Beberapa detik kedua orang itu saling berpandangan dengan posisi yang sama sekali tidak mereka berdua harapkan.
Noah, sedang berada tepat di atas tubuh Lana dengan tangan menyangga kepala Lana agar tidak terbentur lantai karena terkejut sampai tadi tersandung kursi kecil di bawahnya.
Mungkin seharusnya Lana berterima kasih pada Noah karena berkat tangan Noah, bagian belakang kepala Lana tidak sampai terbentur kerasnya lantai.
"Noah, minggir!" Lana mendorong Noah sampai pria itu jatuh ke samping.
Noah tidak berdiri, dia malah tiduran sembari menyanggah miring kepalanya dengan salah satu tangannya.
"Menjijikkan!" Lana kesal sembari mengusap-usap bibirnya yang baru saja berciuman dengan Noah.
"Rasa bibir kamu masih sama seperti pertama kali kita berciuman waktu itu. Manis, tapi ada pedasnya." Noah malah mencoba mengejek Lana dengan tersenyum miring.
"Aku malah tidak suka dengan ciuman dari bibirmu! Kamu kenapa bisa kembali ke sini?" Wajah Lana tampak terlihat kesal.
"Kamu lupa kalau ini rumahku dan ini kamarku. Jadi, terserah aku mau datang atau pergi di sini." Noah tidak akan juga mengatakan jika dia ketahuan neneknya saat akan pergi ke club malam. Bisa-bisa dia malah dihina oleh Lana.
Noah kemudian menjatuhkan pandangannya pada Lana dari atas sampai ke bawah kaki Lana.
"Kamu lihat apa, Noah?" Lana memegang erat handuk mandinya.
"Aku sedang melihat seorang wanita yang baru saja aku nikahi. Ini 'kan malam pernikahan kita, apa kamu tidak ingin melakukan sesuatu?"
"Aku tidak ingin melakukan apapun denganmu. Lagi pula kalau kamu mau bercinta atau bersenang-senang, lebih baik dengan para kekasihmu itu yang dengan senang hati memberikan tubuhnya sama kamu. Jangan denganku karena aku tidak akan menyerahkan lagi tubuhku sama pria brengsek sepertimu!"
Noah beranjak dari tempatnya dan sekarang dia berdiri tepat di depan Lana. "Aku brengsek? Bukannya kamu juga menyukai pria brengsek seperti Bruno! Apa jadinya jika dia mengetahui kalau kekasihnya ini menikah dengan orang yang sudah menghajarnya." Noah lagi-lagi seolah menertawakan Lana.
"Dia bukan pria brengsek seperti kamu, Noah dan aku ingatkan untuk tidak mengatakan pada siapapun tentang pernikahan ini," ancam Lana.
Tangan Noah tiba-tiba menarik pinggang Lana sampai tubuh gadis itu sangat dekat dengan tubuh Noah.
"Noah, lepaskan!" Lana mencoba menjauhkan tubuhnya dari Noah, tapi dekapan Noah sangat erat pada pinggang Lana.
"Bagaimana kamu tau jika Bruno bukan pria brengsek? Dia bahkan lebih buruk dari aku, Lana." Noah menatap tajam pada mata Lana. Pun dengan Lana.
"Setidaknya Bruno tidak tidur dengan banyak gadis seperti kamu!"
"CK! Kamu benar-benar gadis yang sangat polos. Jangan terlalu percaya dengan orang yang terlihat baik di luarnya karena bisa saja dia adalah iblis yang sangat jahat." Noah melepaskan tangannya dan berjalan pergi dari sana.
Lana menghela napasnya lagi setelah dia memastikan Noah benar-benar keluar dari kamar itu. Lana segera mengunci pintu kamarnya agar Noah tidak masuk ke dalam kamar itu lagi. Lana tidak peduli meskipun itu kamar Noah karena dia juga ada di kamar itu.
"Di rumah ini pasti banyak sekali kamar. Dia bisa tidur di kamar mana saja, atau besok aku akan meminta untuk pindah ke kamar lain. Kamar pembantu pun aku tidak masalah, asalkan tidak satu kamar dengan pria brengsek itu." Wajah Lana masih sangat terlihat kesal.
Malam itu Noah yang tidak boleh keluar ke club malam, akhirnya menghabiskan malamnya berada di mini bar pribadinya yang ada di lantai bawah. Noah duduk sendirian sembari menikmati minuman beralkohol kesukaannya.
"Tuan Muda Noah kenapa malah ada di sini? Apa Nyonya Muda Lana sudah tidur?"
"Jangan tanyakan tentang Lana padaku, karena aku bukan ibunya. Lagian Paman jangan bicara seperti nenek yang selalu mengingatkan tentan hari pernikahanku karena aku sama sekali tidak menginginkan pernikahan ini, apa lagi dengan singa betina itu." Noah sekali lagi meneguk minumannya.
"Hem! Kalian walaupun tidak saling suka ataupun tidak menerima pernikahan ini, kalian sudah sah menjadi suami istri di mata hukum dan Tuhan. Seharusnya kalian bisa saling sama-sama mengerti dan menerima apa yang sudah menjadi takdir kalian berdua. Jalani pernikahan ini dengan baik, maka kalian akan bahagia dalam mengarungi pernikahan ini."
"Apa sudah selesai memberi nasihatnya? Kalau sudah Paman temani aku minum saja. Tidak perlu memberiku nasihat panjang yang sama sekali tidak penting bagiku. Setelah Lana diketahui tidak hamil, aku akan segera menceraikan dia dan akan menjalani lagi hidupku dengan bahagia," oceh Noah dengan wajah yang mulai mabuk karena minumannya.
"Lebih baik Paman beristirahat saja daripada Paman malah sakit karena minuman yang Tuan Muda berikan."
Pria paruh baya yang tadi baru saja dari dapur untuk mengambil air, tapi langkahnya terhenti karena melihat Noah di sana. Memilih kembali ke kamarnya dan tidak mau diajak Noah minum.
Noah yang sekarang merasa mengantuk, mencoba berjalan menuju kamarnya. Dia berjalan sedikit sempoyongan karena merasa pusing pada kepalanya dengan berusaha terus berjalan sampai dia tiba di depan pintu kamarnya.
Noah mencoba membuka pintu kamarnya, tapi ternyata pintu kamarnya tidak bisa terbuka.
"Shit! Pasti si singa betina itu yang sudah mengunci pintunya. Dia kira dia bisa mengusir aku dari kamarku sendiri."
Noah berjalan menuju bufet berukuran sedang dan Noah mengambil sesuatu dari dalam lacinya.
Ceklek! Pintu pun akhirnya terbuka. Noah masuk dan melihat Lana yang sedang asik tertidur di atas tempat tidur Noah dengan memakai selimut abu-abu milik Noah.
"Enak saja dia tidur di kamarku. Kenapa dia tidak tidur di sofa saja?"
Noah membuka kaosnya dan dia pun berbaring di atas tempat tidurnya. Noah pun masuk ke dalam selimutnya.
"Huft! Aku benar-benar lelah sebenarnya hari ini, tapi gadis ini malah membuatku pusing saja.
Tidak lama Noah terdiam saat Lana malah berguling mendekat ke arah Noah, bahkan Lana tidur pada lengan tangan Noah yang tadi sempat Noah rentangkan karena lelah.
Kedua mata Noah pun tampak memandangi wajah Lana yang terlelap dalam tidurnya.
Mungkin Lana merasa bisa tidur nyenyak malam ini karena Noah tidak akan bisa masuk ke dalam kamar, tapi Lana tidak tau siapa Noah itu.
Entah iblis apa yang merasuki raga Noah. Noah tiba-tiba perlahan mendekatkan bibirnya dan mengecup lembut bibir Lana yang sedang tidur.
"Rasanya manis. Kenapa aku malah menyukai rasa bibirnya? CK! Seperti aku sudah tidak waras," oceh Noah sendirian.
Noah mungkin memang tidak waras. Bibir mana ada yang rasanya manis? Itu manis karena lip gloss yang memang ada aromanya dan Lana sangat menyukai memakai lip gloss karena terlihat tidak terlalu menor.
Di pernikahannya saja dia tetap memilih memakai lip gloss miliknya daripada lipstik yang merah menyala.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
sella surya amanda
lanjut
2023-12-12
0
Defi
jangan galak-galak kalian entar pada jatuh cinta 😜
2023-12-12
1
Hanisah Nisa
lanjut
2023-12-12
0