Obrolan bersama keluarga Wang Li sungguh membuat Xiao Ren terkaget-kaget, bagaimana tidak ... gadis kecil menyebalkan itu ternyata anak dari seorang duke. Secara nyata, duke adalah sosok terkuat kedua di bawah raja.
Bahkan raja sendiri tak akan berani menyebut dirinya lebih tinggi dari duke, karena sebetulnya kedudukan mereka tidak lah berbeda, namun karena raja memegang tanggung jawab lebih besar maka ia dianggap lebih terhormat.
"Hahh ... satu hari duduk di jalanan kotor, esoknya duduk di kursi bersama seorang duke. Hidup memang tak terduga." Xiao Ren menggelengkan kepala, ia menatap ke arah dua saudara Wang Li yang tengah beradu pedang kayu.
Bocah kecil yang bergender pria bernama Wang Yan, dia terlihat sangat tenang dibandingkan kembarannya. Sebagai lawan Wang Yan, ada seorang bocah gadis yang berparas mirip dengannya, ia bernama Wang Mei.
Ditemani sebotol sake pemberian Wang Jia, si pengembara memperhatikan dan menilai dua kembaran itu. Dalam hal kekuatan, Wang Mei lebih unggul dari Wang Yan, namun sebaliknya Wang Yan sangat pandai mencari cara untuk mengimbangi Wang Mei.
Wang Yan tau kalau ia menghantam lawannya secara langsung maka ia akan kalah telak, jadi ia tak mau menyambut pedang Wang Mei melainkan menghindarinya. Pria kecil itu terus menghindar sembari terus mencari titik lemah Wang Mei.
Namun sungguh lah Wang Mei bukannya tak memiliki kelemahan, justru di mata Xiao Ren bocah itu penuh titik lemah dan ia bisa membunuh Wang Mei dalam satu helaan nafas. Hanya saja, Wang Yan juga masih pun belajar dan kesulitan untuk mencari titik lemah yang dimaksud.
"Bagaimana menurut mu?" Wang Jia mendadak muncul di samping Xiao Ren, serta ikut menyaksikan kedua anaknya berlatih di lapangan keluarga Wang.
"Dua bocah itu sangat kuat untuk anak seumuran mereka, mungkin tak ada sepuluh dari lima puluh orang yang bisa berimbang dengan keduanya." Xiao Ren jujur, ia jarang sekali melihat potensi sebesar ini dari bocah zaman sekarang, bisa dibilang bahwa ilmu bela diri sudah mulai memudar di hari ini.
Mereka berdua memang kuat, namun itu jika dibandingkan dengan bocah zaman sekarang saja, andai Xiao Ren memasukkan para anak kecil dari zaman dahulu ... mereka bahkan bukan semut.
"Wahahaha! Tentu saja, anak dari duke mesti jadi yang paling kuat!" Wang Jia berseru kencang sebelum akhirnya terbatuk-batuk, melihat itu membuat Xiao Ren tersenyum tipis.
Tuk ...
Xiao Ren menaruh botol sakenya, kemudian meregangkan tubuh sedikit agar otot ototnya tidak kaku. Sejatinya tindakan ini tidak sopan di depan seorang duke, namun Wang Jia sendiri yang memintanya untuk tidak memperdulikan tata krama ... ia bisa santai.
"Paman Wang."
"Ada apa, adik Xiao?"
"Mau sedikit peregangan otot?" Xiao Ren mengatakan itu tepat setelah peregangan otot, membuat Wang Jia mengerti apa yang dia maksud. Sang duke langsung tersenyum semangat karenanya.
.
.
.
.
.
.
Xiao Ren berdiri di tengah lapangan sembari mengayun-ayunkan pedang kayu, ia merasa benda ini terlalu ringan dan rapuh. Sehingga, si pengembara butuh sedikit penyesuaian untuk bisa memaksimalkan seni berpedangnya pada pedang kayu satu ini.
Di sisi lain, Wang Jia tengah melakukan pemanasan. Berbeda dengan Xiao Ren yang masih muda, sang duke sudah lah cukup berumur sehingga pemanasan adalah hal wajib baginya.
"Kakak Xiao, kalah kan ayah!!!"
"Buat ayah menangis!"
Tak jauh dari mereka, si kembar Wang tengah duduk dengan penuh semangat karena akan segera menyaksikan pertarungan dari dua orang dewasa. Xiao Ren terkekeh ketika mendapati dua bocah itu yang justru malah menyemangatinya.
Ia sempat mendengar dari Bao An bahwa Wang Yan dan Wang Mei sering mendapat pelatihan keras dari sang duke, jadi mungkin keduanya ingin sesekali melihat ayahnya kesulitan.
"Anda dengar itu paman Wang? Aku harus mengalahkan mu agar anak anak senang, jadi mohon kemudahannya." Xiao Ren memasang kuda kuda sederhana untuk menghadapi Wang Jia.
"Omong kosong! orang yang berhasil mengalahkan sekelompok bandit Golok Merah sendirian tidak lah butuh kemudahan dari pria tua seperti ku!"
Xiao Ren tersenyum kaku, nampaknya Wang Jia tak ada niatan untuk menahan diri. Yahh ... meskipun demikian, si pengembara optimis bisa menang, bahkan tanpa harus serius.
"Aku mulai duluan!!" Wang Jia berseru kencang sembari bergerak cepat menuju Xiao Ren.
Srasakkk!!!
Tebasan Wang Jia sangat ganas dan penuh tenaga, setiap perseteruan antara pedang kayu sang duke dan si pengembara akan menciptakan suara kencang. Dalam sekejap pertarungan berubah memanas.
Sang duke cukup terkejut ketika menemukan Xiao Ren bisa mengikuti pergerakannya. Ia mengetahui bahwa pria muda ini berhasil membantai sekelompok bandit, jadi seharusnya dia cukup kuat ... namun tidak pada tingkat ini.
Satt!!!
Di tengah adu tebasan, sang duke mengambil langkah ke samping dan melakukan satu tusukan ke arah leher.
Duakhh!
Xiao Ren menunduk dan menghantam dagu Wang Jia menggunakan gagang pedang miliknya, sontak tubuh Wang Jia terangkat sedikit ke udara dan memperlihatkan celah yang sangat besar.
"Sekarang, kakak Xiao!"
"Serang di sana!" Dua kembar Wang bersorak antusias.
Xiao Ren bergerak cepat untuk mengirimkan satu tebasan pada dada Wang Jia, namun sang duke berhasil menangkis itu dan mementalkan pedang si pengembara. Keduanya saling memberi jarak untuk sejenak waktu.
"Untuk sebuah peregangan otot, bukannya ini agak terlalu liar?" Xiao Ren berucap pada Wang Jia yang memegangi rahangnya yang baru terkena hantaman.
"Ku lihat bahkan kau tak memanas sedikitpun, jadi bukannya ini belum cukup liar?" Wang Jia bisa menyadari bahwa Xiao Ren bahkan tak terlihat meneteskan keringat, artinya si pengembara masih bersantai dan menahan diri padanya.
"Aku akui adik Xiao, kau lebih kuat dari dugaan ku." Wang Jia mempersiapkan diri.
"Terima kasih untuk pujiannya, aku memang kuat banget sih ..." Xiao Ren terkekeh tengil.
Wang Jia merubah kuda kudanya, ini jauh berbeda dari yang barusan karena beberapa tingkatan lebih tinggi dari sebelumnya. Gaya berpedang keluarga Wang ... pedang Raja Timur.
Teknik pedang Raja Timur berpacu pada kekuatan, sehingga butuh orang yang memiliki fisik unggul untuk bisa memaksimalkannya, itulah kenapa Wang Jia bersikap keras pada kedua anaknya yang masih kecil.
"Woahh ... bikin teringat masa lalu saja." Xiao Ren berbisik pelan sehingga Wang Jia tak mendengarnya.
Srasakkkk!!! Pakkkk!!!
Wang Jia menerjang ke arah Xiao Ren, dalam satu gerakan itu ia berhasil memotong jarak antara keduanya. Wang Jia melepaskan satu tebasan teramat kuat, Xiao Ren yang ingin tau seberapa kuat tebasan itu lalu mengadu kekuatan dan akhirnya menyesal ... sebab pedang si pengembara terlempar ke udara satu detik setelahnya.
Terlepas dari pedangnya tak membuat Xiao Ren serta merta tak berdaya, ia segera mengandalkan tapak dan tinju sama seperti saat melawan bandit Golok Merah. Selama pedang kayu Xiao Ren masih berputar di udara, keduanya telah bertukar jurus tak kurang dari puluhan.
Wang Jia mendecih frustasi saat mendapati dirinya masih kalah bahkan oleh tapak dan tinju Xiao Ren sahaja, ketika pemuda itu berhasil mendaratkan lima pukulan padanya, sang duke paling jauh hanya mampu sedikit menggores pipi Xiao Ren.
Pakkk!! Pakkk!!! Buakkkhh!!
Xiao Ren memukul dada Wang Jia dua kali menggunakan tapak dan diakhiri dengan tinju di pipi, sang duke mundur tiga langkah dan bisa melihat Xiao Ren berhasil menangkap pedang kayu yang telah kembali jatuh.
"Kuat sekali ..." Wang Jia menyeringai seram.
Tenaga dalam dikeluarkan, Wang Jia mengeratkan genggaman pada pedang kayunya. Melihat lawan tandingnya menggunakan tenaga dalam, Xiao Ren mengernyitkan dahi dan ikut menggunakan miliknya juga.
"Teknik Pedang Raja, Mahkota Singa!" Sang duke melompat maju untuk mendapatkan momentum yang pasti, diiringi dengan angin kuat yang memutari pedang kayu yang ia genggam erat.
Tak mau kalah, Xiao Ren ikut unjuk gigi dengan mengeluarkan salah satu jurus pedangnya juga. "Teknik Pedang Bumi, Tebasan Aura."
Bammmmm!!!
Dua jurus kuat beradu, Wang Yan dan Wang Mei yang menyaksikan pertandingan ini seketika ternganga, bagaimana tidak ... sangking kuatnya dampak dari dua jurus itu hingga angin di sekitar mengamuk.
Batu kerikil dan dedaunan berterbangan ke sana dan kemari, pepohonan di pekarangan bergoyang tak terkendali. Baik Wang Yan maupun Wang Mei terpaksa melindungi wajah mereka, namun mata keduanya masih terpaku pada pertarungan seru di hadapan.
Wang Jia menekankan pedangnya yang beradu dengan Xiao Ren, membuat angin semakin mengamuk, sebagai balasannya si pengembara ikut menekankan pedangnya hingga tanah di bawah mulai memperlihatkan retaknya.
"Ini saja kemampuanmu pengembara? Kalau begini aku bahkan tak bisa menjadi serius meski setengah saja!!" Wang Jia tersenyum lebar ke arah Xiao Ren.
"Jangan berbicara ketika keringat mu bercucuran dan nafas tak karuan, paman." Xiao Ren kembali memperkuat tekanannya, retakan di tanah menjadi lebih besar dan aura keemasan mulai bisa terlihat secara kasat mata.
Krrrkk ... Krakkkkkkk!!!
Tak lama kemudian pedang kayu yang mereka pakai menjadi hancur berkeping keping, padahal itu termasuk benda surgawi.
Benda surgawi adalah benda yang memiliki kekuatan suci di dalamnya, di sisi lain juga ada benda terkutuk yang mengandung kekuatan gelap. Mereka berdua saling berlawanan dan menghancurkan satu sama lain.
"Woahh ... nampaknya aku sedikit berlebihan." Xiao Ren berseru sembari melihat pedang kayu di tangannya yang hanya tersisa bagian gagang saja.
"Iya, aku juga terlalu bersemangat hingga kelepasan."
"Hahaha ... kalau begitu ayo lanjut, kali ini tanpa tena-"
Gretttt!!!
"Ayayayaya!!! Sakit! Sakit!" Xiao Ren menjerit kencang ketika telinganya terkena jeweran.
Xiao Ren segera melihat siapa pelakunya, kemudian ia menemukan Wang Li dengan wajah marah dan tangan kanan menjewer kencang telinganya.
"Tak ada selanjutnya! Kalian sudah keterlaluan sampai menghancurkan lapangan!'
"Tapi ini cuma peregangan otot! Peregangan otot!" Jeweran di telinga Xiao Ren semakin sakit ketika ia mulai beralasan, si pengembara hendak meminta bantuan kepada Wang Jia namun orang tua itu juga mengalami hal yang serupa.
"Mama, papa salah!! Papa salah!! Jangan jewer lagi ya? Adududuh!!" Wang Jia tak berdaya di hadapan istri yang marah, ia hanya bisa menjerit dalam derita.
"Aku pergi hanya untuk sebentar, dan pria tua ini sudah berulah." Sang istri berucap garang sembari menyeret Wang Jia di kupingnya. "Tulang sudah keropos juga masih bertingkah, kalau sakit pinggang mau bagaimana?!!"
"Iya ... Iya ... papa salah ..."
Xiao Ren hilang harapan, nampaknya putri Wang dan nona Wang terlalu kuat untuk si pengembara dan sang duke.
Bersambung ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Putra_Andalas
PAPA..!?? MAMA..!?? 😂🤣😂
2024-11-09
0
Ship.... anak dan Ibu Kompak
2024-07-05
1
Hiu Kali
mantabbb sop ilernya kereen.. tau tau sudah op MC nya.. laen dari yg laen ini maah.. ditunggu full versinya 10k nyaa..
2023-11-28
1