Malam itu malam yang paling kelam dalam hidup Amara. Dia tidak mengira jika sang kakak tirinya yang bernama David akan melecehkan dirinya.
Amara yang sudah merasa ngantuk, membaringkan tubuhnya di atas ranjang. Ketika matanya akan terpejam, dia merasa seseorang meraba tubuhnya. Amara jadi terkejut.
Gadis itu mencoba membuka matanya dan ingin tahu siapa yang telah lancang meraba tubuhnya. Alangkah terkejutnya mengetahui jika itu David, sang kakak tiri.
Amara langsung bangun dan menutupi tubuhnya dengan selimut. Wajahnya pucat dan sangat takut melihat pandangan sang kakak yang tajam menusuk langsung ke jantungnya.
"Apa yang Abang lakukan di sini?" tanya Amara dengan suara yang gemetar.
Bukannya menjawab pertanyaan gadis itu David justru naik ke ranjang sehingga Amara menjadi takut. Dia bergerak menjauh. Namun, tempat tidurnya yang mentok ke dinding membuat dia tidak bisa bergerak bebas.
David, abang tirinya Amara itu makin mendekatinya. Gadis itu semakin ketakutan. Selama ini ayah dan abangnya sering melakukan tindakan kekerasan padanya. Jika dia telat masak, maka bisa dipastikan tubuhnya akan membiru karena pukulan mereka. Ibu tirinya hanya melihat tanpa ada niat mencegah perbuatan kedua pria itu.
Amara memegang selimut yang menutupi tubuhnya dengan erat. Seolah dia bisa bertahan dan meminta pertolongan dengan itu. David menarik dengan sekuat tenaganya selimut yang menutupi tubuh Amara hingga lepas. Dia tersenyum melihat tubuh gadis itu yang gemetar.
Terdengar suara petir menyambar, pertanda akan turun hujan. Amara makin ketakutan saat David mendekati tubuhnya dan menarik baju yang dia pakai.
"Apa yang Abang inginkan?" tanya Amara dengan suara gemetar.
"Aku menginginkanmu ...," jawab David.
David kembali menarik baju Amara hingga robek. Gadis itu sangat ketakutan. Dia tahu, sang Abang pasti akan melakukan hal buruk. Dengan kekuatan yang tersisa, dia menendang tubuh pria itu hingga terjatuh dari tempat tidur.
Amara langsung berdiri dan turun dari ranjang. Ketika dia akan lari, kakinya ditahan David. Pria itu menariknya hingga dia terjatuh.
"Berani sekali kau menendang ku!" ucap David dengan sangat emosi.
David mengangkat tangannya dan menampar pipi Amara dengan keras, sehingga dari sudut bibirnya mengucur darah segar. Dia merasa pipinya panas. Pria itu kembali mendekatinya.
"Jangan mendekat! Atau aku akan berteriak!" ancam Amara.
Bukannya takut mendengar ancaman gadis itu, David justru tertawa dengan kencangnya. Dia makin mendekati Amara yang masih tergeletak di lantai.
"Berteriak lah! Siapa yang akan menolong mu? Ayah dan Ibu pasti akan lebih marah jika merasa terganggu tidurnya. Tetangga? Mana ada yang akan mendengar?"
Amara menarik napas dalam. Apa yang dikatakan abangnya itu benar adanya. Ayah dan ibunya pasti tidak akan peduli mendengar teriakannya. Selama ini, setiap dia di siksa, mereka juga hanya diam. Rumah tetangga berjarak cukup jauh. Suara hujan pasti meredam teriakannya sehingga tidak terdengar.
Namun, Amara tidak akan menyerah. Dia kembali menendang kaki David sehingga pria itu tersungkur. Gadis itu segera bangun dan berlari keluar rumah. Beruntung pintu tidak terkunci.
Amara tidak peduli hujan dan petir yang bersahutan di langit. Dia terus berlari hingga ke jalan raya. Gadis itu melihat David mengejar di belakangnya.
Gadis itu terus saja berlari dan tidak melihat dari arah berlawanan ada mobil yang lewat. Jarak dirinya dan mobil sangat dekat, hingga Amara ketakutan dan berteriak. Dia pikir tubuhnya pasti akan ketabrak. Beruntung pengemudi itu mengendarai mobilnya pelan, sehingga bisa menjaga jarak.
Supir itu keluar dari mobil, dan mendekati Amara. Saat ingin bertanya, tubuh gadis itu tumbang. Pingsan. Pria itu cepat menangkapnya. Dia membawa masuk dan langsung mengendarai mobil.
***
Amara tersadar dari pingsannya, dan membuka mata. Dia melihat sekeliling dengan heran. Kamar yang sangat asing baginya. Gadis itu bangun dan duduk bersandar di kepala ranjang.
Pintu kamar terbuka. Amara melihat seorang pria mendekatinya. Gadis itu yang sangat trauma dengan kekerasan dari sang ayah dan Abang tirinya sangat takut melihat sang pria. Dia langsung berteriak.
"Jangan mendekat! Jika kamu mendekat, aku akan berteriak!" ancam Amara.
Danish, nama pria itu. Dia tidak berani mengambil resiko. Pria itu lalu melangkah mundur.
"Baik, aku tidak akan mendekat. Tapi kamu ambil makanan ini. Aku tidak mau kamu pingsan lagi. Itu akan merepotkan bagiku," ucap Danish. Dia lalu meletakan nampan berisi makanan itu ke lantai.
Perutnya yang terasa lapar, membuat Amara segera turun dari ranjang. Dengan langkah yang hati-hati dia mendekati nampan dan mengambilnya. Setelah itu segera menutupi pintu dan menguncinya.
**
Amara menarik napas dalam. Mengingat awal pertemuannya dengan Danish sang suami. Sejak hari itu Danish hanya menaruh makanan di depan pintu, begitu juga dengan pakaiannya.
Seminggu berada di rumah pria itu, Amara merasa jika pria itu berbeda dengan ayah dan Abang tirinya. Dia tidak pernah mau mendekati Amara. Gadis itu sering mengintip dari balik pintu kamar apa yang dilakukan Danish.
Hingga suatu hari dia meminta Amara keluar dari kamar. Danish ingin bicara.Dengan ragu gadis itu keluar dan duduk di sofa ruang keluarga, tempat Danish berada.
"Siapa namamu?" tanya Danish saat mereka telah berhadapan.
"Amara ...," jawab Amara dengan suara gemetar.
"Kamu telah satu Minggu berada di rumahku. Aku tidak ingin tetangga akan salah paham.Untuk itu aku harus kembalikan kamu ke rumahmu. Di mana alamatmu, biar aku antar!" ucap Danish.
"Aku tidak mau pulang. Aku mau di sini saja!" ucap Amara.
"Jangan gila! Kamu tidak mungkin selamanya tinggal denganku di rumah ini, kecuali jika kamu itu istriku!" ucap Danish dengan penuh penekanan.
"Aku tidak mau pulang. Aku mau di kamar saja," balas Amara lagi.
Danish memandangi gadis itu dengan intens. Bagaimana mungkin mereka tinggal seatap terus. Bagaimana jika ada tetangga yang melihat kehadiran Amara.
"Kamu tidak bisa tinggal di sini. Jika tetangga tahu, mereka bisa melaporkan kita pada Pak RT. Kamu itu bukan istriku," ucap Danish frustasi.
Seminggu menghadapi Amara sudah membuat dirinya pusing. Mana mungkin selamanya. Selama satu Minggu ini dia harus masak dan menyiapkan semua kebutuhan gadis itu.
"Kalau begitu kamu bisa menikahi ku," jawab Amara.
Jawaban gadis itu makin membuat Danish frustasi. Bagaimana mungkin dia menikahi gadis yang selalu ketakutan jika melihat dirinya?
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
🤎ℛᵉˣ𝐀⃝🥀OMADEVI💜⃞⃟𝓛
seru ya
2024-04-24
0
Soraya
mampir thor
2024-01-18
0
Dwi MaRITA
widih.... danish tertantang.... 👏👏👏😳🙈
2023-12-26
0