Malam itu, Lana menginap lagi di rumah Sasa karena Lana tidak mau kalau sampai bibinya melihat kedua matanya yang bengkak karena menangis.
"Lana, kamu itu jangan bodoh dengan mencoba melakukan bunuh diri lagi."
"Aku benar-benar bingung, Sa. Saat kejadian itu dipikiranku hanya ingin mati saja sehingga aku tidak perlu menghadapi rasa malu yang begitu besar. Menghadapi bibiku dan yang terpenting, aku tidak mau melihat si brengsek itu."
"Dia itu ganteng, loh! Kenapa tidak mau melihatnya," gerutu Sasa lirih.
"Sa! Dia itu brengsek!" Lana melihat marah pada Sasa.
"Iya brengsek. Makannya, kamu jangan sampai bunuh diri, kalau kamu mati keenakan dia nanti menodai cewek lain. Kamu harus menghentikannya, Lana."
"Menghentikannya? Maksud kamu apa?" Lana melihat heran pada Sasa.
"Kamu minta pertanggung jawaban sama dia. Minta supaya dia menikahi kamu, Na!" seru Sasa semangat.
"Apa? Menikah sama si brengsek itu? Kamu gila menyuruh aku menikah sama dia? Walaupun bumi ini kiamat, aku tidak akan mau menikah sama dia. Lebih baik aku tidak menikah selamanya dan tidak perlu mengenal dia."
"Dunia kamu itu sudah kiamat sejak keperawanan kamu diambil sama Noah dan jalan satu-satunya kamu itu harus menikah sama dia. Kamu rela dia nanti sama orang lain sampai menikah? Sedangkan dia adalah orang yang sudah membuat kamu kehilangan masa depan. Pikir Lana!"
Tumben ini Sasa pikirannya bekerja dengan baik.
"Terserah kamu mau bilang apa, aku tidak akan mau menikah dengan Noah walaupun dia bertanggung jawab!"
"Memangnya kenapa kalau menikah dengan Noah? Dia tampan, kaya raya. Dia itu menantu idaman Bibi kamu."
"Enggak, Sa!" bentak Lana sembari menutup wajahnya dengan bantal.
Sasa yang duduk di sebelah Lana, dan sedang menonton film India kesukaannya tampak sedang memikirkan sesuatu.
"Lana, kamu besok kuliahnya bagaimana? Tas kamu bukannya ada di rumah?"
"Aku besok tidak mau masuk kuliah, lagi pula besok juga tidak ada kelas. Kampus kita 'kan mau ada acara bazar amal." Lana berbicara masih dengan wajah di bawa bantal.
"Lah! Aku kuliah sendiri kalau begitu. Kalau aku tidak masuk, nanti siapa yang mengurusi nomor stand bazar?" Sasa garuk-garuk pipinya yang gatal.
"Ya kamu, Sa! Salah sendiri mengajukan diri menjadi panitia acara. Sekarang mendapat tugas bingung."
"Iya juga, ya! Kenapa aku dulu malah mau saja mengajukan untuk jadi panitia? Ih! Ini semua gara-gara si Devan! Kenapa dia jadi ketua panitianya? Aku jadi mendaftar jadi panitia, tapi dia tidak pernah melihatku." Bibir Sasa sampai maju semester seperti bebek.
"Sa, aku mau tidur dulu. Aku beneran capek banget."
"Kamu tidak mau nemenin aku nonton film? Bagus loh ini, kisah benci jadi cinta. Kayak kamu sama Noah. Awas saja kalau nanti kamu jatuh cinta sama Noah. Aku hadiahkan sesuatu yang tidak akan kamu kira."
"Berisik! Aku mau tidur. Kepalaku pusing, Sa." Lana memeluk guling dan bantalnya.
Sasa mempause videonya dan dia sekali lagi melihat pada Lana. "Guling dan bantalku dipakai semua. Aku tidur pakai apa? Biar, deh! Asal dia tidak bunuh diri saja. Aku 'kan masih butuh diberi contekan sama Lana saat ulangan." Sasa terkekeh.
***
Pagi itu Lana sudah bangun dan dia membangunkan Sasa untuk sarapan pagi. Sasa tampak senang pagi-pagi sudah ada yang memasak untuknya.
"Kamu sedih saja terus, biar ke sini dan bisa memasakkan untukku kalua aku ditinggal kedua orang tuaku ke luar kota."
"Aku sedang lapar, Sa. Maunya tidak makan, tapi aku harus berusaha kuat. Kalau sakit nanti akan malah menyusahkan Bibiku." Lana memutar putar sendoknya.
"Makan kalau begitu, jangan hanya diputar putar, nanti jadi nasi campur itu."
Sasa izin ke kampus karena mau tidak mau dia harus masuk kampus hari ini, sedangkan Lana sudah memberitahu bibinya kalau hari ini dia libur kuliah karena memang tidak ada kelas dan dia di rumah Sasa mau menemani Sasa yang sendirian.
"Ya sudah, tapi nanti kalau kedua orang tuanya Sasa sudah pulang, kamu cepat pulang. Bibi tidak enak kalau kamu menginap terus di sana."
"Iya, Bi, aku juga tau, kok."
Setidaknya kalau pulang besok, mata kodoknya sudah hilang.
"Ya sudah, Bibi mau pergi menitip nasi pecel ke warung, terus pergi ke rumah majikannya Bibi."
"Iya, Bi. Bi, aku sangat sayang sama Bibi," ucap Lana terdengar serius.
"Dia ini kenapa?" Bibi Lana tampak heran dengan ucapan ponakannya yang kedengaran tidak biasa. "Kalau kamu sayang sama Bibi, cari calon suami yang kaya raya, biar hidup kamu enak."
Wajah Lana yang tadinya sedih mendadak kesal sama ucapan bibinya. "Dah, Bi." Lana menutup panggilannya.
Lana di rumah Sasa memilih untuk tiduran saja. Dia pun sekali lagi hanya bisa menangis mengingat kejadian buruk dengan Noah.
"Aku merasa jijik sama diriku sendiri. Kenapa harus tidur dengan pria brengsek itu! Kenapa?" teriaknya sendiri.
Sasa di kampusnya tampak sibuk dengan kegiatan persiapan acara bazar di sana. "Noah sepertinya hari ini juga tidak masuk kuliah.
"Sa, Lana mana? Apa dia tidak masuk?" tanya seseorang yang Sasa kenali.
"Dia tidak masuk, Bruno." Di dalam hatinya Sasa males banget bicara sama cowok sok keren, meskipun⁵ Bruno memang keren dan tajir.
"Kenapa dia tidak masuk? Apa dia sakit?" kejar Bruno yang seolah ingin tau di mana Lana berada.
"Kemarin, dia bilang mau pergi sama pacarnya. Lagian, kamu itu kenapa tanya terus soal Lana. Dia itu sudah punya pacar, makannya, saat kamu mengatakan cinta dia tidak bisa menerimamu."
"Pacar? Kamu yakin dia punya pacar?" Tatap Bruno tidak percaya.
"Terserah kalau tidak percaya, lihat saja nanti kalau dia datang ke acara bazar dengan kekasihnya." Sasa berjalan pergi dari sana. "Haduh! Kenapa malah mulutku bicara seperti itu? Kalau Lana tau bisa di karetin ini mulutku." Sasa menepuk tepuk bibirnya sendiri.
Lana yang bosan di dalam rumah Sasa memilih keluar pergi ke supermarket tepat di seberang jalan komplek perumahan Sasa. Dia masih ada uang gaji dari pria tua yang Noah curigai adalah sugar daddynya Lana.
"Aku belikan camilan kesukaan Sasa saja. Dia paling suka sama makaroni pedas dan minuman isotonik. Setidaknya aku tau cara membalas budi baik Sasa.
Lana mengambil beberapa camilan dan minuman yang nanti akan dia taruh rumah Sasa.
Setelah itu dia berdiri di depan kasir untuk membayar. Lana yang kala itu mengunakan kaos polos serta celana panjang milik Sasa, dengan rambut diikat ke atas sembarangan, tampak menunggu orang di depannya membayar.
Lana yang menunggu barang belanjaannya dihitung tampak tidak nyaman saat dia sadar pembeli di kasir sebelah memperhatikan dia dari tadi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Defi
karetnya dua Sa..🤣🤣
2023-12-09
0
Defi
kirain beneran tulus ternyata ada udang dibalik batu, ada maksud dibalik bantal dan guling 🤭🤣🤣🤣
2023-12-09
0
Siti Mariatun
haduh siapa. ya
2023-12-03
1