Paman Arya kembali ke dalam restoran di mana nenek Key baru saja selesai makan bersama dengan rekan kerjanya. Para rekan kerja nenek sudah keluar dari restoran.
"Paman, apa Noah hari ini menghubungimu? Takutnya dia menghubungiku, tapi ponselku sedang tidak aku aktifkan karena meeting ini sangat penting."
"Tuan Muda Noah tidak menghubungi, Nyonya. Apa mau saya hubungkan dengan Tuan Muda?"
"Tidak perlu, dia pasti masih tidur sekarang. Sebaiknya kita kembali ke hotel saja karena aku sangat lelah dan mau istirahat di kamarku."
"Silakan, Nyonya Key."
Paman Arya berjalan di belakang wanita tua yang usianya sudah memasuki kepala enam itu. Namun, walaupun demikian, nenek Key masih terlihat sangat cantik dan sehat.
"Tuan Muda ini, membuat saya jadi berbohong saja pada Nyonya."
Paman Arya ingat jika tadi Noah mengatakan agar paman Arya tidak memberitahu neneknya karena jika neneknya mengetahui hal ini, pasti neneknya akan shock dan pasti akan berpengaruh dengan kesehatan jantungnya.
"Pokoknya nenek tidak boleh mengetahui masalah ini. Paman, aku tidak mau nenek kenapa-napa. Biar aku yang mencari penyelesaiannya."
Pria paruh baya yang sudah lama berkerja dengan keluarga Noah itupun hanya bisa menurut, apa lagi ini menyangkut dengan kesehatan nenek Noah.
Kembali ke kamar hotel, di sana Noah sedang menunggu Lana keluar dari kamar mandi. Noah takut kalau Lana akan melakukan bunuh diri lagi.
Saat pintu dibuka, mereka berdua kembali saling memandang. "Lana, aku—."
"Aku tidak sudi menikah denganmu. Aku mau pulang, bibiku pasti akan mencari di mana aku sekarang." Lana sebenarnya tadi memikirkan tentang bibinya. Bibinya pasti bisa mati berdiri jika tau masalah ini.
"Aku juga tidak akan menikah denganmu. Aku masih ingin menikmati hidupku. Bodoh sekali jika aku harus menghabiskan hidupku dengan gadis yang sama sekali tidak ada dalam kamusku."
Lana berjalan keluar dari kamar mandi. Dia mencari di mana ponselnya berada.
Lana sedikit terkejut saat tiba-tiba Noah memberikan suit hitam miliknya, menutupi tubuh Lana.
"Singkirkan bajumu!" Lana malah membuang suit milik Noah dengan kasar.
"Kalau tidak mau, tidak perlu membuangnya seperti itu!"
"Mulai sekarang, jangan mendekatiku atau bahkan seolah mengenalku."
"Aku juga tidak ingin mengenalmu!"
Lana mengambil ponselnya, dan dia segera keluar dari kamar Noah. "Shit! Gadis itu benar-benar memuakkan, dan kenapa aku bisa tidur dengannya? Oh Tuhan!" Noah menjambak sendiri rambutnya dengan frustasi.
"Dia pulang dengan apa? Dam!" Noah mengambil kunci mobilnya dan segera pergi dari kamarnya.
Di tepi jalan, Lana tampak kebingungan, dia bingung mau ke mana sekarang? Kalau pulang Bibinya pasti akan bertanya kenapa dia semalaman tidak pulang. Apa yang Lana rasakan benar-benar hal yang menyakitkan.
"Aku ke mana?" Lana melihat sekelilingnya bingung.
Tidak lama ponsel Lana berdering dan ada nama Sasa di sana. "Sasa, dia kemarin ke pesta datang denganku."
"Lana! Kamu ke mana saja? Bibi kamu kemarin menghubungiku karena ponselmu tidak kamu jawab."
"Sa ... A-aku—?" Lana tidak tau harus mengatakan apa.
"Sekarang kamu ke rumahku saja. Kebetulan kedua orang tuaku pergi keluar kota selama beberapa hari. Kemarin aku terpaksa berbohong sama bibimu, aku bilang kalau kamu menginap di rumahku."
"Iya, aku akan ke rumah kamu." Lana mencoba menahan tangisannya.
"Ya sudah cepat ke sini, aku tunggu kamu."
Lana menutup panggilannya dia melihat di sekelilingnya mencari apa ada taksi yang bisa dia naiki, tapi seketika wajah Lana heran karena dari tadi beberapa orang yang lewat di sana, seperti melihat aneh padanya.
Lana mencoba mencari tau apa ada hal aneh pada dirinya, tapi dia tetap saja tidak mengetahui apa itu?
"Aku akan mengantarmu pulang."
Tiba-tiba Lana mendengar suara yang sama sekali tidak ingin dia dengan dan lagi-lagi suit hitam itu menutupi tubuhnya.
"Kamu mau apa ke sini?"
Lana yang ingin melepas suit Noah, tangannya dengan cepat dicegah oleh Noah, bahkan Noah sekarang memeluk Lana dari belakang.
"Lepas!"
"Gaunnya sobek pada bagian belakang dan aku hanya ingin menutupinya. Apa kamu tidak sadar akan hal itu?" Noah berbisik pada telinga Lana.
"Apa?"
"Sekarang masuk ke dalam mobilku, aku akan mengantar kamu pulang."
"Aku tidak mau, Noah!" Lana sekali lagi ingin berontak, tapi Lana masih kuat memeluknya.
"Apa kamu mau di jalanan dengan keadaan seperti ini? Kamu bisa dianggap wanita panggilan nantinya, Lana."
"Menjauhlah dariku, Noah! Kamu yang membuat aku seperti wanita murahan."
Noah melihat sekeliling di mana masih ada beberapa mata yang melihat mereka berdua dengan pandangan yang curiga.
"Keras kepala." Noah segera menggendong Lana, walaupun Lana berontak tidak karuan, Noah tidak memperdulikan, dia tetap membawa Lana dan masuk ke dalam mobilnya.
"Buka pintunya! Atau aku akan berteriak!"
"Aku hanya akan mengantar kamu pulang! Aku sama sekali tidak tertarik melakukan hal itu lagi denganmu. Duduk diam, Lana!"
Noah ini berusaha memasangkan sabuk pengaman pada Lana. Lana pun akhirnya terdiam menatap Noah di depannya.
Noah mengembuskan napasnya lirih. "Aku antar kamu pulang."
"Aku tidak mau pulang."
"Lalu, kamu mau ke mana?"
"Aku mau ke rumah temanku."
"Baiklah, aku akan antar kamu ke sana. Lana, aku akan mencari solusi atas masalah kita ini. Aku harap, kamu jangan bertindak bodoh dengan bunuh diri atau melaporkan hal ini karena semua ini juga bukan kesalahanku semata dan lagi, jika dilihat dari rekaman CCTV yang ada di hotel ini, kamu yang masuk sendiri ke dalam kamar hotelku. Nama baikmu juga pasti akan buruk."
Lana dengan buliran air mata yang siap keluar hanya bisa terdiam mendengar lelaki di depannya sedang berbicara.
"Tapi kamu tenang saja karena aku bukan pria pengecut yang akan lari dari tanggung jawab. Aku tetap akan mencari pemecahan untuk masalah ini, tapi beri aku waktu untuk berpikir. Aku sendiri bingung dengan semua ini."
Noah menjalankan mobilnya. Sepanjang perjalanan, Lana duduk sembari menatap ke arah luar jendela. Noah sesekali melihat ke arah Lana yang dari tadi duduk diam.
Tidak lama Noah berhenti di sebuah perumahan kelas menengah, di mana tadi Lana mengatakan dia mau ke rumah temannya.
"Lana, tunggu!" Tangan Noah menahan tangan Lana yang hendak turun. Lana hanya menatapnya dengan tajam.
Noah mengambil ponselnya. "Berapa nomor rekeningmu? Aku akan kirimkan berapapun yang kamu minta.
Plak!
Sebuah tamparan keras mendarat tepat di pipi mulus Noah.
Lelaki itu sampai memejamkan kedua matanya mencoba menahan amarahnya.
"Sekali lagi aku tekankan sama kamu, brengsek! Aku bukan gadis murahan!"
Lana membanting pintu mobil Noah saat keluar dari mobil.
"Argh!"
Noah malah memukul-pukul stir kemudinya yang tidak salah apa-apa. "Seharusnya aku tidak melakukan ide paman Arya itu. Menawari gadis itu dengan uang dan masalah selesai. Bodoh sekali kamu, Noah!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Defi
kamu memang bodoh Noah, menganggap semua penyelesaian masalah dengan uang makanya selesai
2023-12-06
2
Sophia Aya
dapat hadiah kan dari Lana, asyik gak tuh Noah
2023-12-01
2
sella surya amanda
lanjut
2023-12-01
2