PIT 18 — Keinginan Kecil

Jeana menatap pantulan dirinya yang penuh lebam dan bekas kemerahan di sekitar leher hingga bahunya. Kemudian, pandangannya menatap marah pada Garong yang menyeringai menatapnya.

"Tenang saja, aku akan membalaskan dendammu, Sweetie," katanya lalu berjalan keluar dari apartemennya sambil tertawa keras. Tawa yang membuat Jeana muak dan jijik. Muak pada nasibnya dan jijik pada dirinya sendiri.

"Kenapa? Kenapa aku yang harus menerima keadaan seperti ini?!" teriaknya marah melemparkan segala hal yang berada di depannya.

"Tidak! Tidak bisa! Jika aku hancur, kau juga harus hancur! KAU HARUS HANCUR BERSAMAKU NADIRA!" teriaknya murka. Ia marah dengan apa yang ia lakukan sendiri.

Kemudian, otak liciknya mulai menyusun rencana-rencana untuk membalaskan dendamnya kepada Nadira. Sudah ia putuskan untuk mencari tahu segala hal tentang Nadira. Sekalipun ia akan hancur, setidaknya ia akan hancur dalam keadaan telah membalas dendam!

***

Pagi hari, Nadira sudah duduk di meja makan, menantikan sarapan saat Arsen baru saja selesai dari olahraga paginya. "Pagi, Mas. Sini sarapan dulu," kata Nadira menyapa hangat suaminya itu.

Tetapi, begitu mendekati meja makan, mendadak perutnya terasa mual. Melihat Arsen yang tampak payah karena terus merasa mual saat menghirup aroma masakan, Nadira mendadak merasa kasihan.

"Aduh, Mas, kok kayaknya kamu makin parah, sih mualnya?" tanyanya seraya mengusap-usap tengkuk Arsen lembut.

"Aku juga gak tahu, huweeek!" Arsen kembali memuntahkan susu protein yang sempat diminumnya sebelum olahraga.

"Aku buatin bubur, ya?" tawarnya yang langsung dibalas gelengan kepala oleh Arsen.

"Gak boleh! Kamu gak boleh masak saat sedang hamil seperti ini!" katanya setelah menyeka sekitar mulutnya dengan tisu. "Aku, aku makan roti saja, itu yang paling aman!" katanya lagi lalu mengajak Nadira kembali ke meja makan.

Para pelayan itu dengan sigap melayani kedua majikannya. Nadira tampak lahap memakan sarapannya sedangkan Arsen harus menelan ludah sebab hanya bisa makan roti dengan selai.

Usai sarapan itu selesai, keduanya memilih bersantai di sofa sambil menonton televisi. Arsen sudah berganti pakaian dan menjinjing laptopnya. Ia mengambil duduk tepat di samping Nadira. Niat hati ingin bermanja, akan tetapi ...

"Ih, kamu pakai parfum apa sih, Mas? Kok bau?" Nadira justru mendorong Arsen untuk menjauh.

"Bau? Maksudmu bau gimana, Sayang?" tanya Arsen bingung sambil mengendus bau tubuhnya sendiri. Dan tak tercium bau apa-apa kecuali parfum yang biasa ia pakai.

"Kamu bau! Baunya gak enak, ih. Sana jauh-jauh!" katanya lagi sambil mengibaskan tangannya agar Arsen menjauh darinya.

Arsen jadi bingung sendiri. "Apakah ibu hamil memang seaneh itu?" gumam Arsen. Kemudian, ia membuka laptopnya dan mengecek beberapa surel yang masuk. Membacanya dengan teliti lalu mengirimkan balasannya. Tampaknya, untuk beberapa hari ke depan, ia akan semakin sibuk.

Nadira tampak asyik dengan tontonannya, tetapi tiba-tiba. "Dasar mertua jahat!" teriaknya kencang diiringi isak tangis. Hal itu sontak saja membuat Arsen terkejut.

"Sayang? Kenapa? Kenapa kamu menangis?" tanyanya langsung melempar laptopnya.

Nadira tampak sesenggukan. "Itu lho, Mas ... film itu sedih banget, kasihan menantunya dimarahin sama mertuanya terus. Dasar mertua kejam!" jelasnya masih geram dengan alur film yang ditontonnya.

Arsen hanya bisa menghela napas panjang dan mengusap-usap bahu istrinya pelan. "Itu kan cuma film, Sayang," kata Arsen. "Aku bilang juga apa, jangan menonton lagi, deh, kalau kayak gini ceritanya," celetuk Arsen yang justru membuat Nadira terkekeh.

"Aku matikan aja, deh, hehe." Nadira beralih menatap Arsen. "Mas," panggilnya manja.

"Hmm," jawab Arsen singkat, fokusnya kembali pada laptopnya. Saat ia dapati tangan Nadira yang menyentuh lengannya, Arsen langsung menoleh dan meletakkan kembali laptopnya.

"Iya, Sayangku. Kenapa?" jawab Arsen, kali ini dengan nada selembut mungkin.

Nadira menunjukkan cengiran khasnya. "Hehe, gitu dong! Aku punya keinginan kecil tahu, Mas."

"Keinginan kecil? Apa itu?"

Nadira beralih meraih ponselnya, mengetikkan sesuatu pada laman pencarian kemudian menunjukkan hasil pencarian itu kepada Arsen. "Bagus gak sih?" tanya Nadira manja.

Kening Arsen sedikit mengernyit. "Ducati? Kamu mau beli motor ini, Sayang? Buat apa?" tanya Arsen kembali meletakkan ponsel itu di meja.

Nadira memangku dagunya dengan sebelah tangan, tampak berpikir. "Hmm, gak tahu, tapi kayaknya aku mau lihat kamu bawa Ducati Palepale itu, Mas."

"Panigale, Sayang. Ducati Panigale," koreksi Arsen yang tampaknya tahu banyak tentang merk sepeda motor asal Italia itu.

"Iya, pokoknya itu. Boleh, ya?" pinta Nadira sedikit memelas. Ah, andai Nadira tahu. Tanpa meminta dan memelas pun, selama Nadira menginginkannya, maka Arsen akan segera mewujudkan hal itu.

"Boleh dong, Sayang."

Di saat itu, ponsel Arsen bergetar, menunjukkan sebilah nama di layar. Setelah membujuk Nadira beberapa detik, Arsen menyingkir dari sana.

"Ya. Ada kabar apa?" katanya tegas begitu panggilan telepon tersambung. "Apa? Bagaimana bisa dia bebas?!" serunya tak percaya dengan apa yang didengarnya.

***

Hallo, My dearest readers!

Apa kabar? Semoga tetap dalam keadaan sehat dan bahagia, ya.

Selamat Membaca ~

Jangan lupa tinggalkan jejak, ya. Jujur saja, Author suka loh baca-baca komentarmu.

Oh, ya, jangan lupa juga klik "minta update" di bawah setelah baca, ya. Kirim gift dan rate cerita ini juga boleh banget, lho. Author akan sangat menghargai apapun dukunganmu, hihi.

Selamat Tahun Baru juga, ya, buat teman-teman semua.

With Love,

— HK

Terpopuler

Comments

Mukmini Salasiyanti

Mukmini Salasiyanti

Pleeeeeeeease, Jeana...
Kembalilah ke ASALmu!!!!
Apa Hidup akan 'Hidup' dgn Dendam??

Ducatiiiii??
Hmmm keinginan unique...
Bolehlah....
tak kasi Flower deh..... 😃🌻

2024-01-08

3

Mukmini Salasiyanti

Mukmini Salasiyanti

Hi, ArSeNa....
what day is today???
vote 4 U...
😘🥰😍

2024-01-08

1

Munji Atun

Munji Atun

Ok thanks upnya thor 💖
ditunggu terus nextnya jgn lama ya
yuuk tambah semangat nulisnya 💪😘🌹

2024-01-06

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!