"Astaghfirullah! Siapa yang mau bunuh diri? Punya teman seperti kamu itu sayang kalau harus ditinggalkan." Danang gantian terkekeh.
"Lalu, untuk apa kamu ke sini?"
"Aku sedang membetulkan pipa di rumahku, dan aku butuh beberapa selotip dan gunting juga."
"Oh... aku kira kamu sudah bosan hidup."
"Enak saja, aku masih ingin mewujudkan mimpi bapakku menjadi seorang pengusaha sukses."
"Iya-iya! Kalau begitu cepat belinya karena aku ingin sekali segera tidur."
Danang masuk ke toko itu, dan kebetulan keadaan di sana sedang sepi. Noah memilih menunggu di depan.
"Permisi, Mba," panggil Danang.
"Iya ada yang bisa saya bantu?" jawab Lana melihat Danang.
"Saya mau beli selotip dan gunting yang agak besar, tapi tadi saya cari tidak ketemu guntingnya. Apa boleh minta tolong untuk dicarikan?"
"Oh iya! Kamu tunggu sebentar." Lana mengambilkan guntingnya ke dalam gudang yang tidak jauh dari tempatnya.
Setelah menemukannya, Lana segera kembali dan pandangan matanya tampak sedikit terkejut saat melihat siapa lelaki yang sekarang berdiri di depannya.
"Ini guntingnya." Lana menyerahkan gunting yang dicari Danang. "Lelaki brengsek ini! Kenapa bisa bertemu dia lagi?" Lana pun menggerutu di dalam hatinya.
"Berapa?" tanya Noah sambil mengeluarkan uang seratus ribuan. Noah terus melihat ke arah Lana
"Tiga puluh ribu," jawab Lana ketus.
Noah meletakkan uang seratus ribuan di meja dan dia berlalu pergi keluar dengan Danang
"Kembalian kamu!" teriak Lana.
"Ambil saja!" seru Noah tanpa menoleh dan tetap berjalan menuju pintu keluar toko itu.
Lana yang melihat hal itu tampak semakin kesal, padahal dia masih akan mencarikan kembalian untuk uang Noah.
Noah yang sedang membuka pintunya tampak kaget saat seorang gadis tiba-tiba memeluk dirinya dari belakang.
"Noah, aku merindukan kamu."
"Lepaskan!" Noah melepaskan tangan gadis itu dengan kasar.
"Rose? Kamu Rose 'kan?" tanya Danang yang mengenali salah satu teman kuliahnya.
"Noah, maafkan kakakku, aku tidak menyangka kamu akan keluar dari kampus gara-gara dia."
"Aku yang memutuskan keluar dari kampus itu."
"Noah, aku rela memberikan segalanya sama kamu, tapi aku mohon jangan meninggalkan aku." Mohonnya.
Lana yang mendengar keributan itu, dia mengintip dari balik jendela tokonya. "Kasihan sekali gadis itu, dia benar-benar laki-laki brengsek," gerutu Lana. "Dia tadi di kampus sudah berbuat hal tidak senonoh, sekarang ada gadis lain yang dia buat sedih. Dasar playboy!" cibir Lana sekali lagi.
"Rose, aku sudah tidak ada urusan denganmu," jawab Noah singkat.
"Noah, kasihan dia." Danang yang melihat seorang gadis menangis tampak kasihan.
"Danang, masuk mobil!" perintah Noah dengan nada marah.
Danang yang memang tidak berani jika sahabatnya sudah mode muka sangar begitu langsung masuk ke dalam mobilnya.
"Noah, aku mohon dengarkan aku dulu."
Noah sama sekali tidak memperdulikan tangisan gadis itu, dia segera masuk ke dalam mobil dan mengendarai mobilnya melaju cepat.
"Noah, aku masih ingin hidup," kata Danang pelan. Danang yang duduk di samping Noah tampak berpegangan dengan erat.
"Aku tidak peduli," jawab Noah singkat.
"Ya Tuhan, selamatkan aku," kata Danang sambil memejamkan kedua matanya.
Beberapa menit kemudian Noah menghentikan mobilnya. "Hei, sudah turun!" seru Noah.
"Hah! Apa kita sudah sampai?" Danang membuka matanya
"Turun!"
"Haduh! Selamat." Danang mengelus dadanya. "Noah, terima kasih, ya," ucapnya lagi.
"Hem!" Noah hanya menjawab dengan deheman.
Setelah Danang turun, Noah pulang ke rumahnya, dia menghubungi neneknya.
"Sayang, hanya untuk itu kamu menghubungi nenek malam-malam begini," kata wanita tua itu.
Nenek Noah sedang berada di Kanada, di sana malam hari, sedangkan di tempat Noah masih siang.
"Aku harus segera mengatakannya pada Nenek."
"Baiklah, tunggu nenek pulang dan kita akan buat kesepakatan."
"Kesepakatan?"
"Iya cucuku, sudah saatnya kamu melaksanakan apa yang menjadi tanggung jawabmu."
"Maksud Nenek?"
"Tunggu nenek pulang, ya. Nenek menyayangimu."
"Oke!" Noah menutup teleponnya.
Noah sekarang bertanya-tanya tentang kesepakatan apa yang di maksud oleh neneknya?
Malam itu Noah yang bosan berada di rumah besarnya sendirian memilih pergi ke club malam. Dia pun tampak menegak minuman beralkohol kesukaannya.
"Sayang, kita mencari tempat untuk bersenang-senang. Bagaimana?" tanya seorang wanita penghibur yang menemani Noah.
"Baiklah," jawab Noah.
Noah yang setengah mabuk mengemudikan mobilnya dengan wanita penghibur duduk di sebelahnya.
Saat melintasi depan toko besar di mana Lana berkerja, dia melihat Lana sedang menutup toko pintu itu separuh. Entah apa yang terbesit di dalam hati Noah sampai memutar mobilnya dan berhenti tepat di depan toko itu.
"Kamu mau apa?" tanya wanita di samping Noah.
"Membeli sesuatu."
Noah turun dan segera menghampiri Lana. "Aku butuh selotip. Apa ada?" suara Noah mengagetkan Lana sampai Lana menabrak Noah.
"Kamu?" Lana mendelik kaget saat tau yang ada di sana saat ini adalah Noah.
"Aku butuh selotip besar," kata Noah lagi
"Maaf tokonya sudah tutup," kata Lana ketus.
"Tutup?" Noah melihat pintu yang masih terbuka separuh. "Aku akan ambil sendiri."
"Hei... Sudahlah! Tokonya tutup, kita pergi saja, aku ingin cepat-cepat bersenang-senang denganmu," teriak wanita penghibur yang menunggu di depan mobil.
"Cih! Menjijikan. Dia bersama wanita lain," umpat Lana kesal.
Noah malah menyelonong masuk ke dalam. Lana yang melihatnya segera mengejar Noah. "Apa kamu tidak dengar? Ini sudah tutup!" Lana menarik kemeja Noah dari belakang. Noah yang menoleh malah mendorong Lana ke tembok dan menghimpitnya.
Noah menatap Lana lekat. "Kamu cantik juga, pantas pria tua itu menyukaimu," oceh Noah.
"Kamu bicara apa sih?" Lana berusaha melepaskan diri dari Noah karena indra penciuman Lana menangkap aroma wine dari mulut Noah. "Kamu mabuk? Minggir!" Tangan Lana mendorong Noah.
"Jangan sok suci kamu!" Noah malah memegangi kedua lengan Lana.
"Apa sih maksud kamu? Lepaskan!" Lana berusaha melepaskan tangan Noah.
Namun, hal itu malah memancing emosi Noah. Noah memegang kedua tangan Lana dan meletakkannya di atas kepala Lana. Sedetik kemudian, bibi Noah sudah melumat bibir Lana dengan kasar.
Lana ingin sekali berteriak, tapi bibirnya benar-benar dibungkam oleh bibir Noah. Lana kemudian berusaha dengan sekuat tenaganya mendorong Noah, tapi tetap saja tidak bisa.
Noah yang akhirnya puas memberi ciuman pada Lana. Dia melepaskan ciumannya.
"Ah...." Lana mengambil nafas panjang karena hampir tidak bisa bernafas.
Noah yang melihat hal itu malah tertawa bahagia. "Bagaimana rasanya? Apa lelaki tua itu bisa melakukan sebaik diriku?" tanya Noah dengan ekspresi muka seolah menertawakan Lana.
"Dasar brengsek!" Lana benar-benar marah dengan Noah. Lana mencoba menghapus bekas ciuman Noah pada bibirnya.
"Jangan sok jadi gadis baik-baik! Kamu pasti sudah pernah melakukan lebih dari itu."
"Brengsek! Pergi kamu dari sini!" Lana mendorong tubuh Noah.
Noah malah memberikan smirknya, kemudian mengeluarkan lima lembar uang seratus ribuan. "Untuk membayar ciumanku barusan. Bukannya kamu suka uang."
Noah keluar dan masuk ke mobilnya, meninggalkan Lana yang masih meratapi kejadian yang baru saja menimpanya.
"Dasar, pria kurang ajar! Kenapa dia bisa menciumku dan mengatakan aku sudah terbiasa dengan ciuman seperti itu?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Defi
wah, ada bau-bau salah paham ini.. apa sebenarnya Noah mencintai Lana
2023-12-04
2
Siti Mariatun
lanjut thor seru
2023-11-29
2
sella surya amanda
lanjut
2023-11-29
2