Bab Tujuh Belas

Danish mengecup dahi sang istri saat akan berangkat kerja. Hari ini dia akan bertemu dengan ayah Amara. Namun, pria itu tak mengatakan hal sebenarnya, takut istrinya itu menjadi kepikiran.

"Ingat, jangan kemana-mana tanpaku. Jika ingin sesuatu kabari aku. Jangan buka pintu siapa pun yang datang, karena aku tahu kode masuknya. Jadi tak perlu mengetuk atau membunyikan bel," ucap Danish.

"Iya, Mas." Hanya jawaban singkat itu yang Amara berikan. Dia lalu memeluk sang suami. Dalam pelukan pria itu, dia merasa tenang dan nyaman.

"Nanti pulang aku belikan es krim brownies. Jika ingin yang lain tinggal kirim pesan. Satu lagi, kemana pun kamu pergi, walau hanya menonton, bawa ponsel. Jika aku hubungi cepat angkat. Hanya aku yang tahu nomor ponselmu. Jika tak kamu angkat, pasti aku mengira kamu dalam bahaya."

"Iya, Mas." Kembali hanya itu jawaban yang Amara berikan. Danish membelikan ponsel untuk sang istri agar dia bisa berkomunikasi dan bisa digunakan untuk meminta tolong jika dibutuhkan. Setelah mengecup dahi istrinya lagi, pria itu pamit.

Amara menutup pintu setelah suaminya menghilang dan masuk ke dalam lift. Dia langsung masuk ke kamar.

***

Di salah satu kafe telah menunggu seorang pria paruh baya dengan salah seorang bawahan Danish. Setengah jam menunggu akhirnya pria itu datang.

Danish langsung duduk dihadapan keduanya. Mengulurkan tangan pada ayah mertuanya itu. Laki-laki itu mengenalkan dirinya sebagai Erik.

"Aku langsung saja ke intinya," ucap Danish tanpa mau berbasa-basi.

"Aku Danish, suaminya Amara. Kami menikah dua bulan lalu. Aku bertemu dengan gadis itu saat dia butuh pertolongan karena di kejar seseorang yang ingin melecehkannya," ucap Danish. Dia menjeda ucapannya. Erik, ayah Amara lalu menyambung.

"Tak ada yang ingin melecehkan anak itu. Dia memang sering berhalusinasi. Sering mengatakan hal bohong, jika dia mau dilecehkan, diperas dan juga disiksa. Semua itu bohong. Amara begitu sejak ditinggal ibunya. Dia sedikit stres," ucap Erik.

Mendengar ucapan Erik, Danish hanya tersenyum. Dia tahu, pria dihadapannya saat ini berusaha membela diri dengan mengatakan itu. Mungkin dia berharap Danish percaya akan apa yang dia katakan.

"Aku punya bukti. Tubuhnya banyak memar dan bekas siksaan," ucap Danish.

Erik terdiam mendengar ucapan pria itu. Danish memang tidak berbohong. Beruntung dia sempat memotret tubuh Amara saat pertama bertemu. Awalnya Danish ingin melapor ke kantor polisi. Saat ini bekas penyiksaan itu sudah mulai hilang.

"Itu dia sendiri yang melakukan. Jika kami tak menuruti apa maunya, dia akan menyiksa dirinya," jawab Erik. Dia masih bertahan dengan pendapatnya.

Danish lalu bermain mata dengan bawahannya. Pria itu lalu mengeluarkan foto-foto bukti kekerasan yang Amara dapatkan. Banyak memar di sekujur tubuhnya.

"Kau lihat sendiri. Ini buktinya. Tidak mungkin dia bisa menyabet punggung sendiri dengan rotan. Itu jelas bekas pukulan rotan," ucap Danish.

Erik kembali terdiam. Dia mengambil foto itu. Mengamatinya. Dia tak menyangka jika siksaan yang dia lakukan begitu keras sehingga membekas.

Sejak kematian sang istri, Erik jadi membenci Amara. Dia berpikir istrinya meninggal karena anak itu. Ibu Amara meninggal karena menolong anaknya dari kecelakaan. Saat itu Amara dan ibunya pergi ke pasar. Saat menyeberang tak melihat ada mobil dari arah berlawanan. Sang ibu mendorong tubuh putrinya agar tak ketabrak, dan membiarkan dirinya yang menjadi korban.

"Aku tak melaporkan kamu, hanya karena masih menimbang perasaan Amara. Aku takut dia sedih jika melihat sang ayah dipenjara. Tapi, semua juga ada syaratnya. Aku minta kamu jauhi Amara. Begitu juga dengan anakmu David. Jika aku melihatnya masih mengganggu istriku, akan aku laporkan dan pastikan dirinya membusuk di penjara. Jika kamu masih aku tahan mengingat kamu ayah Amara," ucap Danish dengan penuh penekanan.

"Aku juga bisa melaporkan kamu dengan tuduhan melarikan anak gadisku!" ancam Erik.

Ucapan pria itu membuat Danish tertawa. Tak menyangka jika pria itu masih punya nyali untuk mengancamnya.

"Silakan kamu melaporkanku. Aku tak takut! Justru aku menunggu, karena saat itu aku bisa melapor kamu balik. Aku punya bukti dan dengan kuasaku, kau bisa mendekam di penjara!" ancam Danish.

Erik tak bisa bersuara lagi. Dia sadar tak mungkin bisa melawan Danish. Pria itu memiliki banyak uang, dia bisa saja melaporkan dan memenjarakan dirinya.

"Jangan takut. Baru aku gertak saja kau telah pucat. Apa lagi aku benar melakukan itu. Aku tak ingin bicara banyak. Sebagai ayah Amara, aku akan mentransfer uang lima juta perbulan untukmu. Jadi aku rasa itu sudah cukup! Jangan pernah tampakan batang hidungmu dihadapan istriku. Aku hanya bicara satu kali. Aku tak akan mengulangi kata-kata ini. Satu lagi, ingatkan anak tirimu juga. Jangan pernah muncul dan mengancam Amara!" ucap Danish.

Dia lalu mentransfer uang ke rekening Erik dan memperlihatkan buktinya.

"Aku telah mentransfer uang untuk bulan ini, walau aku tahu kau telah meminta pada Amara. Bulan depan aku transfer lagi. Aku rasa pembicaraan kita selesai. Aku masih banyak kerjaan!"

Danish lalu meninggalkan Erik. Dia dan bawahannya pergi dari kafe itu menuju ke perusahaan.

"Kamu pikir aku akan diam setelah kau beri uang segitu. Aku akan cari cara agar mendapatkan uang lebih. Masa seorang pengusaha hanya mampu memberi lima juta perbulan," ucap Erik pada diri sendiri.

...----------------...

Terpopuler

Comments

Elmo Damarkaca

Elmo Damarkaca

lima juta sebulan itu banyak pak ...! Bapak nyuruh tuyul aja belum tentu dapet 5 juta Sebulan ...🤣🤣🤣

2024-01-19

0

Ilfa Yarni

Ilfa Yarni

,BPK pengeretan kau kira bisa berbuat culas lakukan aja sampai kau masuk bui

2023-12-18

0

Yunia Afida

Yunia Afida

suatu saat kamu pasti nyesel

2023-12-17

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!