Noah tampak mondar mandir di depan tempat tidurnya. Dia bahkan beberapa kali mengusap wajahnya kasar. Noah benar-benar bingung dengan apa yang harus dia lakukan selanjutnya.
Lana, dia masih dalam balutan selimut duduk di atas tempat tidur. Pandangannya kosong sembari memeluk kedua lututnya. Lana masih sangat shock dengan apa yang terjadi atas dirinya.
Ingin menangis pun air matanya tidak mau keluar. "Oh Tuhan! Bagaimana ini?" Noah menjambak rambutnya frustasi, Dia benar-benar tidak bisa berpikir.
Tiba-tiba terdengar suara tangis Lana mengisi seluruh isi kamar yang tadinya sepi. Lana menangis sejadi-jadinya sembari memeluk lututnya erat.
"Kenapa dia malah menangis seperti itu? Bukannya dia memang sering melakukan hal ini, tapi darah itu? Kenapa ada noda darah yang seharusnya noda itu tidak perlu ada."
Sebenarnya, inilah yang membuat Noah dari tadi bingung. Lana yang dia kira wanita murahan karena pernah terlihat menerima uang dari pria paruh baya, tapi ada darah di sana?
Noah berjalan mendekat pada Lana. Dia mencoba memegang lengan Lana untuk mengajak Lana bicara, tapi Lana malah berteriak dan mengusir Noah pergi dari sana.
"Kamu bajingan! Pria tidak tau diri! Apa salahku sama kamu sehingga kamu melakukan hal sekeji ini sama aku?" Lana memukul-pukul dada Noah dengan marahnya.
Noah hanya diam saja membiarkan Lana melampiaskan amarahnya.
"Cukup, Lana. Kita harus bicara."
"Tidak mau! Aku membencimu, Noah! Benci ... benci ...!" Tangan gadis itupun tak berhenti memukuli tubuh Noah.
"Hentikan, Lana! Berhenti!" Noah mencoba menghentikan pukulan brutal yang Lana lakukan.
Tubuh Noah pun akhirnya menindih tubuh Lana yang masih memakai selimut hotel. Kedua mata mereka saling menatap dengan napas yang sama-sama memburu.
"Pergi ... pergi!" Lana benar-benar membenci pria yang sekarang ada di atasnya.
"Dengar, Lana. Apa ini benar-benar hal permata kali yang kamu alami?"
"Apa maksudmu? Kamu pikir aku gadis murahan yang suka menjual diri. Brengsek!" Lana mendorong Noah sampai Noah beranjak dari tubuhnya. "Aku bukan gadis yang seperti biasa kamu tiduri, Noah!"
"Lalu, pria tua yang aku lihat memberimu uang dan kamu juga pernah masuk ke dalam rumahnya itu siapa?"
"Kamu benar-benar keterlaluan! Aku bekerja di rumahnya dan uang yang kamu lihat itu adalah hasil jerih payahku selama beberapa bulan. Aku bukan wanita yang hanya demi uang rela menjual tubuhku!" Lana kembali menangis dengan memegang erat selimutnya.
"Oh Shit!"
"Apa kamu kira aku wanita murahan, jadi dengan seenaknya kamu lakukan hal ini padaku? Benar-benar brengsek kamu, Noah."
"Dengar ya, Lana! Kejadian ini semua bukan karena keinginanku, aku juga tidak tau kenapa kamu sampai bisa ada di dalam kamar hotelku." Noah yang berdiri di sana mencoba mengingat tentang kejadian sebelum dia dan Lana berada dalam satu kamar hotel.
"Jangan berpura-pura tidak tau, Noah. Kamu sengaja berpura-pura sakit, bahkan seolah-olah mau mati, tapi ternyata semua itu hanya jebakan kamu agar bisa melakukan hal ini padaku 'kan?"
"Aku sama sekali tidak tertarik untuk bercinta denganmu. Waktu itu aku memang merasakan hal tidak enak pada tubuhku dan kamu tiba-tiba mengikutiku sampai ke sini dan—. Argh! Brengsek! Pasti ada yang sengaja mencampur minumanku!" Noah benar-benar terlihat frustasi.
"Masa depanku sudah hancur, untuk apa juga aku hidup. Lebih baik aku menemui kedua orang tuaku."
"Apa maksudmu?" Noah tampak bingung dengan ucapan Lana.
Lana tiba-tiba beranjak dari tempat tidurnya dan dia dengan cepat berlari menuju meja di mana ada beberapa botol minuman.
Pyar!
Botol itu dipecahkan Lana dan akan Lana gunakan untuk menusuk perutnya sendiri, tapi usaha bunuh diri yang Lana lakukan dengan cepat dicegah oleh Noah.
Mereka berdua berebut pecahan botol itu sampai akhirnya tangan Noah tergores oleh pecahan botol itu.
Plak!
Sebuah tamparan keras tepat pada pipi Lana dan sekali lagi membuat gadis itu menangis sampai terduduk di lantai dengan tubuh yang polos.
"Kamu jangan gila! Apa kamu pikir dengan bunuh diri masalah ini akan selesai? Aku tidak mau disalahkan atas kematianmu. Aku juga tidak mau kalau sampai nenekku kenapa-napa karena kejadian ini!"
Lana masih duduk di lantai dengan menangis sejadi-jadinya. Noah yang melihat hal itupun menjadi iba, dia mengambil selimut dan menutupi tubuh Lana dengan selimut.
"Lana, aku akan mencari solusi untuk masalah kita ini. Jangan berpikir untuk bunuh diri karena aku tidak mau sampai nantinya kehilangan nenekku."
Noah mengambil ponselnya dan mengirim sebuah pesan. Tidak lama dia mendapat balasan dari pesannya.
Noah segera menghubungi nomor yang tadi dia kirimi pesan terlebih dahulu.
"Halo, Tuan Muda, ada apa? Kenapa saya disuruh menjauh dari Nyonya besar?"
"Nenek berada di mana, Paman?" tanya Noah pada pria paruh baya yang sedang dia telepon.
"Nenek Tuan Muda sedang makan malam dengan rekan bisnisnya. Tuan Muda ada apa? Apa ada hal penting?"
"Paman Arya, aku ada masalah serius."
"Masalah serius apa, Tuan? Apa Tuan Muda bertengkar lagi dengan teman kampus Tuan. Siapa dia? Biar nanti paman yang mengurus dari sini."
"Bukan masalah tentang itu, Paman. Masalah ini lebih serius."
"Masalah yang lebih serius? Tuan membunuh seseorang?"
Noah tampak terdiam sejenak. "Tuan Muda Noah, ada apa? Eh, kenapa saya mendengar suara orang menangis?"
"Aku baru saja merenggut kesucian seorang gadis, Paman," ucap Noah perlahan.
"Apa?" ucapan tanya paman Arya ini terdengar bukan terkejut, tapi malah biasa saja. "Tuan Muda sekarang berada di mana?"
"Aku di hotel Paradise, Paman."
"Tuan membuka kamar di sana dan Tuan bercinta dengan kekasih Tuan, tapi kekasih Tuan merasa sudah direnggut kesuciannya oleh Tuan Muda? Apa begitu maksudnya?"
"Dia bukan kekasihku, Paman."
"Wanita panggilan? Beri saja dia uang yang banyak, kalau masih kurang, akan paman kirim sebuah mobil ke rumahnya."
"Oh God! Bukan seperti itu, Paman." Noah sangat tau dengan sifatnya paman Arya yang selalu menangani masalah dengan tenang dan simpel.
"Lalu?"
"Paman, aku dan gadis ini melakukan hal ini bukan karena suka sama suka, tapi aku sudah dengan paksa menodainya, tapi itu juga bukan karena keinginanku. Ada seseorang yang sudah mencampurkan sesuatu ke dalam minumanku sehingga aku sampai di luar kendali," Noah menerangkan dengan sesekali melirik pada Lana yang masih menangis di lantai. Lana pun sedang berpikir apa yang sekarang harus dia lakukan.
"Tuan Muda harus bertanggung jawab kalau begitu."
"Maksud Paman apa?"
"Nikahi gadis itu agar masalah ini selesai, dan dia tidak akan menuntut Tuan Muda."
"Apa? Menikah dengannya? Paman, aku tidak Sudi menikah dengan gadis ini," ucap Noah terdengar keras.
Lana yang mendengarnya pun bangkit dari tempatnya dia berjalan perlahan memunguti bajunya.
"Kalau begitu saya akan beritahu nenek saja," ucapnya santai.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Defi
kasihan Lana, sakitnya double-double.. udahlah selama ini dijaga hilang sekarang ditampar lagi sama Noah
2023-12-05
2
sella surya amanda
lanjut
2023-12-01
1
Sophia Aya
bilang nenek nya biar di suruh nikah sekalian
2023-12-01
1