Kerinduan Tanpa Tujuan.

Semua benang kusut yang terus terlintas dalam pemikiran Florencia membuat gadis itu berkali-kali menghela nafas dalam. Denting jam yang telah menunjukkan pukul 01.00 dini hari, nampaknya juga tak membuat gadis itu bergeming.

Suasana sunyi,

Florencia menyukai hal itu! gadis itu melayangkan pandangan ke seluruh isi ruangan, vas bunga berwarna putih dengan tangkai bunga mawar berwarna senada tampak menghiasi meja kaca di samping kiri ranjang.

Drew Nicholas Matteo, pria paruh baya yang masih tampan menawan di mata Florencia itu juga nampak terlelap di ranjang nyaman sebelah ranjang rawat yang ia tempati.

Hembusan angin begitu terasa membelai rambutnya malam itu, Florencia menatap keluar jendela.

Bukankah jendela itu telah tertutup sebelumnya? apa daddy yang membuka nya?

Tatapan Florencia kembali beralih pada pergelangan tangannya yang berbalut kasa putih,

"Apa sebenarnya yang terjadi padaku? siapa pria bersuara indah itu? kenapa hanya suaranya? kenapa aku tak bisa melihatnya?" gadis itu bergumam perlahan, ia juga nampak mengusap pergelangan tangannya.

Apa kau merindukanku? kenapa kau tak mencoba untuk menyambangi ku Arabel? aku selalu menunggu mu ...,

Florencia tercengang,

Suara itu? apa? siapa? siapa kau sebenarnya?

Gadis itu perlahan beranjak, tubuhnya yang masih lemah tampak membuat langkah Florencia terlihat begitu berat, ia merayap tertatih mendekati jendela kamar rawatnya dengan begitu susah payah.

Datang lah padaku ..., bebaskanlah diriku Arabel!

Suara itu kembali terdengar diiringi hembusan angin yang begitu lembut menerpa wajah juga rambut Florencia.

"Siapa kau sebenarnya sialan? berani-beraninya kau membuatku kebingungan seperti ini! tunjukkan dirimu pecundang! meskipun kau hantu sekalipun aku tak takut padamu!"

Florencia berteriak kuat, pandangan nya menatap jauh ke luar jendela, nafasnya memburu dengan dada yang naik turun. Florencia tampak mengeluarkan amarah nya dengan seluruh teriakan. Gadis itu tersiksa dengan suara yang selalu ia rindukan, dadanya sesak setiap kali mendengar suara yang begitu lembut menyapa dirinya, hingga akhirnya kegelisahan membuat mata gadis itu kembali basah seketika,

Tolong muncul lah, aku tak tahu kenapa aku merindukanmu ...,

Kenapa kau menyiksa ku seperti ini? siapa sebenarnya dirimu?

Tubuh Florencia kembali melemah, gadis itu terisak dan bersandar pada dinding sebelum akhirnya tubuhnya merosot dan terduduk pilu di samping jendela kamar rawatnya.

Buliran air mata yang terus membasahi pipinya, membuat pandangan Florencia perlahan nampak buram, gadis itu masih saja terduduk dengan memeluk kedua kakinya dengan wajah yang tersembunyi dalam lengan tangan kirinya.

Kau pasti akan menemukan ku, aku percaya padamu Arabel.

Riuh lembut hembusan dari suara angin itu perlahan menghilang dari telinga Florencia, semua kembali nampak hening dalam pendengaran nya.

Florencia, kembali tak sadarkan diri, entah karena lelah oleh isak tangisnya atau justru karena ketakutan dalam khayalan mimpi buruknya.

Mentari yang begitu hangat nampak menerobos masuk dan menerpa paras cantik Florencia. Putri tunggal kesayangan dari keluarga ternama di kota Newtherland.

"Apa Tuan Putri kita masih belum bangun sayang?" Nyonya Esmeralda tampak memasuki ruangan dan menghampiri suaminya yang telah membersihkan diri.

"Sepertinya begitu honey! jangan bangunkan putri kita, aku tak ingin jika sampai ia terusik karena kehadiran mu!"

"Nicholas Matteo! aku sungguh membencimu karena pola asuh mu itu terhadap Florencia. Kau terlalu memanjakan nya sayang!"

"Bukankah aku juga sangat memanjakan mu? kenapa kau harus cemburu pada putri mu sendiri Esmeralda?" Tuan Nicholas kembali terkekeh saat menanggapi kalimat yang terlontar dari bibir istrinya, pria itu juga tampak membelai surai sang istri dengan penuh perhatian.

"Seharusnya mom and dad di rumah saja! kenapa harus membuat ku iri seperti ini? kalian selalu saja menjadikan ku obat nyamuk!"

Florencia, terduduk seketika dan mengejutkan kedua orangtuanya. Tuan Nicholas dan Nyonya Esmeralda memang sepasang suami istri yang selalu nampak romantis di manapun, hal itu terkadang membuat Florencia risih akan kelakuan kedua orang tuanya. Pasalnya keduanya sama-sama selalu lengket, meskipun putri mereka telah dewasa Tuan dan Nyonya Anderson itu sama sekali tak ragu untuk memeluk atau berciuman mesra dihadapan Florencia. Hal itu pula yang semakin mendorong keinginan Florencia untuk memiliki sebuah apartemen dan tinggal seorang diri.

"Bagaimana keadaannya mu, Nak?" Nyonya Esmeralda seketika beranjak dan mendekati Florencia dengan tatapan hangat.

"A-aku ..., apa daddy yang memindahkan diriku kembali ke atas tempat tidur ini semalam?" Florencia justru mengacuhkan pertanyaan sang ibu dan beralih pandang pada Tuan Nicholas.

"Apa maksudmu Flo? apa kau masih setengah tidur Nak?" Tuan Nicholas turut melangkah mendekati ranjang putri nya, sembari mengusap rambutnya yang basah.

"Ada apa sebenarnya sayang? apa ada sesuatu yang terjadi semalam?" Nyonya Esmeralda kembali menatap sang suami juga putri kesayangannya dengan bergantian.

Tuan Nicholas tampak menaikkan kedua bahunya dengan santai dan turut menatap paras putri tunggalnya.

"Flo! jujurlah pada kami nak! apa ada sesuatu yang terjadi? lihatlah matamu juga terlihat sembab! apa kau menangis semalaman?"

"I-itu ...,"

Apa aku mimpi buruk semalam? kenapa lagi-lagi aku tak mengingat apapun? tapi aku sempat turun dari tempat tidur, aku ingat saat ingin menutup jendela itu ...,

Florencia, tampak memegangi kepalanya memukulnya perlahan mencoba mengingat sesuatu yang ingin ia ketahui, namun nihil. Gadis itu tak mengingat apapun yang terjadi pada malam sebelumnya.

Melihat Florencia kembali nampak aneh dan kebingungan, Nyonya Esmeralda seketika memukul pundak suaminya perlahan.

"Apa yang kau lakukan sayang? aku meminta mu untuk menjaga putriku! apa kau hanya tidur semalaman disini, hingga tak tahu apapun yang terjadi pada putri kita?"

"Aku ..., aku sungguh lelah sayang! aku tak mampu menahan kantuk, kau tahu bukan bagaimana suami mu ini? penggila tidur." Pria paruh baya itu kembali terkekeh perlahan.

"Apa perlu kita memanggil psikiater kemari?" suara Nyonya Esmeralda terdengar begitu lirih, salahnya adalah ia tetap berucap seperti itu dihadapan sang putri.

"Apa maksudmu mom? aku ini masih waras!" Florencia kembali berujar dengan ketus ditengah bisik-bisik percakapan antara ayah juga ibunya.

Paras Florencia yang kembali terlihat serius membuat kedua orangtuanya tak lagi berani bersuara, Tuan Nicholas dan juga Nyonya Esmeralda hanya saling melempar tatapan seolah saling menyalahkan satu sama lain.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!