Sang patriach berjalan keluar dari ruangannya untuk menemui tamu yang sudah menunggu. Ia adalah Shen Ming, seorang pria tua berumur lebih dari seratus tahun.
Menggunakan tongkat untuk berjalan, ia ditemani lima orang pendekar Jiwa di sampingnya. "Yu Long dan Ling Ling, dua pendekar jiwa ..."
Si patriach berfikir sejenak, sebelum akhirnya kedua mata lelah itu menangkap dua sosok muda di ruangan khusus untuk tamu. Satu adalah pria tinggi kekar, satunya lagi seorang perempuan dengan pakaian cukup terbuka.
"Patriach! Salam dari Yu Long!"
"Salam dari Ling Ling!" Keduanya sontak berdiri dan memberi hormat saat melihat kedatangan Shen Ming.
Sang patriach hanya mengangkat tangan pertanda tak perlu formalitas lagi. Ia pun duduk di meja bersama mereka, dengan lima pendekar Jiwa yang menunggu di sudut sudut ruangan.
"Adik Ling Ling, adik Yu Long ... apakah alasan kalian berdua bertamu hari ini?" Shen Ming menuangkan teh untuk mereka bertiga. "Pria tua ini tak sempat mempersiapkan apapun karena kedatangan yang begitu mendadak."
Yu Long dan Ling Ling menerima tehnya, si pria kekar segera buka suara. "Terima kasih patriach, ini terkait peristiwa besar kemarin. Penyerangan terhadap paviliun Naga Emas dan hilangnya pedang Pembelah Bumi."
Sang patriach terdiam sejenak kemudian membalas. "Teruskan ... "
"Beritanya pasti sudah menyebar kemana-mana, bahwa para bandit Golok Merah mencuri pedang Pembelah Bumi dan menculik nona Wang Li sang putri duke."
Shen Ming mengelus elus dagu berjanggut panjangnya. "Memang benar, saya sudah lah mendengar kabar itu kemarin."
Meskipun diam tanpa suara, kedua mata Ling Ling tidak pernah berhenti bekerja. Ia dengan tajam melihat ke sudut sudut ruangan, tempat para pendekar Jiwa menunggu, serta menatap ke arah patriach untuk melihat semua raut wajahnya.
"Sangat lah baik karena nona Wang Li berhasil selamat berkat aksi hebat seorang senior sakti." Dikala mendengar kabar itu, wajah Shen Ming tak nampak kaget. "Hanya saja, pedang Pembelah Bumi tak berhasil diselamatkan."
"Sayang sekali, sungguh sangat disayangkan." Shen Ming bergumam, tak pasti apakah dia merujuk ke arah Wang Li atau pedangnya.
"Dan terima kasih kepada jaringan berita yang kuat milik nyonya Ling Yue, kami diberitahukan bahwa dua bandit Golok Merah berlari kemari bersama pedang Pembelah Bumi." Yu Long menatap tajam ke arah sang patriach, mencoba melihat reaksi darinya.
"Hmm ... nyonya Ling Yue memang sangat lah hebat, karena bisa mendapat informasi seakurat ini." Shen Ming mengangkat tangan kanannya untuk menjetikkan jari. "Tapi aku heran mengapa ia hanya mengirim dua orang lemah kemari."
Ctik!
Satu jentikkan jari, kemudian sebuah pisau kecil melesat secepat suara ke arah wajah Yu Long. Sang pria tau serangan akan datang, namun tak bereaksi apapun.
Jtraaangg!
Pisau itu ditangkis oleh seruling milik Ling Ling yang tak kalah cepat, ia memang sudah waspada penuh selama percakapan. Yu Long yang percaya terhadap kemampuan rekannya itu bahkan tak nampak bergerak sedikitpun.
Setelah ditangkis, pisaunya jatuh dan menancap di meja. Ling Ling memberikan senyuman sinis ke arah gadis yang melempar pisau itu dari sudut ruangan.
"Sayang sekali kalau begini, patriach." Yu Long tersenyum sadis dan melompat dari tempatnya duduk bersama Ling Ling. "Tadinya hendak tawar menawar, namun nampaknya patriach tak berkenan."
Sang patriach menatap bingung ke arah Yu Long, kemudian berubah kaget ketika melihat pria itu melempar sebuah bola dengan sumbu padanya.
Para penjaga patriach segera bergegas melempar bolanya keluar ruangan. Ledakan segera muncul, cukup keras untuk didengar oleh orang orang di luar.
Namun itu lah niatan Yu Long sejak awal, suara sekencang itu pasti bisa mencapai Gong Taizhu dan rekan rekan lainnya. Penyerangan dimulai.
.
.
.
.
.
.
Boooooommmm!!!
Suara sangat kencang muncul bersamaan dengan getaran di tanah, Gong Taizhu yang sedari tadi menunggu dengan waspada pun segera mengenali tandanya.
"Itu dia! Serang sekarang!" Ia berseru kepada enam rekan di belakangnya, mereka semua melompat tinggi melewati dinding pembatas. "Ucapkan bersama ku kawan kawan, demi nyonya Ling Yue!"
"Demi nyonya Ling Yue!" Seru para pendekar di belakang Gong Taizhu.
Mendengar begitu banyak keributan, para pendekar yang ada di sekitar nampak kebingungan. Sebagian besar dari mereka adalah pendekar raga, yang tak tau apa yang terjadi sebelum kepala mereka jatuh ke tanah oleh tebasan para pendekar paviliun Naga Emas.
"Perempuan atau pria, bunuh mereka semua!" Gong Taizhu berseru kencang, kapaknya tak tau kata ampun, melibas semua murid sekte Macan Putih.
Para pendekar Raga yang berani melawan sekalipun tak berujung memiliki takdir yang berbeda, mereka sama sama terbelah menjadi dua bagian dan jatuh ke tanah.
Dikala sedang sibuk membantai para pendekar yang satu tingkat dibawahnya, Gong Taizhu dihentikan oleh serangan dari atas.
"Hiat!" Gong Taizhu mengelak ke samping, sepersekian detik kemudian sebuah tombak menancap tepat di mana ia berdiri sebelumnya.
Tap ...
Seorang pria dengan senyuman aneh kemudian menempatkan diri di atas tombak yang menancap itu, ia berjongkok santai sembari menatap tajam ke arah Gong Taizhu.
Para rekan Gong Taizhu juga sibuk dengan tugas masing masing, mengejar para pendekar raga yang berlarian ke sana ke mari.
"Gendut, boleh tau nama mu?" Tanya pria dengan senyuman aneh itu.
"Gong Taizhu si kapak neraka."
"Keren juga, nama ku Tang Welian si ... " Tang Welian terdiam sejenak. "Coba ku fikir lagi, aku tak punya julukan seperti mu."
Ia terkekeh dan melompat dari atas tombak, tangannya bergerak cepat meraih senjata itu kemudian mendarat di tanah sembari menebaskannya ke arah Gong Taizhu.
Satttt!!!
Gong Taizhu menghindari serangan mendadak itu dengan nyaris, namun ia melihat serangan susulan.
Syut! Syut! Syut!
Tak habis dengan satu tebasan, Tang Welian mengirim rangkaian tusukan. "Bagaimana dengan Tang Welian si tusukan kilat?"
"Terdengar jelek!" Gong Taizhu melawan balik dengan tebasan balasan, Tang Welian menunduk dan berhasil menghindar.
Musuhnya itu lalu memutar-mutar tombak layaknya atraksi handal, namun di setiap gerakan ujung tombaknya selalu mengincar si gendut yang kesulitan untuk menyelamatkan diri.
"Kalau Tang Welian si tombak berputar?"
"Tak terdengar seperti nama pendekar."
Jangkauan senjata yang jauh berbeda, serta tingkatan musuh yang nampaknya lebih tinggi, Gong Taizhu kesulitan di pertarungan ini.
Si gendut masih pendekar Jiwa tahap menengah, namun nampaknya Tang Welian sudah di tahap akhir. Pertarungan cukup berat sebelah dengan Gong Taizhu yang masih sempat memberi sedikit perlawanan.
"Cih, bedebah satu ini!" Gong Taizhu menggesekkan kedua kapaknya satu sama lain, api berkobar seketika.
"Oh? mau main tenaga dalam?" Tang Welian menyeringai dan tombaknya dialiri oleh arus angin yang berputar melingkar seperti naga. "Boleh, maju sini."
"Teknik Kapak Neraka, tebasan raja apiiiii!!!" Gong Taizhu melepaskan satu tebasan menyilang, gelombang api mengamuk seperti ombak yang mengincar Tang Welian.
"Teknik Tombak Naga, Auman Terakhir!" Satu tusukan kuat dilepaskan, menciptakan gelombang kejut sangat kuat yang melawan balik serangan Gong Taizhu.
Si gendut kaget saat apinya dihempaskan oleh jurus Tang Welian, serangan yang mestinya mengancam lawannya kini berbalik mengincar tuannya sendiri.
Boooooommmm!!!
Gong Taizhu terlempar dan berguling guling di tanah oleh serangannya sendiri, ia mengerang kesakitan saat sebagian tubuhnya memiliki luka bakar tingkat menengah.
"Bagaimana bisa ... sekte kecil seperti Macan Putih memiliki pendekar Jiwa sekuat ini?" Gong Taizhu bangkit lagi dengan nafas terengah engah.
Ia menatap ke arah Tang Welian yang berjalan santai ke arahnya dengan tombak yang masih dialiri oleh arus angin.
Tang Welian menyeringai. "Siapa bilang aku dari sekte Macan Putih?"
Bersambung ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Laaaaaajut
2024-07-05
1
Raja Bumi
Semangat thor jgn sampe brhnti ditengah jalan ya
2023-12-04
1