Danang berjalan malas menuju kursi di mana Noah berada. "Kamu itu kalau bicara difilter dulu, Noah! Bagaimana kalau dia tanya ke bapaknya, apa itu whiskey? Bisa pingsan bapaknya yang seorang takmir masjid," Danang mengunyah kue klepon buatan Yati.
"Salah sendiri, kenapa tadi dia tanya apa yang aku mau? Aku jawab jujur saja. Lagian kamu kenapa pakai bilang temenku juga suka kue klepon. Aku saja baru lihat bentuk kue yang ada bedaknya begini."
"Itu kelapa, bukan bedak! Ampun!"
"Terserah apa namanya! Kamu juga kenapa malah memperkenalkan aku sama bocah itu?"
"Dia itu naksir kamu, waktu pertama kamu main ke rumahku dan dia melihat kamu sering mengantar aku pulang, Yati tanya siapa namamu? Dan apa kamu sudah punya pacar atau belum?"
"Terus, kamu jawab apa?"
"Aku bilang namamu Noah dan pacar kamu banyak. Biar Yati itu tidak berharap sama kamu. Eh, tapi dia malah bilang nama kamu bagus dan dia suka lelaki yang sedikit nakal. Aduh!" Danang menepuk jidatnya. "Sedikit? Dia tidak tau nakal kamu sebanyak ikan di lautan."
"Berapa nomor teleponnya si Yati itu? Lumayan, bisa aku ajak kencan dan bersenang-senang di club malam."
"Jangan macam-macam ya, Noah. Dia itu gadis baik-baik, kamu jangan merusak anak orang."
"Siapa yang suka duluan? Dia 'kan? Aku hanya bersikap baik," sekali lagi Noah berkata dengan santai.
"Sikap baik kamu itu ada maksud tersembunyi. Sudah! Pokoknya kamu jangan ada niat buat merayu si Yati itu atau kalau tidak hubungan persahabatan kita akan berakhir."
"Bagus kalau begitu. Tidak ada yang menyusahkan hidupku punya sahabat seperti kamu." Noah malah santai menghabiskan kacangnya
"Ya ampun mulutnya, kenapa malah bersyukur begitu? Aku yang bingung kalau kehilangan teman seperti kamu yang bisa aku manfaatkan." Danang terkekeh, tapi Noah yang melihat hanya santai saja.
"Noah, kamu beneran jangan mencari tau soal si Yati, loh!" Danang ini entah kenapa malah takut sendiri.
"Kenapa? Kamu suka sama bocah itu?"
"Siapa yang suka? Aku lebih sebagai kakak ingin melindunginya. Lagi pula kalau mau suka, mending aku suka sama gadis yang tadi ketemu di supermarket. Dia cantik, dan kelihatanya dia baik dan lembut," ucap Danang sembari mengingat kembali wajah Lana.
Noah yang tadinya sudah bisa melupakan kejadian bertemu dengan Lana, malah teringat kembali gara-gara si Danang mengingatkan.
"Gadis yang tadi? Cantik? Baik? Huft! Cantik dari mana? Dia aneh begitu, lagi pula kalau mau mengatakan orang itu baik dan lembut, jangan melihat dari penampilan luarnya saja. Siapa tau dia seperti macan betina."
Danang melihat dengan mata heran pada Noah. "Noah, kamu kenapa tumben sekali menjelekkan seorang gadis? Biasanya kamu itu selalu memuja para gadis di dunia ini. Aneh!"
"Memang kenyataanya dia begitu. Gadis aneh!"
Lana jadi aneh itu ya karena kamu Noah ... Hei! Noah .... Noah sepertinya lupa akan hal itu.
"Jangan terlalu mengejeknya begitu. Bisa-bisa dia jadi calo jodoh kamu." Danang tertawa sampai ngakak.
"Brengsek!"
Noah yang kesal melempar semua kulit kacang tepat pada wajah Danang.
***
Sore itu Lana sudah bersiap diantar pulang sama Sasa. Mereka sudah berpamitan dengan kedua orang tua Sasa yang tadi sudah balik dari luar kota.
"Sa, kalau boleh menginap lagi di sini, aku ingin menginap saja di rumah kamu," ucap Lana sedih sembari memakai helmnya.
"Kalau aku tidak masalah kalau kamu mau menginap lagi. Kedua orang tuaku pun pasti juga tidak akan mempermasalahkan, tapi kamu siap mendengar semburan bola naga api dari Bibimu? Kamu tau sendiri apa yang dikatakan sama Bibi Maya." Sasa juga sedang memakai helmnya.
"Iya, entah kenapa Bibiku itu sangat keras kalau sedang berbicara, tapi aku tau dia hatinya itu pink, walaupun modelan luarnya kayak preman."
"Ya sudah, aku antar pulang sekarang. Eh, tapi besok kamu harus masuk kuliah."
Lana terdiam sejenak, kalau boleh dia memilih untuk tidak masuk kuliah selamanya, dia pasti akan lakukan, tapi hal itu tidak mungkin. Dia harus menyelesaikan kuliahnya yang tinggal beberapa semester lagi agar dia lulus dan bisa bekerja di sebuah perusahaan yang dia inginkan.
"Kalau tidak masuk, apa tidak boleh ya? Lagian besok 'kan hanya ada acara bazar. Aku tidak mau bertemu dengan Noah," ucap Lana lirih pada kalimat terakhir.
"Makannya itu! Besok 'kan hanya ada acara bazar, kamu masuk saja, lagian besok acaranya di luar, jadi kamu tidak mungkin bertemu dengan Noah."
"Iya," ucap malas Lana.
"Pokoknya besok kamu aku jemput dan kita ke kampus sama-sama." Tangan Sasa menepuk pundak sahabatnya itu. "Lana yang aku kenal itu pemberani dan kuat, dan aku ingin terus melihat hal itu dari sahabatku."
Sepersekian detik mereka saling berpandangan. Lana kemudian menganggukkan kepalanya perlahan.
Andai Sasa tau jika Lana ingin sekali menjadi terus kuat, tapi kejadian malam itu dengan Noah benar-benar membuat hidup bahkan jiwa dan pikiran Lana hancur lebur.
Sasa membonceng Lana menuju rumah Lana. Biasanya juga Lana yang membonceng Sasa, tapi karena keadaan Lana sedang tidak baik-baik saja, lebih baik Sasa yang membonceng, daripada nanti mereka tidak jadi ke rumah Lana, malah ke tempat lain. Bahaya.
"Aduh! Kapan lampunya jadi hijau sih? Lama banget ini!" oceh Sasa yang dari tadi masih berhenti di traffic light.
"Sabar, Sa. Di sini memang lampu merahnya agak lama."
Lana mengedarkan pandangannya, tanpa sengaja, pandangan Lana terhenti saat ada motor sport hitam berhenti tepat di samping mereka, dan pria yang membawa motor membuka kaca helm besarnya.
"Noah!" seru Sasa kaget.
"Noah menoleh dan hanya tersenyum kecil pada Sasa. Lalu, pandangan Noah terhenti saat melihat siapa yang dibonceng oleh Sasa.
Sasa sekarang malah merasa bersalah, tadi kenapa dia malah terlihat heboh dan senang sekali melihat Noah di sana. Sasa 'kan memang mengidolakan sosok mahasiswa baru di kampusnya.
"Eh, kamu 'kan gadis yang tadi bertemu di supermarket!" Danang yang duduk di belakang Noah dengan posisi lebih tinggi dari Noah, terlihat senang bisa bertemu dengan Lana kembali.
"Sa, lampunya sudah berwarna hijau. Ayo pergi sekarang." Lana melihat lampu sudah berubah hijau. Dia ingin sekali secepatnya menghilang dari sana.
Sasa segera menjalankan motornya tanpa berpamitan dengan Noah.
"Loh! Sudah pergi lagi. Eh, tapi aku sepertinya kenal sama cewek yang duduk di depan itu. Siapa ya?" Danang tampak mengingat sesuatu.
"Shit! Kenapa mesti ketemu lagi?"
Noah tiba-tiba menjalankan motornya tanpa aba-aba sehingga membuat Danang berteriak kaget memanggil nama Noah.
"Noah! Kalau mau membunuhku, jangan seperti ini! Kaget aku!" Danang memegang erat tepi jaket kulit hitam milik Noah.
"Makannya, jangan mikirin cewek itu terus!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Sophia Aya
Noah cie cie cemburu sama danang
2023-12-05
1
Defi
cemburu nih ceritanya sama Danang 😜
2023-12-05
2