Bab Lima

Amara melarikan diri dari kejaran abang tirinya dengan napas terengah-engah. Dia berlari secepat kaki yang bisa dia bawa melalui pasir putih pantai yang lembut. Pikirannya kacau, dia takut, dan dia tidak tahu harus pergi ke mana. Ketika dia akhirnya sampai di ujung pantai, dia melihat sebuah gubuk kayu tua di kejauhan. Tanpa berpikir panjang, dia menyelinap masuk ke pintu yang terbuka.

Amara bersembunyi di balik sebuah meja di pojok gubuk, mencoba menahan napasnya. Dia bisa mendengar langkah-langkah gemuruh yang semakin dekat. Hati Amara berdegup kencang, takut dia akan ditemukan. Dia memejamkan matanya dan berusaha mengumpulkan pikirannya.

Tiba-tiba, pintu gubuk terbuka dengan keras. Amara menahan napasnya dan berharap agar tidak terlihat. Seorang pria berambut hitam dengan tatapan tajam dan wajah yang marah masuk ke dalam gubuk. Amara menduga ini adalah abang tirinya, David.

"Amara, kau pikir kau bisa sembunyi dari ku? Aku pasti akan menemukanmu!" ucap David dengan suara yang penuh amarah.

Amara memegang tangannya di dadanya, mencoba menenangkan detak jantungnya yang berpacu kencang. Dia menyadari bahwa dia harus berani dan melawan ketakutannya. Dia harus bisa melawan traumanya.

"Sudahlah, David! Aku lelah dengan segala kejahatanmu. Aku tidak takut padamu lagi!" ucap Amara dengan mencoba menghilangkan trauma dan ketakutannya.

David terkejut mendengar nada Amara yang berani. Dia ragu sejenak sebelum tersenyum sinis.

"Kau berani bicara seperti itu padaku? Tidak sadarkah, Amara? Aku memiliki kekuasaan atasmu!" ujar David.

"Bukan lagi, David. Aku tidak akan membiarkanmu terus mencemaskan hidupku! Aku akan melaporkanmu kepada polisi!" ancam Amara.

David tertawa dengan keras. Dia melihat celah kelemahan dalam sikap Amara yang berani.

"Oh, Amara.. Amara. Bagaimana caranya kau bisa melaporkanku, jika tidak ada yang akan mempercayaimu? Kau tahu sendiri, siapa yang selalu menjadi favorit di keluarga ini. Orang tua kita akan membantuku. Dan kau juga tak ada bukti untuk di bawa ke kantor polisi," jawab David dengan tertawa.

Amara merasa terpukul oleh perkataan David. Meskipun dia tahu bahwa kata-katanya benar, dia tidak akan membiarkan Abang tirinya itu terus mengintimidasi dan menguasai hidupnya.

"Aku tidak peduli. Aku akan mencari bukti tentang semua kejahatanmu, dan aku akan menemukan cara agar orang tua kita tahu siapa sebenarnya kau! Aku pastikan kau akan mendekam di penjara!"

David mendekati meja di pojok gubuk, membuat Amara makin ketakutan. Dia merencanakan langkah berikutnya saat pria itu menghampirinya.

"Aku harus keluar dari sini, menemukan dukungan, dan melawan David. Aku tidak bisa bersembunyi selamanya," ucap Amara dalam hatinya.

Amara mengambil napas dalam-dalam, dan begitu David sampai di depan meja, dia terperanjat dengan gerakannya yang cepat dan lincah sambil melompat ke samping pria itu. Amara berlari keluar dari gubuk, menyisir rambut berpasirnya yang kusut dan menjauh dari pantai.

Amara terus berlari dengan keberanian yang baru ditemukannya. Dia tahu bahwa dia harus mencari bantuan dan dukungan untuk melawan kejahatan David. Dalam hatinya, dia berjanji untuk memecahkan belenggu yang telah mengekangnya selama ini. Dia tidak boleh trauma terus dan takut dengan abang tirinya itu.

Amara melihat ada batu besar diujung pantai dan bersembunyi di baliknya. Dia tidak melihat David mengejarnya lagi. Mungkin kehilangan jejak atau ada yang melihatnya.

**

Danish yang membawa makanan dengan nampan, heran saat tak melihat Amara di tempat tadi. Dia memandangi ke sekeliling mencoba mencari keberadaan istrinya itu.

Tidak melihat Amara di antara banyaknya orang yang berjalan menyusuri pantai, Danish mulai takut. Dia teringat tadi sang istri sempat ketakutan seperti melihat sesuatu.

Danish menaruh makanan ke atas meja. Dengan berjalan tergesa dia menyusuri pantai mencari keberadaan sang istri. Setengah jam mencari tidak juga dia temui Amara.

Danish kembali ke hotel. Mencari di lobi dan tidak juga melihat Amara, dia lalu mencoba mencari ke kamar hotel. Lagi-lagi istrinya tidak ditemui.

Akhirnya dia meminta bantuan keamanan hotel. Danish lalu memberikan foto sang istri.Dia sangat cemas mengingat Amara yang memiliki trauma. Takut jika gadis itu kembali seperti awal bertemu. Baru saja dia bisa menghilangkan sedikit traumanya.

Setengah jam mencari kembali, Danish tidak menemui Amara. Keamanan hotel juga mengatakan tidak ada kejadian aneh sekitar hotel.

"Kemana perginya Amara? Tabletnya juga tak bisa dihubungi. Apa dia pergi jalan?"

Danish melihat jam di tangan, rapat segera di mulai. Dia lalu meminta petugas hotel mengabari jika istrinya kembali. Dia kembali ke kamar dan mengganti pakaian.

Dengan langkah tergesa karena rapat yang akan di mulai, Danish berjalan menuju ruang meeting mereka. Sebenarnya pikirannya masih terus tertuju pada sang istri, tapi dia juga harus profesional. Danish menjalani rapat dengan pikiran bercabang.

Di balik batu, Amara masih bersembunyi. Dia takut keluar dari persembunyian. Tubuhnya gemetar karena ketakutan. Air mata jatuh membasahi pipinya.

Dua jam rapat diadakan. Selesai pertemuan dan berbincang sebentar Danish pamit. Dia langsung menuju lobi berharap sang istri menunggu. Tidak melihat Amara, Danish bertanya dengan petugas hotel.

"Maaf, Pak. Istri Bapak belum ada kembali, dan tidak ada meminta kunci kamar."

"Baiklah, terima kasih."

Setelah mengucapkan itu, Danish kembali berlari menyusuri pantai. Dengan berteriak memanggil nama sang istri. Dari salah seorang anak kecil yang berjualan di tepi pantai, Danish mengetahui jika sang istri berlari ke arah ujung pantai.

"Kamu yakin kakak ini yang tadi berlari?" tanya Danish mengulangi pertanyaan.

"Iya, Kak."

"Apa ada seseorang yang mengejarnya?"

"Tidak ada. Dia hanya berlari seorang diri menuju ujung pantai itu," jawab sang anak.

"Terima kaish," ucap Danish dan memberikan uang pada sang bocah.

Danish langsung berlari menuju pantai yang di tunjuk sang bocah. Dalam hatinya bertanya, kenapa Amara berlari jika tidak ada yang mengejarnya.

...----------------...

Terpopuler

Comments

💞 RAP💞

💞 RAP💞

hadeuh knp gk lari ke tempat rame aj td ra aara

2024-02-03

0

Dwi MaRITA

Dwi MaRITA

wah..... ara masih trauma..... akan kah ara hanya halusinasi ditengah keramaian? 😳😱🙀🙈

2023-12-26

0

ria

ria

ingat ara kamu sdh bersuami makax lawan trauma mu juga rasa takutmu hadapi david

2023-12-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!