Lana pulang dengan wajah kesalnya. Dia bahkan yang selalu terlihat kuat akhirnya meneteskan air mata mengingat kejadian yang baru saja terjadi.
"Sebaiknya aku langsung ke kamar saja sebelum bibi melihatku menangis." Lana masuk ke dalam kamarnya dan dia berbaring dengan memeluk gulingnya. Lana mencoba meredam tangisannya agar tidak terdengar oleh bibinya yang mungkin masih belum tidur.
Lana kembali mengusap-usap bibirnya yang baru saja dicium oleh Noah. Dia terlihat jijik dan marah sekali. "Pria brengsek! Aku sangat membencimu, Noah!" umpatnya lirih.
***
Pagi itu bibi Maya yang sudah bangun, tampak heran melihat keponakannya yang biasa rajin bangun pagi, walaupun sedang libur kuliah, tidak tampak di dalam dapur.
"Lana apa sakit, ya? Tumben sekali dia belum masak." Bibi Maya heran dengan sikap keponakannya itu.
Wanita paruh baya itu membuka pintu kamar Lana dan sedikit kaget melihat keponakannya masih di atas tempat tidur.
"Lana, kamu sakit?" tanya bibinya sembari menempelkan telapak tangannya pada lengan tangan Lana. "Tidak demam."
"Bibi, aku masih mengantuk," ucap Lana di balik gulingnya.
Kedua alis bibi Maya seketika mengkerut. "Kamu kenapa?"
"Tidak apa-apa," jawab Lana masih dengan menyembunyikan wajahnya di balik gulingnya.
Bibi Maya yang memang sudah sangat mengenal keponakannya itu, langsung menarik guling Lana sampai gadis itu kaget dan akhirnya berjingkat.
"Loh! Mata kamu kenapa? Kamu habis menangis semalaman?" Wajah bibi Maya langsung kaget dan dia segera duduk di sebelah Lana.
"Aku tidak apa-apa, Bi," ucap Lana malas
"Eh! Kamu jangan bohong sama Bibi. Hayo ngaku! Kamu kenapa? Kenapa mata sampai seperti kodok? Kalau tidak mengaku nanti bibi usir kamu!"
Lana yang masih kesal karena kejadian semalam, tambah kesal karena ancaman bibinya. "Bibi ini kenapa sih? Selalu mengancam mengusir, kalau tidak aku mau dinikahkan sama juragan minyak yang istrinya banyak."
"Itu bukan sekadar ancaman, tapi akan bibi lakukan kalau kamu tidak mau patuh sama bibi. Sekarang kamu bilang, kamu kenapa?"
Lana terdiam sejenak. "Bilang, Lana!" Sebuah cubitan maut tepat pada lengan Lana.
"Aduh ... sakit ... Bibi!" suara lengkingan kesakitan Lana terdengar keras dan itu selalu terjadi jika Lana membuat bibinya kesal. "Aku semalam dicium sama iblis!" ceplos Lana kesal.
"Hah? Di cium sama iblis? Setan maksudnya?" Wajah wanita paruh baya itu kaget.
"Dia itu lebih dari setan dan bahkan iblis. Aku benci sama dia, Bi! Playboy dan tukang mabuk tidak tau diri! Dasar Iblis!" Lana seolah mengeluarkan semua kemarahannya pada Noah.
"Hem! Dia tampan tidak? Anak orang kaya atau biasa saja?" cerocos . Maya.
Lana seketika melihat heran pada Bibinya. "Kenapa Bibi malah menanyakan hal itu, sih?"
"Kalau dia tampan, anak orang kaya, kamu pacaran saja sama dia. Siapa tau dia menciummu karena dia menyukaimu."
"Selalu saja! Kenapa Bibi ini ingin sekali aku dekat dengan pria kaya raya. Bibi sudah tidak sanggup membiayai hidupku?"
"Itu tau," ucap Bibi Maya enteng.
"Apa? Tega." Lana seolah tidak percaya dengan apa yang dia dengar.
"Bibi itu sayang sama kamu, dan berharap kamu bisa menikah dengan orang kaya agar kehidupan kamu bisa bahagia. Jangan bilang kalau semua tidak bisa diukur dengan uang. Tidak punya uang itu menyakitkan seperti kita, Lana!"
"Tapi aku juga tidak sudi menikah dengan pria seperti iblis itu, nanti yang ada aku mati ngenes karena diselingkuhi dengan banyak wanita." Lana beranjak dari tempat duduknya dan keluar untuk mandi.
Beberapa menit kemudian, Lana yang baru selesai mandi, heran melihat bibinya ada di dalam kamarnya membawa sebuah gaun berwarna hitam.
"Itu punya siapa, Bi?" Lana terlihat takjub melihat gaun itu.
"Punya kamu. Bibi membelikan dengan uang tabungan bibi selama berjualan nasi pecel dan bekerja sebagai juru masak di rumah majikan bibi." Bibi Maya pun tampak takjub melihat gaun yang dia beli untuk Lana.
"Bibi untuk apa membelikan aku gaun itu? Pasti itu mahal." Lana memegang gaun hitam yang memang memliki bahan yang bagus.
"Bukannya nanti kamu ada acara ulang tahun temanmu di hotel berbintang dan kamu harus tampil cantik, tidak boleh kalah sama teman-temanmu yang kaya itu."
"Bibi ini kenapa seolah sedang menjualku secara halus, sih?" Kedua alis Lana mengkerut.
"Bukan menjual, tapi menawarkan. Siapa tau ada mahasiswa anak konglomerat yang suka sama kamu dan mau pacaran sama kamu. Hidup kamu bisa bahagia, Lana!" Tangan Bibi Maya sampai membentang lebar.
"Kasihan sekali nasibku ini. Sudah tidak punya orang tua, punya Bibi begini amat." Lana melengos malas.
"Eh, kamu itu harusnya bersyukur masih ada Bibi yang mau merawat kamu. BERSYUKUR!" seru Bibi Maya pada kata terakhir.
"Iya! Sukur... Sukur!" Lana duduk malas di atas tempat tidurnya.
"Pokoknya nanti malam kamu harus tampil cantik." Bibi Maya terlihat bersemangat.
"Huft! Bibi lupa kalau aku lebih senang tampil apa adanya."
"Sudah, jangan banyak membantah. Nanti dipakai," ucap Bibi Maya menekankan.
***
Lana datang dengan Sasa di acara ulang tahun temannya yang bernama Tania dan di sana acaranya sangat meriah dan ramai.
"Hai, Lana. Wow! Kamu cantik sekali malam ini," sapa seorang laki-laki.
"Terima kasih, Bruno." Lana hanya memberi senyuman tipis pada lelaki yang dulu pernah menyatakan cinta pada Lana, tapi Lana tolak karena Lana tidak mau memikirkan tentang pacaran.
"Hai, Lana, Hai Sasa. Terima kasih sudah mau datang ke acaraku."
"Kami yang berterima kasih sudah diundang, Tania."
Gadis bernama Tania itupun tersenyum manis. "Oh ya! Aku akan kenalkan kalian dengan kekasihku. Kalian pasti terkejut."
Tangan Tania menyambut tangan seorang lelaki yang berjalan mendekat ke arah mereka. "Perkenalkan ini Noah Ruiz. Kita baru saja jadian."
"Jadi, kalian pacaran sekarang?" tanya Sasa kaget. Dia seolah patah hati karena Sasa itu ngefans banget sama Noah.
"Hai," sapa Noah dengan wajah datarnya menatap Lana. Lana yang melihat wajah Noah yang seolah tidak merasa bersalah atas kejadian kemarin malam ingin sekali mencekiknya, tapi dia tahan.
"Kalian tidak menyangka kalau aku dan Noah jadian 'kan?" Tania tersenyum senang.
"Selamat ya, Tania. Oh ya, aku mau mencari minum dulu. Haus." Lana tidak ingin lama-lama melihat wajah Noah di sana. Jadi dia mencari alasan untuk mencari minum.
Acara dimulai dan semua tampak senang menikmati pesta itu. Lana tampak melihat Noah yang sedang berbicara dengan Disya—gadis yang dipergoki Lana di kamar mandi dengan Noah.
"Dasar playboy. Dia pacaran dengan Tania, tapi juga mendekati Disya," gerutu Lana.
Tiba-tiba Bruno ada di sana dan dia menyodorkan jus untuk Lana.
Lana yang mencoba membalas sikap baik Bruno tampak menerima jus itu dan Bruno mengajak Lana bersulang. Bruno juga mengajak Lana berbincang sembari menunggu Sasa yang pergi mengambil minuman.
"Gadis itu terlihat polos, tapi dia ternyata pemain yang handal," hina Noah melihat Lana yang berbicara dengan Bruno.
Tidak lama, Lana izin pada Bruno akan ke kamar mandi. Lana berjalan sendirian, tapi tiba-tiba langkahnya terhenti saat melihat siapa yang ada di depannya. Lana mencoba menghindar, tapi tangannya dengan cepat ditarik Noah dan dengan cepat tubuh Lana dihimpit sekali lagi oleh Noah pada dinding lorong yang sepi.
"Hai," ucap seseorang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Defi
ada masalah apa Noah dengan Lana, salah terus Lana di mata kamu
2023-12-05
2
Defi
mau marah dengan Bibi Lana, tapi geli sendiri dengan sikap Bibinya ke Lana 😄
2023-12-05
1
Sophia Aya
Noah udah ada rasa kali sama lana
2023-11-29
1