." Noah memasukkan uang Lana pada sakunya.
"Dia cantik sekali, ya. Kira-kira rumahnya di sebelah mana? Siapa tau aku bisa kenalan sama dia," ucap Danang tampak terpesona melihat wajah Lana.
"Sudah! Kamu jangan memikirkan masalah cewek. Hidup kamu saja belum beres." Noah berjalan santai menuju supermarket.
"Memangnya kenapa kalau aku punya pacar? Kamu takut tersaingi sama aku? Tenang saja Noah, aku kalau punya pacar cuma satu karena aku ini tipe pria setia, tidak seperti kamu. Setia, Setiap Tikungan Ada." Danang malah tertawa dengan kerasnya.
Tuk!
"Aduh! Sakit Noah;" ujar Danang kesal sembari mengusap-usap kepalanya karena ditimpuk topi yang tadi Noah pakai.
"Ambil topiku lagi! Itu topi mahal!" ucap Noah sembari berjalan santai masuk ke supermarket.
Lana yang sudah di dalam rumah Sasa tampak memeluk bantal di kamar Sasa. "Aku tadi sudah mengunci pintu belum, Ya? Sudah sepertinya." Lana benar-benar terlihat ketakutan sendiri.
Noah dan Danang duduk di depan teras rumah sederhana milik Danang. Mereka berdua tampak menikmati cemilan dan minuman kopi dingin yang ada di dalam kemasan kaleng.
"Kenapa di supermarket itu tidak ada minuman yang enak untuk diminum?" oceh Noah.
"Lah, ini enak. Rasa cappucino. Segar!" Danang memegangi tenggorokannya saat minum itu masuk ke kerongkongannya.
"Maksud aku minuman enak itu, minuman yang ada alkoholnya. Lain kali aku bawakan whiskey untuk kamu simpan di rumahmu. Jadi, kalau aku ke sini, kamu bisa menyuguhkan minuman itu saja."
"Astaghfirullah, Noah! Punya temen satu lucnut amat yak! Kalau ada minuman itu di rumahku, yang ada botol serta isinya pindah ke kepalaku. Kamu tidak tau bapakku saja. Aku saja kalau ditanya soal temenku, yaitu kamu, aku selalu bilang kalau kamu itu anak yang baik dan ibadahnya tekun. Kalau tau kamu suka ke club malam dan minum-minum, apalagi pacarnya banyak, bisa-bisa aku di ruqyah dan tidak boleh berteman sama kamu."
"Kenapa tidak mengatakan hal yang jujur saja. Aku juga tidak akan peduli kalau bapakmu tidak suka sama aku," ucap Noah enteng.
"Hem! Capek dah bicara sama orang satu ini. Kok ya pas dia ke sini bapakku dan ibuku tidak di rumah," gerutu pelan Danang.
"Oh ya, Danang, aku sudah bicara sama nenekku tentang pekerjaan yang bisa kamu lakukan nanti di kantor nenekku."
"Lalu, nenek kamu bilang apa?" tanya Danang semangat.
"Belum dijawab. Aku disuruh menunggu nenekku pulang dulu, dan nanti dia akan membuat kesepakatan denganku. Aku sendiri bingung kesepakatan apa yang dimaksud sama nenekku?" Noah menyesap rokoknya sampai habis.
"Kesepakatan? Noah, aku di kantor nenekmu hanya melamar menjadi office boy. Nenekmu sampai mengajak kamu membuat kesempatan. Kok aneh dan mencurigakan, ya?" Danang tampak berpikir sebentar.
"Kenapa kamu ikut memikirkan hal itu. Aku saja tidak terlalu peduli. Oh ya! Kamu tidak kuliah?"
"Diingatkan lagi." Danang memandang Noah dengan malas. "Aku 'kan sudah bilang kalau aku itu sudah keluar dari tempat kuliahku karena tidak ada biaya. Kamu sendiri yang tidak ada masalah dengan biaya kuliah kenapa tidak kuliah, malah nongkrong di rumahku?"
"Aku malas masuk kuliah." Noah sebenarnya bolos kuliah karena dia tidak ingin bertemu dulu dengan Lana, tapi tadi malah ketemu.
"Ya Tuhan! Dia bisa kuliah, malah malas. Kenapa tidak aku saja yang jadi cucunya nenek Key dan kamu yang jadi anak bapak dan ibuku," celoteh Danang.
"Mau kamu jadi anak yatim piatu seperti aku?"
"Astaghfirullah! Tidak jadi kalau begitu. Aku sayang sama bapak dan ibuku, Noah." Danang mengelus-elus dadanya.
"Assalamualaikum."
"Waalaikum salam."
Tiba-tiba di rumah Danang kedatangan seorang gadis manis anak dari tetangga sebelah rumah Danang.
"Mas Danang, ini Yati bawakan kue klepon yang enak, tadi Yati baru saja membuatnya." Gadis bernama Yati itu memberikan sepiring kue klepon pada Danang.
"Terima kasih, ya Yati. Ini kesukaan Mas Danang dan temen Mas Danang." Danang tampak melirik pada Noah.
"Iya sama-sama," ucap Gadis yang baru lulus SMA itu. Gadis itu tampak malu-malu melihat dari tadi pada Noah yang di mana Noah malah asik menikmati kacang kulitnya.
Danang yang melihat dari tadi anak tetangganya itu melihat pada Noah, dia kemudian memperkenalkan Noah pada gadis itu.
"Noah," ucap Noah malas.
"Yati. Mas Noah suka kue apa selain klepon? Nanti Yati bikinkan kalau Mas Noah datang ke sini."
"Aku tidak suka kue apa-apa. Kamu punya whiskey, tidak?" tanya Noah ngasal.
"Hah? Apa itu whiskey?" Wajah gadis itu tampak bingung.
"Astaghfirullah! Noah! Eh, Yati, kamu pulang dulu sana, ibumu sepertinya mencari kamu itu. Kamu biasanya 'kan nimba air di jam segini. Pulang dulu sana! Terima kasih ya, kuenya."
Danang mendorong tubuh Yati sampai keluar dari pagar rumah.
"Aduh! Ini anak kenapa sih sebenarnya? Masak anak baru lulus SMA ditanyai soal Whiskey."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Defi
ajak sekalian Noah, biar barengan diruqiyahnya sama Bapakmu Nang 🤭
2023-12-09
0
sella surya amanda
lanjut
2023-12-03
1
Sophia Aya
Noah kesambet di minimarket 😅😅
2023-12-03
2