Lana berteriak saat melihat ada Noah tidur di sampingnya. Noah yang memang masih mengantuk, tidak memperdulikan teriakan Lana.
"Noah, bangun! Kenapa kamu bisa tidur di sampingku?" Lana melihat tubuhnya apa masih memakai piyama lengkapnya atau tidak. Lana takut jika Noah kembali melakukan hal yang membuat mereka akhirnya menikah.
"Noah, kenapa kamu bisa masuk lagi ke kamar ini? Bukannya sudah aku kunci?"
Noah sama sekali tidak menghiraukan pertanyaan Lana. Dia masih saja tetap tidur dengan nyenyak.
"Dia minum lagi. Kenapa aku bisa menikah dengan lelaki menyebalkan seperti dia? Aku ingin secepatnya bisa segera berpisah dari lelaki tidak tau diri ini!"
Lana segera bangun dari tidurnya dan langsung masuk ke dalam kamar mandi. Dia tidak lupa mengunci pintu kamar mandinya agar Noah tidak masuk seenaknya.
Lana juga tidak lupa membawa baju gantinya. "Sebaiknya aku pergi ke kampus saja dari pada harus bersama dengannya di rumah ini."
Lana keluar dari kamar mandinya, tapi langkahnya terhenti saat di depan kamar mandi sudah ada Noah berdiri di sana menunggunya. Tatapan lelaki itu memindai Lana dari atas ke bawah.
"Apa lihat-lihat?" tanya Lana ketus.
"Kamu mau ke mana?"
"Tentu saja aku mau kuliah, memangnya kamu yang tidak perlu sekolah tinggi sudah ada nenekmu yang akan menjamin masa depanmu cerah, kalau aku harus belajar dengan keras dulu biar nanti masa depanku lebih baik."
Tangan Noah mencengkeram pipi Lana dan mendekatkan wajahnya pada wajah Lana.
"Kamu memiliki mulut dengan bibir yang sangat indah. Alangkah baiknya jika digunakan untuk bicara hal yang baik. Aku walaupun tanpa nenekku juga bisa mendapatkan masa depanku yang cerah. Bertemu kamu saja yang membuat masa depanku menjadi gelap."
Noah meninggalkan Lana dan masuk ke dalam kamar mandi. "Menyebalkan!"
Lana yang sudah rapi turun dari lantai kamarnya. Lana berjalan sembari mengedarkan pandangannya melihat sekeliling ruangan di sana. Lana sangat mengagumi setiap ornamen dan dekorasi yang ada di rumah besar nan mewah itu.
"Rumah ini benar-benar indah sekali."
"Selamat pagi Lana,"
Lana sedikit terkejut saat mendengar suara nenek Key tepat di belakangnya.
"Nyonya Besar,"
Wanita tua itu tampak tersenyum. "Nenek, Lana. Nenek. Jangan memanggilku Nyonya Besar."
"I-iya, Nenek." Lana terlihat sedikit takut.
"Kamu mau ke mana sepagi ini sudah rapi?"
"A-aku mau pergi ke kampus, Nek. Oh ya! Aku mau berpamitan pada Nenek." Tangan Lana menjulur niatnya mau mencium tangan Nenek Key, tapi wanita tua itu malah menggandeng tangan Lana dan mengajaknya berjalan menuju arah meja makan.
"Kenapa kamu berangkat ke kampus sepagi ini?"
"Aku mau ke perpustakaan dulu untuk meminjam buku di sana, Nek."
Nenek Key mengajak Lana duduk di kursi tepat sebelah kursi utama milik nenek Key.
"Buku apa saja yang kamu butuhkan? Arya, tolong kamu belikan semua buku yang dibutuhkan oleh cucu menantuku agar dia tidak perlu meminjam buku lagi."
"Baik, Nek."
Lana yang mendengar hal itu sampai susah menelan salivanya. Kalau membeli buku yang Lana butuhkan, pasti akan mengeluarkan uang yang sangat banyak. Makannya, Lana memilih untuk meminjam saja.
"Nek, tidak perlu beli, aku bisa pinjam saja di perpustakaan."
"Kalau kamu membelinya, kamu bisa dengan santai belajar, tanpa harus terburu-buru untuk mengembalikan. Sudahlah, Lana, kamu itu cucu menantu di rumah ini, semua hal tentang kebutuhanmu, kamu tinggal bilang saja karena ada hak kamu juga di sini. Uang yang kamu gunakan adalah milik Noah dan juga sekarang menjadi milikmu karena kamu adalah istri dari pewaris tunggal keluarga Ruiz."
Hem! Andai saja Noah adalah pria yang sangat dicintai dan suami idaman Lana, mungkin Lana akan bahagia menjadi Cinderella, tapi Noah bukan suami idaman Lana, apalagi pria yang dicintai Lana. Lana lebih baik jadi Upik abu saja daripada Cinderella.
"Nek, aku sama sekali tidak ada hak dari semua uang Noah. Setelah aku dinyatakan tidak hamil, aku akan segera meminta cerai dan pergi dari sini dan tidak akan menuntut apapun."
Nenek Key terdiam sejenak, kemudian pandanganya teralihkan pada lelaki yang baru saja turun dari anak tangga.
"Selamat pagi, Nek. Pagi Paman," sapa Noah yang langsung duduk tanpa menyapa Lana. Noah seolah-olah tidak melihat Lana di sana.
"Noah! Kamu kenapa tidak menyapa istrimu? Lana itu istrimu, Noah." Nenek mencoba mengingatkan Noah.
"Tidak apa, Nek. Aku juga tidak butuh disapa olehnya. Lana beranjak dari tempatnya. "Nek, aku mau pergi ke kampus dulu."
"Kamu tidak sarapan dulu, Lana? Tapi hari ini bukan Bibimu yang memasak karena aku minta bibimu untuk beristirahat selama beberapa hari. Dia pasti capek dengan acara pernikahan waktu itu."
"Terima kasih, Nek. Aku sarapan pagi di kampus saja nanti sama Sasa." Lana mengecup punggung tangan Nenek Key.
"Noah, kamu ke kampus juga 'kan hari ini? Kalau begitu kamu berangkat bersama istrimu."
"Apa? Nek! Nenek lupa kalau aku dan Lana menyembunyikan pernikahan kami ini dari teman kampus, tapi kenapa malah aku disuruh berangkat sama diam?"
"Aku bisa berangkat sendiri kok, Nek."
"Noah, antarkan Lana dan kalian bisa mencari cara agar teman-teman di Kampus tidak ada yang tau kalian berangkat bersama. Jangan menurunkan istrimu di tepi jalan! Awas saja kalau sampai nenek tau," ancam nenek Key.
Noah tidak berani berkata-kata. Dia beranjak dari tempat duduknya, mencium kening neneknya dan berjalan dengan dingin meninggalkan ruang makan.
Lana yang masih berdiri di sana berjalan perlahan mengejar Noah. "Kalau kamu tidak mau mengantarkan aku, aku tidak akan mengadu pada Nenek. Aku bisa berangkat ke kampus sendiri!"
Lana yang baru saja melangkah sekitar dua langkah, tangannya langsung dicekal oleh Noah. "Kamu tidak mendengar apa kata nenekku? Sekarang naik ke atas motor dan aku akan mengantarkan kamu ke kampus."
"Tidak perlu!" Lana melepaskan tangan Noah dan kembali berjalan terus.
"DAMN!" Noah berlari kecil mengejar Lana dan tiba-tiba menggendong tubuh Lana ala karung beras.
Sontak saja Lana kaget dan langsung berontak. Dia berteriak minta agar Noah untuk menurunkannya, tapi Noah yang sudah kesal pada Lana membawa Lana menuju mobil hitam miliknya.
"Diam, Lana! Kamu pikir aku mau satu mobil sama kamu? Tidak! Tapi aku juga tidak mau mencari masalah. Lebih baik kamu duduk diam dan kita akan pergi ke kampus."
Nenek dan paman Arya yang juga berada di garasi besar rumah itu tentu saja melihat pemandangan pagi yang tak biasa.
"Apa pernikahan tuan muda Noah dan Nyonya muda Lana bisa berlangsung lama kalau mereka seperti itu?" tanya paman Arya melihat pada nenek Key.
"Kalau masih ada benang merah yang mengikat mereka, aku yakin mereka akan bisa terus bersama karena apa yang kita lihat sekarang belum bisa menjadi tolak ukur apakah cucuku dan Lana bisa mempertahankan rumah tangga mereka. Semoga ada keajaiban yang bisa membuat mereka bersama selamanya karena jujur saja, walaupun baru pertama kali melihat Lana, aku percaya dengan gadis itu, Arya," jelas Nenek Key.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Hanisah Nisa
lanjut
2023-12-12
0
Siti Mariatun
Amin
2023-12-12
1
Defi
iya nek semoga saja Lana bisa mengubah sikap dan perilaku Noah dan menjadi pribadi yang hangat dan sosok suami idaman
2023-12-12
2