Diseret oleh Wang Li dan Wang Shuqun, dua pria malang itu tiba di sebuah ruangan cukup besar dengan beberapa peralatan medis.
Di dalam ada Chai Hong yang tengah duduk di tepi kasur, nampak berdiam diri.
"Hm? oh, Chai Hong." Xiao Ren berujar ketika menemukan wanita dari pelelangan itu, di sampingnya ada tabib. "Bagaimana keadaannya? sudah bisa melihat?"
Tabib menggeleng menyesal, kiranya pengobatan berhasil, pasti lah wajah pria lanjut usia tersebut tidak akan semuram ini.
"Matanya sudah menderita kerusakan parah oleh benda tajam, ini di luar kemampuan saya."
Sorot wajah Xiao Ren dan yang lain termasuk Wang Li nampak kecewa, terutama putri dari keluarga Wang tersebut. Ia kira dengan membawa Chai Hong kemari akan bisa membantunya, namun ternyata percuma juga.
Wang Li berkacak pinggang. "Kamu kan tabib terhebat di kota Naga, kenapa tidak bisa berbuat apa apa?"
"Beribu maaf kepada nona Wang Li, namun saya hanya lah tabib, bukan dewa. Apa yang saya lakukan adalah mengobati dan menyembuhkan, bukan mengembalikan apa yang sudah tiada." Mendapati perkataan dengan nada menekan, tabib tersebut menundukkan kepalanya.
Wang Li nampak semakin marah. "Kau ini ... bukannya bekerja, malah beralasan saja."
"Wang Li, tidak baik mempersulit sang tabib. Dia sudah berusaha yang terbaik." Wang Shuqun memotong kalimat putrinya.
Berbeda dengan putrinya, Wang Shuqun jauh lebih tenang dan terkendali. Ia dikenal sebagai orang yang bersabar dan lebih bisa diajak berbicara.
Wang Li tak punya pilihan selain membungkam mulut dan menahan rasa kesalnya pada sang tabib. Mau se-sombong dan se-arogan apapun si gadis bangsawan, orang tua bukan lah sosok yang bisa dia lawan.
"Jadi, tuan tabib ... bisa tolong jelaskan?" Wang Shuqun bertanya kepada si pria lanjut usia. "Kiranya adakah jalan yang bisa dicoba?"
"Sebenarnya ada ..." Si tabib diam sejenak kemudian lanjut berbicara. "Akar pohon Daun Biru, mempunyai efek yang bisa menyembuhkan luka besar seperti ini."
"Lah, kalau itu sih gampang. Kamu fikir kami tak punya uang untuk beli benda tersebut?" Wang Li berdecak kesal dan melipat kedua tangannya di dada.
"Wang Li ..." Wang Shuqun menatap ke arah anak gadisnya itu, membuat Wang Li menoleh ke arah lain dengan bibir manyun dan wajah cemberut.
"Masalahnya bukan di uang nona, namun ... luka ini sudah cukup lama, jika satu jam lagi tak segera disembuhkan maka akan percuma meski punya 100 akar pohon Daun Biru sekalipun."
Semuanya terdiam, akar pohon Daun Biru meski bukan benda yang paling mahal namun tidak ada banyak beredar. Kalau bukan di pelelangan maka hanya ada di pasar gelap, dan sekalipun dicari ... pasti butuh waktu yang banyak.
Ketika mereka berhasil memiliki obat tersebut, waktu pasti sudah jauh berlalu lebih dari satu jam.
"U-Umm ... tuan dan nyonya Wang tidak perlu repot repot." Chai Hong angkat suara, ia tersenyum namun ada rasa pahit di senyumannya. "Saya sudah tidak apa apa ..."
Melihat Chai Hong yang seperti demikian, rasa keputusasaan menjadi semakin kuat mendobrak hati semua orang di ruangan ini.
Mereka berharap kalau saja pengecekan ini dilakukan lebih awal, namun sayangnya si dokter datang lebih lama karena posisinya yang jauh ketika Wang Jia memanggil.
Kraukk ... Kraukkk ...
Suara kunyahan mengisi ruangan yang sejatinya sangat lah sepi dan suram, awalnya semua orang tak mengindahkan suara ini sebelum akhirnya terasa menjadi semakin mengganggu.
"Kamu makan apa sih?!" Wang Li membentak dan menoleh ke arah Xiao Ren.
"Hm? Ga tau nih ... aku curi dari pelelangan, rasanya ga enak sih." Xiao Ren menunjuk ke arah sebuah akar yang tengah ia kunyah di mulut.
"Itu kan! Itu kan akar pohon Daun Biru!" Si tabib berseru.
"Iya kah?!" Wang Li kaget sebelum akhirnya mencabut paksa akarnya dari mulut Xiao Ren.
"Puahh!!! Uhuk! Uhuk! Kasar banget sih kamu!"
Tanpa memperdulikan Xiao Ren yang protes, Wang Li menyerahkan akar pohon biru tersebut. Sang tabib mengambilnya dengan agak jijik, air liur Xiao Ren ada pada benda tersebut.
Tanpa memakan banyak waktu, ia mengambil beberapa bahan tambahan lainnya sebelum mulai bekerja.
Semuanya menunggu dengan agak tak sabaran karena waktu terus berlalu, sampai akhirnya si tabib kembali dengan cairan berwarna hijau di gelas.
"Obatnya sudah siap, bahan dasarnya adalah akar pohon Daun Biru, dicampur dengan ginseng dua ratus tahun, biji bunga senja, dan ... air liur ..."
Wang Li menatap sinis ke arah Xiao Ren, membuat si pengembara menatap balik. "Apa? salah ku apa?"
"Kalau obat nya jadi tak ampuh karena air liur mu, awas saja!"
"Yang benar saja, justru malah makin makjoss dong!"
Wang Jia dan Wang Shuqun geleng geleng kepala melihat dua orang yang tak ada akur sama sekali semenjak bertemu. Di sisi lain Chai Hong hanya terkekeh pelan dan membuka mulut, baginya ... selama obat ini bisa menyembuhkan, mau bahan seperti apapun bukan lah masalah.
Tabib membantunya untuk menghabiskan obat yang dianjurkan, tanpa memakan waktu lama, kedua mata Chai Hong yang sebelumnya menatap kosong, kini ada tanda tanda bekerja.
Si tabib terdiam sejenak, sebelum tersenyum. "Obatnya berhasil ..."
Xiao Ren segera bergegas dan berdiri tepat di hadapan Chai Hong, mendorong si tabib supaya menepi untuknya.
"Mana, coba ku cari tau. Chai Hong! Chai Hong, bisa melihat ku?!" Xiao Ren melambai lambai di hadapan wajah si wanita yang kini tersenyum.
Setelah hilang harapan untuk bisa melihat kembali, Chai Hong begitu bahagia saat kebutaannya diangkat. Terlebih lagi, ia akhirnya bisa melihat wajah dari orang yang telah menyelamatkannya dari kematian, Xiao Ren.
Chai Hong mengangguk kecil. "Iya, saya bisa melihat anda jelas."
"Matanya bekerja normal kan? tidak ada yang aneh kan?" Xiao Ren bertanya lagi, dibalas dengan gelengan kepala oleh Chai Hong.
"Haha! Sudah ku bilang air liur ku bikin obatnya manjur!"
"Hah?! Mana ada, yang benar itu uang ku yang bikin dia sembuh!" Wang Li bersidekap dada. "Kalau aku tak memanggil tabib terhebat kemari, mana bisa Chai Hong sembuh?"
Mereka berdua kembali berdebat, nampaknya tak akan berhenti dalam waktu dekat. Melihat itu, sang tabib tak ambil banyak waktu lagi dan segera menghadap Wang Jia serta Wang Shuqun.
"Tuan dan nyonya, pengobatan sudah selesai ... saya meminta izin pamit, ada pasien lain yang butuh bantuan saya."
"Tentu saja tuan tabib, mari kami antar."
Mereka bertiga pun pergi ke ruangan lain, meninggalkan Chai Hong yang tergelak kala menyaksikan Xiao Ren dan Wang Li tak ada habisnya bermusuhan.
Bersambung ...
Hello hello, jangan lupa tinggalin like dan terpenting adalah komentar ya? :)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Doni Rama
ok
2024-11-10
0