Bab Tiga Belas

Amara yang baru selesai mandi mempersiapkan sarapan untuk sang suami. Dia membuat nasi goreng dengan tambahan telur ceplok dan kerupuk.

Danish yang telah berpakaian rapi, menuju dapur. Melihat istrinya yang sedang mempersiapkan sarapan, pria itu langsung memeluknya. Mengecup kedua pipi Amara.

"Selamat Pagi kesayangan!" ucap Danish dengan terus mengecup pipi istrinya.

"Selamat Pagi, Mas."

"Wangi banget. Pasti enak, nih. Ternyata punya istri itu enak. Pagi-pagi sudah ada yang masakin," ucap Danish dengan masih memeluk pinggang istrinya.

"Aku juga baru bisa melayani kamu sebagai istri. Maafkan aku, Mas. Kemarin hanya bisa membuat kamu repot," balas Amara dengan suara lembut seperti merasa sangat bersalah.

"Yang terpenting saat ini kamu itu adalah istri terbaikku. Setelah sarapan pakai baju yang ada di atas tempat tidur," ucap Danish.

Danish melepaskan pelukannya dan duduk menghadap hidangan yang telah disiapkan. Dia langsung menyantapnya. Selama tiga bulan kemarin dia yang melayani Amara. Namun, kali ini wanita itu yang melayaninya.

Setelah sarapan, Amara masuk ke kamar dan mengambil baju yang Danish katakan tadi. Dia memakainya. Wanita itu tampak sangat cantik dengan dress selutut itu. Amara berdandan sedikit dengan peralatan makeup yang dibelikan suaminya. Semua kebutuhannya telah dilengkapi pria itu.

Amara keluar dari kamar setelah rapi. Dia langsung menghampiri Danish yang telah menunggunya di ruang keluarga. Matanya tak berkedip memandangi istrinya. Dari atas hingga bawah. Dia terpesona dengan kecantikan wanita itu.

"Mas, kita mau kemana?" tanya Amara, suara wanita itu menyadarkan Danish dari lamunannya.

"Kamu ikut aku ke kantor saja. Aku merasa tak aman membiarkan kamu sendirian. Ini hanya untuk beberapa hari saja. Menjelang cctv terpasang. Nanti kamu juga akan ditemani sama seorang wanita asisten rumah tangga. Jadi kamu tak akan sendirian."

"Aku malu ...," ucap Amara.

"Malu ... kenapa malu?" tanya Danish.

"Aku malu ke kantor kamu. Pasti orang akan bertanya-tanya siapa aku. Apa kamu tak malu memiliki istri seperti aku. Kamu tampan, Mas. Kaya dan pintar. Sedangkan aku ...." Amara menghentikan ucapannya.

"Siapa bilang kamu jelek. Kamu cantik. Lagi pula dari mana kamu menyimpulkan jika kau kaya dan pintar. Bisa saja istriku ini," ucap Danish dengan mengacak rambut sang istri dengan gemas.

"Kamu memang tampan, Mas," jawab Amara dengan suara pelan karena malu.

Ucapan Amara itu membuat Danish terkekeh. Lucu melihat wanita itu yang memujinya tapi dengan wajah menunduk, tak berani memandanginya. Dia lalu memeluk istrinya itu. Mencium aroma tubuh sang istri. Jika saja tak ada rapat di pagi ini bisa dia pastikan mereka berakhir di atas ranjang.

"Jangan malu-malu jika ingin memujiku. Aku memang tampan. Dan sekarang ketampanan ini hanya milikmu. Kamu juga sangat cantik. Aku juga tak akan membiarkan orang lain memandangi kamu lebih lama. Kamu itu milikku." Danish mengecup pipi istrinya dengan gemas.

Amara membalas memeluk pinggang Danish. Menenggelamkan kepanya ke dada bidang sang suami.

"Kita harus pergi sekarang. Aku takut terlambat. Jika tak segera berangkat, aku takut kamu dan aku akan berakhir di ranjang," ucap Danish. Amara mencubit pinggang sang suami mendengar ucapan pria itu.

Danish memeluk pinggang Amara sepanjang perjalanan menuju mobil. Hal itu cukup menarik perhatian penjaga keamanan. Tidak pernah dia melihat pria itu sebucin ini. Biasanya setiap berjalan selalu saja dia yang di depan meninggalkan wanitanya di belakang.

**

Dalam perjalanan menuju ke perusahaan, Amara masih juga merasa kurang percaya diri. Dia lalu bertanya sama suaminya.

"Kamu yakin aku bisa ikut ke kantormu, Mas? Aku merasa sangat tidak percaya diri."

"Jangan kuatir, Sayang. Kamu cantik dan pintar, kamu pasti bisa menghadapinya dengan baik." Danish tersenyum lebar mencoba menenangkan Amara.

Mereka berdua kemudian berangkat ke kantor Danish yang berada di lantai tinggi sebuah gedung perkantoran di pusat kota. Ketika pintu lift terbuka, Amara langsung terkagum-kagum melihat keriuhan dan kesibukan di lantai tersebut. Banyak sekali orang berlalu lalang dengan seragam kantor, membawa tas laptop, dan mengobrol dengan serius.

"Pelan-pelan, Sayang. Aku akan mengenalkan kamu kepada timku sebelum kita ke ruanganku," kata Danish seraya memegang tangan Amara.

Mereka berjalan menuju ruangan Danish dan terkejut melihat sekelompok orang telah berkumpul di depan pintu. "Selamat pagi, teman-teman. Ini adalah istriku, Amara," Danish memperkenalkan Amara dengan bangga.

"Selamat pagi, Bu Amara. Aku Michelle, asisten Pak Danish di sini. Sangat senang bisa berkenalan denganmu," kata salah seorang wanita yang telah lebih dulu memperkenalkan dirinya.

Amara tersenyum dan menjawab, "Senang berkenalan denganmu, Michelle. Maaf jika aku terlihat sedikit grogi."

Michelle dengan cepat menjawab, "Tidak apa-apa, Bu Amara. Hari pertama di kantor memang bisa membuat siapapun grogi. Ikuti saja alur hari ini, dan kamu pasti akan merasa lebih nyaman nantinya."

Setelah berkenalan dengan tim Danish, mereka masuk ke dalam ruangan Danish yang luas dan modern. Danish memperlihatkan kursi yang nyaman untuk Amara dan berkata, "Ini adalah tempatmu, Sayang. Kamu bisa duduk di sini sambil mengamati pekerjaanku."

Amara mengangguk dan segera menempati kursi tersebut. Dia merasa antusias melihat Danish berinteraksi dengan rekan kerjanya. Dia melihat Danish berbicara dengan semangat dan memberikan arahan yang jelas kepada timnya. Walaupun Amara tidak sepenuhnya memahami apa yang mereka bicarakan, dia bisa melihat kekompakan tim tersebut.

Beberapa jam kemudian, Danish akhirnya menghampiri Amara dengan senyuman puas di wajahnya. "Bagaimana hari pertamamu di kantorku, Sayang? Apa yang kamu pikirkan?"

Amara menggigit bibirnya dan berkata ragu, "Sejujurnya, awalnya aku merasa tidak nyaman, Mas. Tapi, setelah aku melihat antusiasme dan kekompakan timmu, aku mulai merasa lebih baik. Mereka semua sopan dan ramah padaku. Aku merasa tertarik dengan suasana kerjamu, meskipun itu bukan bidangku. Aku tak mengerti dengan apa yang kamu bicaraka, Mas!"

Danish tersenyum bangga mendengar itu. "Aku sangat senang mendengarnya, Sayang. Jika kamu tertarik, aku bisa memberimu kesempatan untuk melihat lebih dalam tentang pekerjaanku."

Amara tersenyum kembali, "Mungkin aku akan mencoba, Mas. Tapi, aku mungkin perlu waktu untuk menyesuaikan diri. Aku sangat berterima kasih karena kamu memberiku kesempatan ini."

Danish menggenggam tangan Amara erat dan berkata, "Tidak perlu terburu-buru. Aku akan selalu mendukungmu dalam apapun yang kamu lakukan. Aku sangat bersyukur bisa memilikimu sebagai istri."

Mereka berdua saling tersenyum, merasa semakin kuat dalam hubungan mereka. Amara merasa optimis bisa mengatasi tantangan yang ada di kantor Danish. Ia tahu bahwa dengan dukungan Danish, ia akan bisa menjadi versi terbaik dari dirinya. Dalam hatinya bertekad untuk lebih percaya diri agar Danish lebih bangga memiliki dirinya.

...----------------...

Terpopuler

Comments

Dwi MaRITA

Dwi MaRITA

wih... danish mo ngasih kesempatan istri tuk krj... 👏👏👏👍

2023-12-26

0

ria

ria

happy selalu ara danish❤❤

2023-12-15

0

🟢🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🅢🅦🅔🅔🅣ᵃⁿᵍᵍᶦ

🟢🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🅢🅦🅔🅔🅣ᵃⁿᵍᵍᶦ

semangat amara menuju pribadi yang lebih baik lagi.. karena ada danish suamimu yang selalu mendukung..

2023-12-14

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!