Bukan, Hantu Tampan?

"Bagaimana ini sayang? kenapa Dave belum juga memberi kabar? hubungi dia, dan tanyakan lokasi keberadaan nya! aku ingin menyusul nya untuk mencari putriku, Nicholas! aku mohon! hubungi Dave, sekarang!"

Kepanikan dari dalan diri Nyonya Esmeralda semakin membuncah, wanita yang selalu tampil cantik elegan itu terlihat menangis sesenggukan dalam pelukan suaminya.

Tuan Nicholas akhirnya perlahan melepas dekapan nya pada sang istri, pria itu meraih ponsel dan seketika menghubungi kaki tangannya.

Kenapa nomornya belum juga aktif? apa Dave berada pada kawasan susah signal?

Pria paruh baya itupun mencoba untuk menampilkan wajah tenang nya dihadapan sang istri.

"Apa Dave tak menjawab panggilan?" Nyonya Esmeralda beranjak dan turut melangkah mendekati Tuan Nicholas yang tampak mondar-mandir sembari menatap layar ponselnya.

"Sepertinya dia sedang berada dikawasan yang kurang memadai untuk menerima panggilan, sayang! tenanglah! kita tunggu sebentar lagi, Dave pasti akan segera menghubungi kita."

Tuan Nicholas kembali berbicara dengan nampak tenang meskipun hatinya juga dipenuhi dengan rasa kekhawatiran.

"Tapi kita sudah menunggunya hampir seharian Nicholas! apa lebih baik kita meminta bantuan pada pihak berwajib? Sersan Buddy, dia sahabat mu bukan? tolong minta dia untuk mengerahkan anak buahnya, Nicholas! aku mohon!"

"Jangan ceroboh Esmeralda! aku tak ingin jika sampai privasi putri kita tercium khalayak umum! kau ingat kan, saat Florencia berada ditangan para manusia biadab nan rendahan seperti mereka? kita hampir kehilangan Florencia saat itu sayang! maka dari itu, aku tak ingin jika sampai para bandit jalanan turut memanfaatkan kesempatan ini untuk melukai Florencia! jadi tolong, kita tunggu kabar dari Dave sebentar lagi."

Tuan Nicholas kembali berbicara dengan wajah sendu dan mencoba untuk meyakinkan sang istri.

**********

"Sepertinya aku telah berjalan memutar terlalu jauh, apa aku mengingat jalan untuk kembali? aaaah bagaimana ini?" gadis cantik dengan iris mata abu-abu itu bergumam sembari menyibak penutup hoodie hitam nya.

"Kenapa aku harus berjalan tadi! kenapa aku tak tetap di bawah pohon itu saja? aaaaaghh! makhluk kecil itu benar-benar sialan! dan sekarang aku lapar!" Florencia nampak merintih sembari memegangi perutnya.

"Mom! aku lapar!" gadis itu memejamkan mata dan membayangkan wajah mommy nya.

Peluh keringat pada dahinya membuat kulit Florencia semakin terlihat bersinar, lagi-lagi ia merasakan kenyamanan saat bersandar pada sebuah pohon besar.

"Tunggu! apa aku tersesat?" Florencia terperanjat, ia memeriksa pohon tempat ia bersandar sebelumnya, dan dengan seketika mencubit pipinya.

"Aaa-aawwh! ini terasa sakit! berarti aku tidak sedang bermimpi atau berhalusinasi! baiklah! kita cari makanan disini Flo! bola angin satu itu mengganggu saja!"

Dengan sisa tenaganya Florencia akhirnya mendongak, mencari pegangan dengan cukup kuat dan menapakkan kakinya secara hati-hati pada setiap pijakan.

"Itu! itu buah plum bukan? aaaaaghh! syukur lah! terima kasih Tuhan! apapun yang terjadi tolong lindungi lah diriku ini, Tuhan! aku tahu aku bukanlah gadis yang baik! tapi setidaknya kau menyayangi setiap makhluk ciptaan Mu bukan?" Florencia memanjat sembari meracau dan membuat percakapan bersama Sang Pencipta.

Rasa laparnya membuat Florencia nampak begitu bahagia saat bisa memetik dan menikmati beberapa buah yang telah ia raih, tanpa sepatah katapun gadis itu mengunyah setiap buah plum dan terlihat begitu rakus karena perutnya yang memang tak terisi sama sekali semenjak fajar.

Apa kau benar-benar merasa lapar? mulut penuh mu itu membuat ku semakin ingin segera pergi dari sini,

Gerakan rahang Florencia kembali terhenti, matanya kembali terbelalak, jemari tangannya juga semakin erat memegangi dahan pohon saat mendengar semilir angin dengan bisikan suara yang sama dari sebelumnya,

"Siapa kau? jangan mencoba untuk mempermainkan ku! keluar lah! aku sungguh tak takut padamu sialan!"

Hening,

Lagi-lagi ia tak mendapati jawaban apapun.

"Bagaimana ini? bagaimana caraku menemukan kedua orang itu? nenek tua itu?"

Florencia tertunduk, ia mulai merasakan putus asa! rasa takut serta lelahnya membuat gadis itu kembali mengingat kedua orang tuanya.

Mom, dad! maafkan aku ... kalian pasti tengah panik dan mengkhawatirkan diriku sekarang.

Tapi aku tersesat mom ...

Buliran air mata akhirnya luruh pada pipi mulus Florencia,

Tidak Arabel! kau tak akan tersesat selama bersama ku, dengarkan saja kata hatimu.

Florencia kembali mengalihkan pandangannya, menatap sekitar ke bawah hingga akhirnya mendongak ke atas puncak pohon.

Haruskah aku memanjat lebih tinggi untuk mengetahui arah jalan pulang?

"Baiklah! ini bukan waktunya untuk menjadi seorang gadis cengeng, Flo! kau pasti bisa kembali ke rumah orang tua mu! dan mengetahui semua tentang kekusutan dalam pikiran mu! lagipula bukankah lebih baik tersesat disini daripada harus menjadi menantu Nyonya Duversa? keluarga Abraham, para manusia picik itu!" melanjutkan langkah kakinya untuk memanjat pohon, Florencia kembali meracau dan berbicara pada dirinya sendiri.

"Sedikit lagi! kabut ini kenapa tak juga memudar! aaa-aawwh! hampir saja!"

Nafas Florencia hampir putus saat kakinya sedikit terpeleset dan salah memilih pijakan.

Degup jantungnya seketika terpacu dengan begitu cepat,

"Tak bisa kubayangkan! jika diriku sampai terjatuh dari pohon ini! huuuuufft ..."

"Cabang pohon ini? kenapa berbentuk seperti ini? lebih baik aku memilih yang tengah, bukan? sepertinya akan lebih mudah untuk menebar pandangan."

Florencia melanjutkan langkahnya untuk mendaki pohon, hingga akhirnya suatu sosok dengan kulit berkilauan bak permata membuat silau matanya.

Perlahan gadis itu mendekati cabang pohon utama dengan begitu hati-hati.

"Apa dia masih hidup? tapi kenapa bentuk telinganya berbeda dariku,"

Rasa penasarannya pada makhluk yang kembali ia temui membuat Florencia memeriksa setiap bagian tubuh dari sosok dihadapan nya, gadis itu juga tampak menarik-narik telinga milik makhluk itu tanpa rasa takut dan membandingkan dengan telinga milik nya.

"Apa dia ini manusia? tapi telinganya berbeda, apa dia seorang pria?" Florencia menaikkan satu alisnya, gadis itu nampak menggeleng-gelengkan kepalanya saat jemari nya menyentuh organ vital makhluk yang terlihat lebih tinggi darinya.

Apa yang kau pikirkan,Flo? astaga!

🤍 Jangan terkejut seperti itu, aku memang tampan.

"Diam lah sialan! aku tak berbicara dengan makhluk tanpa wujud seperti mu! lebih baik aku membangun kan pria ini!"

"Hei, kau! apa kau bisa mendengar ku? kenapa kau menutup mata mu? apa caramu tidur memang dengan menggantung di puncak pohon seperti ini? bisakah kau mengantar ku pulang?"

Hampir lima belas menit berbicara seorang diri, Florencia akhirnya kembali menampilkan raut wajah kesalnya.

"Kenapa tak ada satupun makhluk yang bisa membantu ku di tempat ini?" Florencia kembali memukul-mukul kepalanya perlahan untuk meluapkan kekecewaan nya.

Tolong jangan menyakiti dirimu sendiri ... kau membuatku merasa bersalah jika seperti ini.

"Diam lah! apa diriku ini terlalu cantik? hingga makhluk dedemit seperti mu pun tertarik untuk mempermainkan ku? jawab! jangan hanya bisa berbisik dan berbisik semau mu! jawab aku makhluk sialan!"

Lihatlah dia kembali diam bukan? tapi apa benar itu bisikan dari hantu?

🤍 Mana ada hantu tampan seperti ku Arabel?

"Aku bukan Arabel aku Florencia! tunggu ..., hantu tampan?" gadis itu kembali terdiam mencerna bisikan yang kembali terdengar dalam telinganya.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!