Lana duduk saling berdampingan dengan Noah—pria yang baru saja disahkan menjadi suaminya.
Mereka berdua tampak sedang menandatangi buku pernikahan mereka dan disaksikan keluarga besar di sana.
"Sa, aku tidak menyangka jika impianku melihat Lana menikah dengan pria yang mapan dan tampan akan terwujud secepat ini." Bibi Maya mengusap lembut air matanya.
Sasa pun tampak menitikkan air mata, dia tidak hanya menangis melihat sahabatnya menikah, tapi dia menangis karena Lana menikah dengan pria yang sangat dia sukai di kampus.
"Kalian sekarang sudah sah menjadi suami dan istri, semoga kalian berdua bisa mengarungi bahtera rumah tangga dengan bahagia. Jika ada masalah nantinya, kalian harus bisa menyelesaikan dengan saling bicara baik-baik, dan dari hati ke hati karena suatu pernikahan itu adalah hal yang sakral, kalian sebagai suami istri harus bisa menjaga ikatan suci ini dengan sangat baik. Itu saja pesan Bapak sama kalian berdua. Sekarang kamu bisa mencium istrimu, Noah," ucap Bapak Penghulu yang langsung membuat kedua mempelai pengantin itu sama-sama mendelik.
"Menciumnya?" tanya Noah kaget.
"Tidak perlu, Pak!" seru Lana cepat.
"Noah, Lana." Nenek Key seketika mengingatkan mereka dengan isyarat matanya.
Noah kemudian mencoba mengkondisikan suasana. Dia mengulurkan tangannya dan Lana yang melihat aneh mendapatkan isyarat mata dari Noah agar mau mengecup punggung tangannya.
Lana pun akhirnya melakukannya dan Noah mendekat mengecup kening Lana dengan lembut.
"Selamat buat kalian berdua!" Danang bertepuk tangan dengan senangnya.
Acara pun diteruskan dengan jamuan makan bersama di kebun belakang rumah Noah. Acara di sana benar-benar sangat privat. Ini semua juga atas permintaan Noah dan Lana.
"Noah, aku senang melihat kamu akhirnya memiliki masa depan yang cerah."
"Cerah apanya? Masa depanku gelap setelah ini. Kenapa juga aku harus menikah dengan Lana. Tunggu saja sampai Lana benar hamil atau tidak, nanti kalau dia hamil aku tetap akan bertanggung jawab memenuhi semua kebutuhan anak itu."
Cetak!
"Aduh! Kenapa menjitak kepalaku, Danang? Kamu berani sama aku?" Wajah Noah terlihat marah.
"Sebenarnya, aku tidak berani sama kamu, tapi ucapanmu sudah keterlaluan! Anak itu, dia anak kamu, darah dagingmu. Seenaknya berkata seperti itu. Noah, anak itu anugrah terindah yang Tuhan berikan sama kita karena adanya anak, kamu bisa disebut ayah dan Lana disebut ibu. Males aku lama-lama berteman sama kamu." Danang beranjak dari tempat duduknya dan berjalan menjauh dari Noah.
Noah duduk di tempatnya, dengan memutar putar batang rokoknya yang belum dia nyalakan.
"Semoga saja kejadian malam itu tidak membuat Lana hamil." Noah berdialog sembari melihat pada Lana yang sedang berbincang dengan neneknya.
***
Acara pernikahan Lana pun berakhir semua orang sudah pulang ke rumah masing-masing. Sekarang di dalam kamar besar milik Noah yang di dominasi warna hitam, terlihat Lana duduk di dekat jendela dengan masih menggunakan kebaya pengantinnya lengkap dengan atributnya.
"Oh Tuhan! Kenapa harus begini? Seharusnya dari awal aku tidak perlu menyetujui menerima permintaan pernikahan itu. Biar saja aku menunggu sampai aku benar-benar hamil atau tidak, dan kalaupun hamil aku lebih baik menghilang saja pergi dari kota ini dan membesarkan anakku sendiri." Lana menundukkan kepalanya.
Tidak lama terdengar suara pintu kamar mandi di buka dan keluar pria yang sama sekali tidak ingin Lana lihat.
Noah yang hanya menggunakan handuk menutupi bagian pinggang sampai atas lutut tampak berjalan santai sembari mengeringkan rambutnya dengan handuk.
Noah hanya melihat sekilas pada Lana yang juga melihatnya.
Noah berjalan masuk ke dalam walk in closetnya untuk berganti baju.
"Awas saja kalau dia ingin meminta haknya sebagai suami. Aku pukul saja kepalanya sampai pingsan," Lana berdialog sendiri.
Beberapa menit kemudian, Noah keluar dari ruangan berganti bajunya dengan memakai kaos hitam dan celana senada, tidak lupa dia juga menggunakan jaket kulit hitamnya.
"Kamu mau keluar?"
"Tentu saja, kamu kira aku akan menghabiskan malam pernikahan denganmu. Aku lebih baik bersenang-senang di luar daripada harus bersama dengan singa betina sepertimu."
Lana seketika berdiri dari tempatnya dan mengambil kunci motor Noah yang diletakkan di atas meja. Dia memberikan langsung ke tangan Noah.
"Secepatnya saja pergi dari sini karena aku juga tidak ingin menghabiskan malam pernikahan dengan kamu, Noah."
Noah melihat tajam pada Lana dan dia segera pergi dari sana. Lana terlihat sangat lega saat pria itu sudah tidak ada di kamar.
"Lebih baik sekarang aku mandi dan beristirahat."
Lana masuk ke dalam kamar mandi untuk mandi. Di lantai bawah, Noah yang sudah di atas motornya yang berjalan menuju gerbang besar utama rumahnya, seketika menghentikan laju motornya.
"Kamu mau ke mana?" tanya Nenek Key yang ternyata menghadang Noah tepat di depan gerbang besar utama rumahnya. Nenek Key berdiri dengan bersidekap dada sembari menatap Noah dengan tajam.
"Nenek? Kenapa Nenek ada di sini?"
"Ini adalah malam pernikahanmu dan tidak sepantasnya kamu keluar meninggalkan istrimu sendiri di dalam kamar. Kembali, Noah."
"Huft! Lana itu tidak perlu aku temani, Nek. Dia saja berharap aku tidak ada di sana. Nek, Nenek lupa aku dan Lana menikah karena apa? Sudahlah, Nek, aku mau pergi. Kepalaku mau pecah rasanya harus bersama dengan singa betina itu." Noah menyalakan mesin motornya.
"Jika kamu tetep pergi dari sini malam ini. Maka, besok pagi kamu tidak akan bertemu dengan Nenek selamanya."
"Apa? Nenek mau bunuh diri?" tanya Noah dengan wajah kagetnya.
"Nenek tidak akan bunuh diri, tapi nenek akan menutup diri untuk tidak bertemu denganmu dan bahkan mengenalmu lagi."
Wanita tua itu berjalan melewati Noah. Noah yang masih terdiam di atas motornya seketika memutar balik motornya dan kembali ke rumah utama melewati neneknya.
"Anak itu, kenapa dia tidak bisa bersikap lebih dewasa? Semoga saja Lana hamil agar pernikahan ini tetap berlanjut sampai akhirnya mereka menemukan apa arti dari suatu hubungan pernikahan dan tentunya cinta," Nenek Key berdialog sendiri.
Di dalam kamar. Lana tampak melongo melihat isi salah satu lemari baju di sana. Nenek Key ternyata sudah mempersiapkan beberapa baju untuknya di sana. Ada gaun pesta, baju yang bisa digunakan untuk kuliah, baju santai dan juga piyama tidur. Tidak lupa ada juga pakaian dalam milik Lana yang satu set semuanya baru.
"Kenapa harus membeli baju sebanyak ini? Aku bisa saja memakai bajuku yang sudah ada, lagi pula kalau nanti aku tidak hamil, aku akan secepatnya angkat kaki dari rumah ini."
"Apa yang kamu lakukan di sini, Singa betina?"
Kedua mata Lana seketika mendelik mendengar suara yang dia kenali dari arah belakang.
"Noah?"
Lana yang baru saja masih memakai handuk sebatas dada sampai atas lutut seketika melangkah mundur.
"Eh ...!"
"Lana, awas!"
Bruk!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Hanisah Nisa
lanjut
2023-12-12
0
Defi
siapa yang jatuh Lana, rezeki nomplok ya Noah balik-balik lihat Lana 😂
2023-12-11
0
Defi
haha.. lawan sepadan Noah
2023-12-11
0