Bab Lima Belas

"Ayah ...," ucap Amara dengan suara gemetar karena takut.

"Apa kamu tak rindu dengan ayahmu ini putriku?" tanya Ayah Amara dengan senyuman liciknya.

Amara perlahan mundur, takut sang ayah menyakitinya. Namun, belum sempat dia kabur, tangannya ditahan pria paruh baya itu.

"Mau kemana kamu? Jangan takut. Aku ini orang tuamu. Tak akan ada yang bisa melarangku membawa kamu pulang. Atau kamu mau pria yang tinggal denganmu itu masuk penjara dengan tuduhan melarikan anak gadis orang?" tanya Ayah Amara dengan penuh penekanan.

Mendengar ucapan ayahnya, Amara tak berani lagi memberontak. Dia tak ingin Danish masuk penjara. Hanya pria itu yang bisa membuatnya bahagia.

Ayah Amara meminta putrinya mengambil barang apa yang dia butuhkan. Setelah belanja, baru dia bicara dengan anaknya itu.

Dengan rasa takut dia berjalan di dalam supermarket. Mengambil barang yang dibutuhkan. Setelah itu membayar di kasir.

Ayah lalu mengajak Amara ke samping supermarket. Tempat gerai makanan. Dengan terus tersenyum ayah mengajak sang anak memilih makanan yang sesuai selera.

"Kamu makan apa?" tanya Ayah Amara sok ramah.

"Ayah saja pesan. Aku tak lapar. Sudah makan tadi," ucap Amara dengan terbata.

Ayah memesan banyak makanan yang dia suka dan meminta Amara membayarnya. Sampai di meja, ayah melahap semuanya.

Amara yang melihat itu, ada rasa iba juga. Ayahnya memang jarang makan enak. Uang gaji di serahkan semua pada ibu tirinya. Dia hanya dijatah untuk beli bensin dan rokok. Uang jajan Amara saja jarang di beri ibu tirinya. Setelah makanan habis, barulah ayah memulai obrolan mereka

"Kenapa kamu tak pernah memberitahu keberadaanmu?" tanya Ayah Amara memulai obrolan.

"Aku tak mau kembali ke rumah. Ayah dan Bang David pasti akan menyiksaku," jawab Amara memberanikan diri melawan apa yang diucapkan sang ayah.

Pada kenyataannya memang dia tak ingin kembali ke rumah karena alasan itu. Dia juga tak ingin David melecehkan dirinya lagi. Ayah Amara menatap anaknya dengan mata menyala. Sepertinya tak terima dengan apa yang wanita itu katakan.

"Jika kamu memang tak mau kembali ke rumah, tak masalah. Aku hanya ingin kamu berikan uang belanja. Sudah satu bulan aku tak bekerja. Di rumah tak ada yang bisa di masak. Jangan jadi anak durhaka. Bagaimana pun kau benci aku, tanpaku kau tak akan pernah ada. Dan tak ada yang namanya mantan ayah!" ucap Ayah Amara dengan penuh penekanan.

Amara menarik napas dalam. Dia telah dapat menebak dari awal pertemuan tadi jika sang ayah pasti ingin uangnya. Dia yakin David lah yang mengatakan tentang keberadaan dirinya. Abang tirinya itu sengaja menyuruh ayah yang meminta uang, agar Amara tak bisa berkutik. Sebagai anak tak mungkin dia penjarakan ayah kandungnya.

"Jika ayah memang membutuhkan makanan, mari kita masuk ke supermarket lagi. Ayah bisa ambil beras, dan kebutuhan lainnya," balas Amara.

"Aku tak mau repot membawa semua itu. Aku ingin uang saja!"

Amara lalu mengambil dompetnya dan mengeluarkan uang lima ratus ribu. Dia menyerahkan pada Ayahnya. Pria itu tersenyum melihat yang merah sebanyak lima lembar itu. Dia mengembalikan pada Amara.

'Aku tak mau uang segini!" ucapnya ketus.

Dahi Amara jadi berkerut mendengar ucapan sang ayah. Dengan uang lima ratus ribu, bukankah bisa untuk belanja dapur beberapa hari. Mereka juga bertiga orang dalam satu rumah.

"Bukankah ini cukup untuk memenuhi kebutuhan dapur, Ayah?" tanya Amara dengan lugunya.

"Aku mau sepuluh juta. Jika kau tak berikan uang sebanyak itu, aku akan laporkan pria yang bersamamu ke polisi. Biar dia dipenjarakan. Kamu harus kembali ke rumah. Jika itu terjadi, kamu pasti tahu akibatnya. Apa yang akan aku lakukan nanti padamu, akan jauh lebih kejam dari biasanya. Karena kau telah berani kabur dariku!"

"Ayah, aku kabur juga karena Bang David ingin memperkosaku!" balas Amara.

Ayah Amara merubah duduknya hingga condong ke depan dan mendekati anak itu. Dia lalu tersenyum licik.

"Kau pikir ada yang percaya dengan omonganmu itu! Kau tak memiliki bukti'kan?"

Amara tampak menarik napas dalam. Mana mungkin dia memberikan uang sepuluh juta. Mamang di ATM yang Danish berikan ada ratusan juta rupiah di dalamnya. Namun, dia takut juga menggunakan semua itu.

Melihat Amara yang masih ragu, Ayah Amara berdiri. Dia lalu mengancam anaknya itu .

"Baiklah jika kau tak mau memberikan, aku langsung saja ke kantor polisi. Percuma bicara denganmu. Dasar anak tak berguna!" ucap Ayah Amara.

Dia lalu berjalan meninggalkan meja tempat mereka makan. Baru beberapa langkah Amara akhirnya memanggil sang ayah.

Dia menyetujui permintaan sang ayah dari pada nanti sang suami masuk penjara. Amara dan ayah berjalan menuju ATM yang terdekat. Gadis itu lalu mentransfer sejumlah uang yang diminta sang ayah. Pria itu langsung tersenyum melihat di layar monitor sebuah ATM, dia melihat Amara mengetik angkanya.

Setelah mendapatkan apa yang dia inginkan, sang ayah pergi meninggalkan Amara. Wanita itu lalu pulang dengan lesu. Entah apa yang akan dia katakan jika Danish tahu dirinya memakai uang dalam jumlah yang cukup besar.

**

Di kantornya, Danish melihat notifikasi uang keluar dari rekening miliknya yang dipegang Amara. Dia tak percaya jika wanita itu menggunakan uang sebanyak itu. Lagi pula ini bukan transaksi belanja tapi transfer. Danish meminta orang kepercayaannya menyelidiki siapa pemilik rekening itu.

...----------------...

Terpopuler

Comments

Lusiana_Oct13

Lusiana_Oct13

bodooohhhh benci perempuan lemah kyk amaraaaaa

2024-09-10

0

Eka

Eka

duh amara kenapa dikasih,kamu harus jujur sama denis suamimu biar ndsk jadi salah paham yaaa

2024-01-12

0

Dwi MaRITA

Dwi MaRITA

hadewh... ara²... perlu psikiater ni mah...

tapi, bagos lah.... dg begito.... danish punya bukti tuk masokkan ayah & dapit ke penjara... 🙈😳😱🙀👊😡😤

2023-12-26

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!