Bab Enam Belas

Setelah meminta orang suruhannya menyelidiki ke rekening siapa Amara mentransfer, Danish kembali ke rumah. Tak lupa dia membeli es krim dan makanan kesukaan sang istri.

Apakah Danish tak marah mengetahui Amara menggunakan uangnya tanpa izin? Tentu saja dia ada sedikit rasa kecewa. Namun, dia tak mau menyimpulkan tanpa tahu alasan sebenarnya. Setelah tahu siapa yang menerima transferan itu barulah dia akan bertindak. Jika Amara memberikan pada laki-laki lain, dia tak akan memaafkan itu.

Dalam pikiran Danish saat ini, yang memeras Amara adalah keluarganya sendiri. Justru Danish bersyukur dengan kebodohan si penerima uang itu. Dia akan mudah melacak siapa pemilik rekening.

Sampai di rumah, bibi yang membuka pintu. Danish bertanya tentang keberadaan sang istri.

"Amara-nya mana, Bi?" tanya Danish, karena di ruang keluarga juga tak melihat keberadaan sang istri.

"Dari siang Ibu di kamar saja, Pak. Saya tanya, ibu cuma bilang lagi kurang enak badan," jawab Bi Imah.

"Terima kasih, Bi. Tolong salin makanan ini ke piring, setelah itu bawa ke kamar," ucap Danish dan memberikan makanan yang dia beli.

Danish langsung masuk ke kamar, dan melihat sang istri berbaring di atas ranjang. Dia langsung naik dan memeluk Amara dari belakang. Diciumnya rambut wanita itu.

"Mas Danish, sudah pulang? Maaf, aku tak tahu," ucap Amara merasa bersalah. Biasanya dia menunggu kepulangan sang suami sambil menonton televisi.

"Kata bibi kamu dari siang di kamar terus. Kamu sakit, Sayang?" tanya Danish.

Amara membalikan tubuhnya menghadap ke suami. Dia membalas memeluk Danish dan menenggelamkan kepalanya di dada bidang pria itu. Tiba-tiba air mata jatuh membasahi pipinya. Hal itu membuat Danish jadi kuatir.

"Kenapa menangis, Sayang? Apa ada yang sakit?" tanya Danish kuatir.

"Mas maafkan aku!" ucap Amara.

Dia merasa bersalah karena memberikan uang yang cukup banyak pada sang ayah. Padahal suaminya pria yang sangat baik, tapi tetap dia menipunya. Tangis Amara pecah di dada sang suami.

"Sayang, jangan buat aku cemas begini! Kamu sakit? Kanapa menangis begini?" tanya Danish makin kuatir.

Amara menggelengkan kepala sebagai jawaban, dia makin mempererat pelukannya pada tubuh sang suami. Masih berpikir apakah akan jujur atau tetap menutupinya.

"Jika kamu tak sakit, kenapa menangis?" tanya Danish lagi.

"Aku telah melakukan kesalahan. Aku takut kamu marah," balas Amara.

Mendengar jawaban sang istri, Danish mengerti sekarang, apa yang membuatnya menangis. Pasti Amara takut tindakannya itu membuat Danish marah.

"Katakan saja, aku akan lebih marah jika tahu kamu berbohong. Jika kamu jujur dengan kesalahanmu, aku mungkin akan memaafkan!"

Amara tampak menarik napas beberapa kali. Danish merasa kasihan melihat istrinya itu. Dia tahu istrinya terlalu lemah dan penakut, sehingga mudah di tindas. Dia ingin istrinya lebih berani, tapi bagaimana caranya agar wanita itu bisa bertindak lebih bijak dan tak penakut lagi.

"Amara, kamu itu harus berani mengatakan sesuatu jika memang salah. Dan juga aku ingin ingatkan kamu jika jangan mudah ditindas dan jangan jadi orang yang penakut. Kamu harus lawan siapa pun itu jika tindakan mereka salah. Satu lagi aku ingatkan, jika kamu tak berani melawan sendiri kamu bisa minta tolong dengan petugas keamanan!" ucap Danish mengingatkan lagi.

"Mas, aku minta maaf!" ucap Amara menangis tersedu.

Danish membawa sang istri ke dalam pelukannya. Mengecup pucuk kepala Amara dengan lembut agar dia tenang.

"Mas, aku tadi bertemu ayah. Dia mengancam akan melaporkan kamu ke polisi dengan tuduhan melarikan aku. Mas, aku tak mau kamu masuk penjara. Ayah lalu meminta transfer uang sepuluh juta. Mas, maafkan aku karena memenuhi permintaan ayah," ucap Amara dengan terbata.

Danish sedikit lega mengetahui jika uang itu di transfer untuk ayah Amara, berarti ayah mertuanya. Bagi pria itu tak masalah memberikan uang segitu, yang tak dia terima sang mertua mengancam istrinya. Walau Amara itu putrinya. Dia tak bisa membiarkan siapa pun membuat istrinya trauma lagi.

Danish langsung bangun dan berjalan menuju ruang kerja. Dia menghubungi bawahannya dan mengatakan jika itu rekening ayah istrinya. Dia ingin orang suruhannya menemui pria itu dan membawa dihadapannya segera.

Amara berpikir sang suami marah padanya sehingga langsung pergi saat dia mengatakan kebenaran itu. Dia menyusul sang suami dan menunggu di depan ruang kerja Danish. Saat pria itu keluar, dia terkejut melihat istrinya yang duduk di lantai dekat pintu. Danish lalu berjongkok depan wanita itu.

"Kamu kenapa di sini, Sayang?" tanya Danish dengan lembut.

"Mas, pasti marah padaku. Maafkan aku. Maafkan aku," ucap Amara dengan terbata karena menangis.

"Sayang, aku tak marah. Bukankah kamu memberi untuk ayahmu. Bangunlah!" ucap Danish sambil membantu sang istri berdiri. Amara langsung memeluk pria itu. Kembali tangisnya pecah. Dia merasa sangat beruntung memiliki suami yang sangat baik dan pengertian seperti Danish.

...----------------...

Terpopuler

Comments

Dwi MaRITA

Dwi MaRITA

dah lah.... gercep, Nish.... beri pelajaran.... tampol aja dulu PaMer & dapit sblm dipenjarakan.... 😏😏😏

2023-12-26

0

🟢🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🅢🅦🅔🅔🅣ᵃⁿᵍᵍᶦ

🟢🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🅢🅦🅔🅔🅣ᵃⁿᵍᵍᶦ

syukurlah amara berkata jujur pada danish soal kemana uang dari ATM danish keluar..

2023-12-16

0

Eva Karmita

Eva Karmita

tenang Amara suamimu orang nya baik jadi jgn takut

2023-12-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!