Danish pulang dengan membawa makanan untuk sang istri. Dia bahagia karena wanita itu yang sudah mulai mau menerima dirinya.
Entah kenapa Danish merasa bahagia sekali karena tadi malam bisa sekamar dengan Amara. Padahal awal menikahi gadis itu, dia hanya main-main. Tidak bermaksud serius. Semua dilakukan hanya agar tidak menjadi bahan gunjingan tetangga. Atau yang lebih parah, dia bisa di usir dari wilayah itu.
Danish membuka pintu rumah dengan kunci yang dia miliki. Saat pintu terbuka lebar, dia melihat Amara yang sedang duduk menonton televisi. Melihat kedatangannya gadis itu tersenyum. Jantung pria itu terasa mau copot mendapatkan senyuman manis dari sang istri.
Baru Danish menyadari jika wanita yang telah dia nikahi selama hampir tiga bulan itu ternyata berwajah sangat cantik dan juga manis. Perpaduan yang sangat indah. Ingin rasanya dia memeluk, jika saja tak ingat sang istri memiliki trauma jika dekat pria.
"Mas, sudah pulang?" tanya Amara dengan suara lembut. Dia berdiri dari duduknya dan menyalami serta mencium tangan Danish.
Danish terpaku mendapati perlakuan begitu, karena biasanya wanita itu selalu menghindar jika melihat dirinya. Pria itu mencoba menyentuh rambut Amara dan mengacak nya lembut. Di luar dugaan, dia tersenyum.
"Aku belikan martabak spesial. Kamu suka?" tanya Danish.
"Aku suka banget, Mas." Amara meraih kresek dengan semangat dan berlalu menuju dapur.
Gadis itu kembali dengan dua piring dan dua gelas air putih dingin yang dibawa dengan nampan. Amara lalu menyalin ke piring dan menyerahkan pada Danish.
"Ini untuk kamu, Mas!" ucap Amara.
"Terima kasih, Ara," balas Danish.
"Ara ...?" tanya Amara dengan wajah penuh keheranan.
"Iya, Ara. Itu nama khusus aku panggil untuk kamu. Karena kamu itu istriku, harus ada nama panggilan khusus atau kesayangan. Boleh?" Danish bertanya balik.
"Boleh, Mas," jawab Amara dengan wajah memerah karena malu.
Keduanya lalu diam tanpa suara. Hanya bunyi sendok yang beradu dengan piring sesekali terdengar memecahkan suasana.
Danish dalam diam, mencuri pandang pada sang istri. Dia tersenyum melihat banyak perubahan pada wanita itu. Sepertinya trauma itu mulai hilang dari dirinya.
Dulu Danish seorang pemain wanita. Namun, entah mengapa dengan Amara dia bisa bertahan untuk tidak melakukan kekerasan. Dia sabar menghadapi gadis itu.
"Ara, kamu mau ikut aku ke luar kota. Aku ada proyek di luar kota. Aku takut tinggalkan kamu seorang diri," ucap Danish.
Besok dia akan ke luar kota. Dari tadi pria itu telah memikirkan bagaimana cara dia untuk membawa Amara. Jika ditinggalkan seorang diri, dia kuatir.
"Berapa hari, Mas?" tanya Amara.
"Tiga hari. Sebenarnya hanya menempuh perjalanan enam jam. Tapi aku tidak mungkin langsung kembali karena setiap pagi harus rapat selama tiga hari itu," balas Danish.
"Aku ikut Mas saja," jawab Amara.
Danish cukup terkejut mendengar jawaban sang istri. Dia pikir wanita itu akan menolaknya. Mengikuti Danish ke luar kota, berarti dia harus tidur bareng dengan pria itu. Tidak mungkin Amara tidur dengan kamar terpisah, karena setiap malam dia masih selalu mimpi buruk.
"Kalau begitu, kamu siapkan semua pakaian dan keperluan lainnya buat kita menginap tiga malam. Aku mau mandi dulu. Setelah itu baru masak untuk makan malam kita," kata Danish.
"Biar aku saja yang masak, Mas. Aku tadi melihat di kulkas ada cumi. Aku masak cumi goreng tepung saja. Sambal terasi dan bening bayam. Aku melihat semua bahan itu ada di kulkas," ucap Amara.
"Kamu yakin akan memasak untuk makan malam kita?" tanya Danish. Amara menjawab dengan menganggukkan kepalanya.
Saat tinggal bersama dengan ayah dan ibu tirinya, Amara juga yang selalu memasak buat makan mereka. Gadis itu telah terbiasa di dapur.
"Terima kasih, Ara." Danish berucap sambil mengacak rambut sang istri. Dia begitu bahagia karena perlahan gadis itu mulai bisa beradaptasi dengan kehadiran dirinya.
Rasa bahagia tidak dapat Danish utarakan. Dia sangat menyayangi gadis itu. Tiga bulan bersama, mengurus semua kebutuhan Amara, membuat dia terbiasa. Dari pakaian hingga makannya, semua di atur Danish.
Setelah mandi, Danish langsung menuju dapur. Dia melihat sang istri yang masih berkutat dengan peralatan dapur. Di dekatinya Amara. Dengan perlahan, Danish memeluk pinggang gadis itu. Dia terkejut dan menjauh dari pria itu.
"Maaf ...," ucap Danish. Dia pikir Amara sudah terbiasa menerima sentuhan darinya.
"Tak apa, Mas. Aku hanya kaget saja. Aku pikir siapa yang menyentuh tadi," balas Amara.
"Baunya sangat wangi. Pasti enak dan lezat," ucap Danish mengalihkan pembicaraan.
"Mas bisa aja. Belum di coba sudah bilang enak," jawab Amara.
Amara menyajikan semua masakan di atas meja. Mereka berdua lalu menyantap hidangan dengan lahap. Masukan Amara diakui sangat lezat. Setelah makan, mereka menonton televisi berdua di ruang keluarga.
"Ternyata masakan kamu sangat lezat. Aku bisa kecanduan nanti, nih," ucap Danish.
"Mulai besok biar aku yang masak. Mas pasti capek pulang kerja," balas Amara.
Danish tersenyum menanggapi ucapan sang istri. Mereka mengobrol sambil menonton televisi. Hingga pukul sepuluh, Danish pamit akan tidur ke kamarnya.
"Ara, sebaiknya kita tidur lagi. Besok pagi sudah harus berangkat. Aku pamit ke kamar dulu, ya," ujar Danish.
"Mas, mulai malam ini kamu mau menemani aku tidur?" tanya Amara dengan suara pelan. Gadis itu merasakan ketenangan dan rasa takutnya hilang saat berada dalam pelukan sang pria.
"Kalau kamu mau, aku temani," balas Danish. Amara lalu menganggukan kepalanya tanda setuju.
Amara dan Danish masuk ke kamar yang biasa gadis itu tempati. Naik ke ranjang dan membaringkan tubuh mereka. Amara mendekati sang suami dan menenggelamkan kepalanya ke dada bidang pria itu. Dibalas dengan pelukan hangat dari sang suami.
Entah karena pelukan Danish atau memang dia telah melupakan kejadian kekerasan pada dirinya, sehingga Amara tidur dengan nyenyak hingga pagi menjelang.
**
Dengan kecepatan sedang Danish mengendarai mobilnya. Mereka bangun agak kesiangan. Sehingga tanpa sarapan langsung jalan menuju luar kota. Danish harus menghadiri rapat jam tiga siang.
Di perjalanan, Amara fokus dengan pemandangan yang dilihatnya dari kaca jendela mobil. Dia terlihat sangat bahagia, sehingga Danish pun ikut gembira.
Jam satu siang, Danish sampai ke tujuan. Setelah memarkirkan mobil, dia mengajak sang istri untuk masuk ke hotel tempat mereka akan menginap.
Saat sampai di lobi hotel tiba-tiba Danish melihat istrinya berhenti berjalan. Tubuhnya gemetar. Wajahnya pucat seperti melihat hantu. Dia menjadi heran dan mendekati Amara.
"Ara, kamu kenapa?" tanya Danish.
Amara mencoba mengangkat tangan dan menunjuk ke arah seseorang yang sedang duduk di lobi. Danish memandangi dengan wajah penuh tanda tanya, siapa pria yang Amara tunjuk, dan mengapa dia seperti ketakutan?
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
🤎ℛᵉˣ𝐀⃝🥀OMADEVI💜⃞⃟𝓛
lihat manusia iblis
2024-04-25
0
Dwi MaRITA
ara lihat syetan berbalut manusia... kah? 😳😱🙀🙈😁
2023-12-26
0
ria
siapa dia ..yg bikin ara trauma mungkin
2023-12-15
0